25. Penginapan Da Fang

794 26 1
                                    

Walau tinggal bersama Lu Man Tian, dalam satu tahun ia jarang bertemu pamannya.

Manakala pamannya pulang, pasti tergesa, bahkan seringkali pulang dengan parah terluka.

Ia tidak tahu apa kerja pamannya.

Hingga akhirnya suatu hari ia diajak menghadap Lao Bo dan dipekerjakan sebagai salah seorang pelayan di sana.

Dari sanalah ia mulai mengerti jenis aktivitas yang mereka lakukan dan mulai terlibat dalam perkumpulan itu.

Ia tidak menyukai pekerjaannya, tapi meyakini bahwa apa yang ia lakukan kelak akan menjadikannya orang sukses dan terkenal.

Karenanya ia terus bekerja. Tekun dan rajin. Walau begitu, tetap saja sulit baginya menikmati sekerat daging ayam setiap hari.

Maka ia tidak pernah menceritakan masa-masa sulit penuh derita lalunya itu pada orang lain, dan menyimpannya semata untuk diri sendiri.

Bahkan untuk mengenangnya pun ia sungguh tak sudi.

*

Sekarang, setiap hari ia bisa memakan ayam bahkan memilih jenis lauk apa pun yang ia suka.

Ayam dan lauk pauk itu tidak datang begitu saja, melainkan hasil jerih payah, perjuangan, kerja keras, derita, dan airmatanya.

Petang menjelang di Penginapan Da Fang.

Sepiring ayam masih terletak di atas meja.

Tapi, ia tidak bisa menikmatinya.

Inikah karma? Ataukah karena ia memiliki firasat sesuatu yang buruk akan terjadi padanya?

Ataukah ia merasa kedudukannya terancam? Atau mustahil untuk bertemu istri lagi?

Ia telah menunggu seharian, tapi Tie Peng alias Fang Gang belum juga muncul.

Apalagi Han Tang!

Kenapa belum juga muncul? Apa rencana telah berubah? Apa mereka tahu dirinya sudah menunggu di sini?

Lu Xiang Chuan percaya siapa pun tidak akan bisa mengenalinya karena ia sudah menyamar, merias wajah dengan menambahkan kumis dan jenggot palsu, membuatnya terlihat dua puluh tahun lebih tua dan seperti kakek penyakitan.

Ketika tiba tadi, tamu-tamu sudah memenuhi dua meja. Saat makan siang, ruangan penuh terisi. Tapi sekarang hanya tinggal empat meja saja yang masih diisi para tetamu.

Dari tempatnya ia bisa mengawasi orang yang masuk dan keluar.

Malam tiba.

Lampu-lamu mulai dinyalakan.

Saat bertugas Lu Xiang Chuan tidak suka minum arak. Bila seseorang harus menunggu lama tanpa memesan arak tentu menimbulkan curiga. Maka walau tidak suka terpaksa ia memesan arak.

Pun ia juga tidak suka menunggu. Tapi ia tetap harus menunggu.

*

Kereta kuda melaju di jalan raya.

Kereta ditarik kuda pilihan. Kusirnya pun pilihan. Kereta melaju sangat cepat ke arah Da Fang.

Lu Man Tian duduk santai di dalam kereta, lempengan besi yang dipegangnya terus berbunyi.

Lao Bo memandanginya, "Kau sedang melamun?"

Lu Man Tian hanya tertawa.

"Kutahu apa yang kau pikirkan," kata Lao Bo.

"Oh?"

"Kau sedang mengenang saat dulu kita sengsara?"

Lu Man Tian mengangguk, dugaan Lao Bo tidak salah. Dulu kehidupan mereka sangat susah.

Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang