41. Rencana Meng Xin Hun

871 29 1
                                    

Senyum Lu Man Tian sangat menarik. Demikian pula dengan tawarannya.

Meng Xin Hun ragu bertanya, "Apa perkataanmu bisa dipercaya?"

"Kau harus percaya," jawab Lu Man Tian, "Sebab inilah satu-satunya kesempatanmu. Kau tidak punya pilihan lain!"

*

Lu Man Tian pergi. Sangat percaya diri.

'Kau jangan macam-macam. Kau tidak punya pilihan lain!' katanya tadi sebelum melangkah pergi membuat Meng Xin Hun seperti ikan terjerat di jaring Lu Man Tian.

Benarkah tidak ada jalan lain?

'Walau tidak ada jalan lain, aku tetap tidak akan membunuh Lao Bo!' tekad Meng Xin Hun dalam hati.

Apalagi ia tahu perkataan Lu Man Tian tidak bisa dipercaya dan bagaimana pun pasti akan membunuhnya.

Lu Man Tian bisa saja membunuh Lao Bo, dengan racun misalnya. Tapi Lu Man Tian takut jika tidak ada kambing hitam, maka banyak orang meragukan dan melacak kematian Lao Bo.

Tapi masih ada yang lebih ditakuti Lu Man Tian, yakni bahwa para anakbuah Lao Bo tidak menerima kepemimpinannya.

Maka, biar bagaimana pun, Lu Man Tian membutuhkan kambing hitam agar dapat naik takhta dengan sempurna.

Dan dirinyalah sang Kambing Hitam!

'Lao Bo adalah ayah Xiao Tie. Aku tidak akan membunuhnya,' ucap Meng Xin Hun dalam hati. 'Tapi apakah aku hanya bisa pasrah terima kematian?'

Terkadang kematian adalah jalan menuju kebebasan.

Pernah Meng Xin Hun ingin menempuh jalan ini guna membebaskannya dari kejenuhan hidup.

Tapi, sekarang?

*

Musim gugur.

Petang datang lebih awal.

Walau chrysan mulai layu, tapi dalam udara sore masih terlihat indah.

Chrysan sama seperti kupu. Saat mekar begitu indah, juga sewaktu layu.

Mendadak Meng Xin Hun teringat perkataan Xio Tie.

'Nyawa kupu-kupu sama seperti hidup chrysan, begitu rapuh dan mudah luruh. Tapi mereka membawa keharuman. Hidup mereka, walau singkat, begitu indah. Nyawa mereka sangat berharga. Walau mereka sudah layu, dalam kematian pun tetaplah indah abadi.'

Bisakah nyawa manusia seperti itu? Berapa lamakah hidup manusia di dunia ini?

Lama atau pendek, tentu bukan masalah! Yang penting adalah bagaimana ia menjalani kehidupannya. Dan apakah hidupnya sudah cukup berharga?

*

Dalam hembusan angin menjelang malam sayup-sayup terdengar suara lonceng.

Hati Meng Xin Hun berdegub seiring bunyi lonceng.

Ciut, ia berdiri melangkah ke luar.

'Aku tidak boleh mati,' tekadnya dalam hati.

Selama ini ia belum merasa hidup, karenanya belum boleh mati.

Tapi bagaimana caranya supaya bisa tetap hidup? Tidakkah chrysan pun jika waktunya tiba akan menjadi layu dan akhirnya mati?

*

Barisan bunga mekar lebih awal. Paling indah di antara bebungaan yang lain. Tapi mereka pun layu lebih awal.

Biar pun jemarinya masih seperti saat muda dulu, kuat dan tenang, namun hatinya sudah tidak seperti sewaktu muda dulu.

Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang