Akhirnya Lu Man Tian muncul juga.
Meng Xin Hun bertelanjang kaki memasuki taman bunga chrysan.
Tanah kering sedikit lembab. Embun di atas bunga terasa dingin. Tapi sorot mata Lu Man Tian lebih dingin dari embun pagi.
Lu Man Tian memelototi Meng Xin Hun, dengan nada berat bertanya, "Sekarang kau tahu siapa aku?"
Meng Xin Hun menganguk.
"Siapa kau?"
"Seharusnya kau tahu siapa aku!"
Lu Man Tian terus menetapnya. "Kenapa kau baru datang sekarang? Seharusnya setengah bulan lalu kau sudah di sini."
"Kalau datang lebih awal, aku pasti sudah di peti mati sekarang."
"Kau sangat hati-hati."
"Aku tidak gegabah, karenanya aku bisa hidup hingga sekarang."
"Seharusnya kau tidak perlu teralu berhati-hati, ada aku di sini. Kau tidak perlu takut," katanya sambil tertawa.
Di dalam kabut, wajah Lu Man Tian seperti orang mati. Ketika tertawa, wajahnya lebih jelek lagi.
Tiba-tiba Meng Xin Hun merasa kebencian yang amat sangat. Dingin ia berkata, "Kau teman Lao Bo. Aku tidak menyangka kau tega mengkhianatinya."
Lu Man Tian tidak marah. "Banyak hal tidak kau pahami. Inilah kehidupan. Bila seseorang ingin kedudukan lebih tinggi, dia harus menginjak kepala orang lain supaya bisa naik lebih tinggi lagi."
"Aku tidak mengerti dan tidak ingin mengerti," jawab Meng Xin Hun dingin.
"Apa Gao Lao Da sudah memberitahumu?"
"Memberitahu apa?"
"Kau tahu tujuanmu datang kesini?" Lu Man Tian tetap bertanya.
Meng Xin Hun mengangguk.
"Baiklah. Lantas kapan kau bekerja?"
"Begitu ada kesempatan."
Lu Man Tian menggeleng. "Tidak akan ada kesempatan. Lao Bo selalu tidak memberi kesempatan. Menunggu sepuluh tahun lagi pun belum tentu ada kesempatan." Lu Man Tian tertawa, "Karena itu, kau harus membuat kesempatan."
"Membuat kesempatan?"
"Ya, kau tidak perlu menunggu, aku bisa membuatkan kesempatan bagimu."
"Kapan aku mulai bergerak?"
"Hari ini. Sore ini."
Perlahan Lu Man Tian membalik tubuh berjalan ke sana. "Terkadang kita harus bergerak cepat. Semakin cepat, makin baik. Jangan memberinya kesempatan bertahan."
Meng Xin Hu semata mendengar.
"Lao Bo sangat menyukai bunga. Saban sore dia pasti berjalan-jelan menikmati bunga. Itulah kebiasaannya selama berpuluh tahun dan tidak akan berubah."
"Apa ia selalu sendiri?"
"Ia tidak mau ditemani, karena di waktu seperti itu dia mengunakannya buat merenung dan berfikir. Banyak hal yang dia putuskan saat berjalan-jalan itu."
"Apa taman bunga ini banyak perangkapnya?"
"Ya," kata Lu Man Tian sambil menghampiri sebuah pohon bunga. "Tiap hari Lao Bo pasti berhenti di sini."
"Jadi, di sini juga ada perangkap?"
"Ada. Tapi aku bisa membuatnya tidak berfungsi." Lu Man Tian berjongkok, mencabut sebuah pohon bunga chrysan. Di bawahnya terlihat lubang. "Turun dan lihatlah," katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu Long
Misteri / ThrillerSemasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki pembunuhannya. Ramuan dari para peng...