38. Pengorbanan

851 29 0
                                    

Feng Hao terlihat sangat puas, tapi masih bertanya, "Masih mungkinkah dia mengubah keputusan?"

"Tidak mungkin. Perintah Gao Lao Da belum pernah dibantahnya, apalagi..."

Feng Hao tertawa, melanjutkan ucapan Lu Man Tian, "... Apalagi dia kelihatannya tidak begitu pandai." Ia semakin tergelak. "Pada dasarnya rencana ini dia tidak tahu. Siapa pun tidak akan ada yang tahu!"

*

Sore.

Cuaca sangat dingin.

Taman bunga chrysan setenang biasa.

Meng Xin Hun dan Lu Xiang Chuan bersiap pulang setelah sedari tadi berkeliling menjelajahi hampir seluruh sudut taman.

Semakin mengenal taman ini, Meng Xin Hun merasa semakin tidak ada yang istimewa.

Ia hanya melihat bunga dan pohon semata. Ia coba mengamati secermat mungkin, tidak ingin sesuatu luput dari sudut matanya, tapi tetap saja yang terlihat hanya bunga dan pohon semata: taman itu seperti layaknya taman umumnya, biasa saja.

Maka ia tetap tidak mengetahui berapa banyak yang tinggal di taman ini, tidak tahu di mana perangkap tersembunyi, tidak tahu kapan para penjaga berganti, pun tidak tahu seberapa besar kekuatan Lao Bo yang berkumpul di sini.

Di matanya taman ini tetaplah taman yang sunyi dan sepi.

Walau begitu ia tahu peringatan Lu Man Tian bukan bualan, 'Lao Bo tidak akan memberi kesempata siapa pun membunuhnya. Tidak akan!'

Maka jika bukan Lu Man Tian yang menghianati Lao Bo, dirinya pasti tidak akan memiliki kesempatan sedikit pun.

Bagi Meng Xin Hun, Lao Bo bukan saja tokoh yang sangat menakutkan, tapi juga menyenangkan. Ia merasa di dunia ini banyak tokoh yang lebih jahat dan menyebalkan daripada Lao Bo.

Lu Man Tian salah satunya!

Jika saja tugasnya adalah membunuh Lu Man Tian, dengan senang Meng Xin Hun akan melakukannya. Hatinya pasti akan lebih tenang dan nyaman.

Tidak seperti sekarang!

*

Tahukah Lao Bo akan ada yang membunuhnya?

Taman bunga tetap sunyi dan sepi. Tidak terdengar suara apa pun.

Dan Lao Bo di sana.

Sementara Lu Xiang Chuan terus pergi meninggalkannya.

Hati Meng Xin Hun sudah tenang. Setenang wajahnya.

Tiba-tiba Lao Bo tertawa. "Kau mungkin belum memahami hal ini, tapi setelah bertahun-tahun menjalani hidup, kau pasti bisa merasakan jika ada yang ingin membunuhmu."

Meng Xin Hun menunduk.

Setelah sejenak terdiam, Lao Bo melanjutkan, "Kita mendengar dengan telinga, melihat dengan mata. Persentuhan alam dengan indera, itulah pengalaman. Pengalaman saat kita menghadapi bahaya dan kesedihan adalah sangat berharga. Pengalaman membuat kita jadi lebih pintar dan lebih waspada."

Meng Xin Hun mencuri lihat wajah Lao Bo, penuh guratan pengalaman dan kesedihan. Dalam hati ia menghormati Lao Bo. Akhirnya tulus Meng Xin Hun berkata, "Kata-katamu akan kuingat selalu."

Tawa Lao Bo semakin hangat. "Aku selalu menganggap Lu Xiang Chuan anak sendiri. Sekarang pun aku merasa begitu padamu."

Meng Xin Hun tertunduk dalam.

Dalam sekali.

*

Lu Xiang Chuan sudah kembali.

Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang