29. Kupu-Kupu

1.1K 34 0
                                    

Episode II : KUPU - KUPU

Sebelum kisah berlanjut, sebaiknya kita mundur pada hari ketika Lu Xiang Chuan dipanggil Lao Bo menerima penugasan membunuh Han Tang.

"Baiklah, aku segera berangkat," kata Lu Xiang Chuan.

Ketika Lu Xiang Chuan undur diri, Lu Man Tian berharap ia bisa membawa pulang kepala Fang Gang untuk membuktikan kesetiaannya pada Lao Bo.

Malam tiba.

Sebuah meteor membelah angkasa.

Lu Xiang Chuan tidak menyadari adanya meteor yang membelah angkasa, perlahan mendorong pintu rumah dan melihat Lin Xiu.

*

Ketika Lu Xiang Chuan mendorong pintu rumah dan melihat istrinya, di saat itu pula Meng Xin Hun tengah berbaring di kegelapan jauh di tepi hutan sana.

Ia tengah menikmati bintang-bintang berkilauan.

Juga kelebat cahaya meteor yang menghilang.

Luka di dadanya masih berdarah.

'Akankah nyawa seorang pembunuh sesingkat meteor?' tanyanya dalam hati. 'Atau justeru serapuh kupu-kupu?'

Kupu-kupu selalu hidup di musim semi!

Musim semi telah lama lalu, tapi pasti akan datang kembali. Selama masih hidup, manusia akan selalu bisa menemui musim semi berikutnya.

Lantas masih adakah musim semi berikutnya bagi Meng Xin Hun?

Luka di dadanya kembali berdarah nyaris bernanah.

*

Hari berganti minggu.

Luka di dada Meng Xin Hun mulai sembuh.

Ia tidak mati.

Tapi kupu-kupu itu sudah lama mati.

Namun kecerahan sayapnya belum pudar, menunjukkan keindahan di masa hidupnya dulu.

Seekor kupu-kupu terselip di buku puisi.

Sayapnya yang indah menjadi tipis nyaris tembus pandang. Tapi tubuhnya masih sempurna, seakan masih hidup. Kapan pun siap terbang!

Begitu membuka buku puisi, ia melihat sang kupu-kupu. Seseorang telah menyelipkannya pada halaman puisi yang paling ia suka.

Siapa yang menyelipkannya?

Baginya, puisi seindah kupu-kupu. Namun, bagaimana dengan nyawa penulis puisi itu?' Apakah nyawanya serapuh kupu?

Penulis puisi pasti memiliki perasaan peka, orang yang perasa. Tidakkah seorang perasa lebih mudah disiksa perasaannya oleh orang lain? Apakah kehidupan orang yang perasa akan sesingkat dan serapuh kupu-kupu?

"Nona, air sudah kusiapkan," kata Lan Lan sambil memasuki kamar itu. Melihat kupu-kupu dalam genggaman, wajah sang pelayan tersenyum. "Indah, bukan?"

"Kau yang menangkapnya?" tanya si Nona.

"Sudah lama aku menangkapnya, susah sekali! Untung, sayapnya tidak rusak," jawab Lan Lan.

Si Nona menatapnya. "Walau tidak mematahkan sayapnya, kau sudah membuat kupu ini mati! Apa kau tidak sedih?"

"Biasanya kupu-kupu memang cepat mati," jawab Lan Lan.

"Manusia pun cepat mati!" tukas si Nona dingin.

"Tapi..," Lan Lan tergagap.

"Tapi bagaimana? Apa kupu-kupu ini melukaimu?"

"Tidak," jawab Lan Lan.

Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang