Meng Xin Hun terus menanti.
Ia terus menunggu dan menanti di depan pintu, memandang kejauhan sana, berharap Xiao Tie benar-benar datang padanya.
Waktu sesaat serasa seabad.
*
Seumur hidup belum pernah Meng Xin Hun merasa begitu bahagia dan gembira seperti saat ini.
Akhirnya ia datang juga!
Datang bersama Bao Bao dalam gendongan.
Anak itu sudah tertidur. Xiao Tie membaringkannya di tempat tidur, menatap Bao Bao, baru memandang Meng Xin Hun.
Sorot matanya memancarkan kebahagiaan dan kepuasan. Begitu lembut, selembut air danau di bawah sinar matahari senja.
Meng Xin Hun merentang tangan mengundang Xiao Tie masuk dalam pelukan.
"Sekarang aku milikmu," desah Xiao Tie setelah berada dalam pelukan.
"Ya sekarang kau milikku," sahut Meng Xin Hun membelai punggung Xiao Tie.
"Apa sekarang kau ingin memakanku?" tanya Xiao Tie sambil memejam mata.
"Ya, pelan-pelan aku akan memakanmu." Meng Xin Hun perlahan menggigit telinganya.
Xiao Tie menggelinjang, melenguh manja, "Jangan, nanti anak ini terbangun."
Anak itu sudah bangun.
Bao Bao duduk memandang mereka dengan sepasang bola mata bundar dan jernih.
Xiao Tie mendorong Meng Xin Hun tersipu malu.
Sementara Bao Bao tertawa. "Ibu membiarkan Paman mencium, pasti Paman sangat baik."
Meng Xin Hun juga tertawa, menggendongnya. "Bao Bao juga baik, Paman mau cium Bao Bao."
"Tapi Bao Bao sudah ngantuk, mari kita pulang, Bu."
Xiao Tie tertawa. "Bao Bao tidurlah di sini. Sekarang, ini rumah kita."
Anak itu menggeleng. "Bao Bao tidak mau tinggal di rumah ini! Kotor dan berantakan. Bao Bao tidak bisa tidur!"
Meng Xin Hun menyahut, "Bao Bao tidur dulu, nanti Paman akan membawa Bao Bao ke tempat yang lebih nyaman."
Bao Bao tertawa. "Paman jangan bohong! Kalau bohong, Paman tidak boleh cium Bao Bao dan Ibu lagi!" Bao Bao masuk ke dalam pelukan. "Paman pasti akan bawa Bao Bao ke tempat yang lebih nyaman, banyak bunga dan tempat tidurnya pasti lebih nyaman."
Tidak lama, Bao Bao sudah tertidur pulas dengan senyum seperti melihat taman bunga dalam mimpinya.
Mendengar perkataan Bao Bao, melihat wajah lugu itu terpejam dalam pelukan, hati Meng Xin Hun tertusuk tajam.
Ia ingin segera mencari tempat yang lebih nyaman dan membawa keluarganya ke sana, tapi merasa tidak sanggup memenuhi keinginan ini.
Cinta memang bisa mengubah dirimu. Tapi cinta tidak bisa mengubah segalanya: tidak bisa mengubah rumah kayu Han Tang menjadi hangat dan nyaman.
Juga tidak bisa megubah rumput menjadi makanan bagi keluarga!
Xiao Tie bisa menduga isi hati Meng Xin Hun, lembut berkata, "Kau jangan khawatir, asal bisa berkumpul bersama, hidup susah buatku tidak mengapa!"
Sebetulnya Xiao Tie memiliki beberapa perhiasan. Tapi ia tidak membawanya. Ia telah bertekad meninggalkan segala. Yang lalu biarlah lalu dan jangan lagi dikenang! Ia siap menderita asalkan bersama lelaki ini.
Meng Xin Hun menyadari itu, karenanya sangat berterima kasih.
Tapi, bagaimana dengan Bao Bao?
Sanggupkah Bao Bao hidup dalam derita?
Mungkin Bao Bao sanggup menderita. Masalahnyan, justeru dirinya yang tidak sanggup melihat Bao Bao menderita.
Meng Xin Hun menggeleng kepala. Anak ini adalah anaknya! Biar bagaimana, ia tidak rela anak ini hidup susah.
Karenanya ia bertekad akan membereskan tugasnya.
Selesai tugas, honor yang akan ia terima pasti sangat besar dan bisa ia jadikan modal menghidupi keluarga.
*
Hari sudah pagi. Bao Bao mesih mengantuk dalam pelukan Meng Xin Hun. Sambil membelai rambut anak itu ia bertanya, "Apa Bao Bao bisa menanti Paman sepuluh hari di sini?"
"Paman tidak bohong, bukan?" ujar Bao Bao masih separuh tidur.
"Kenapa harus menunggu sepuluh hari?" tukas Xiao Tie.
"Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan," jawab Meng Xin Hun menatap Xiao Tie. "Setelah tugasku selesai, aku akan mendapat honor lumayan. Hidup anak ini akan lebih terjamin."
"Tapi, kau harus meninggalkan kami sepuluh hari?"
"Bisa jadi lebih cepat."
"Dulu aku merasa sepuluh hari sangat cepat, tapi sekarang tidak sama lagi! Walau sehari tanpa dirimu pasti sulit kulewatkan." Ia memeluk Meng Xin Hun. "Setiap saat aku pasti menghawatirkanmu. Kalau kau tidak di sisiku, bagaimana aku?"
Meng Xin Hun membelai rambut Xiao Tie. "Biar bagaimana kau harus bertahan. Demi masa depan kita, masa depan anak ini, aku harus pergi!"
"Boleh kutahu ke mana kau pergi?"
Meng Xin Hun ragu. Setelah lama sedapatnya berkata, "Kelak aku akan memberitahumu, tapi sekarang tidak bisa."
Sedih Xiao Tie menatapnya. "Kenapa tidak bisa? Apa karena akan melakukan tugas yang sangat berbahaya dan tidak mau membuatku khawatir?"
"Kau tidak perlu cemas, walau pekerjaan ini berbahaya, aku masih bisa mengatasinya."
"Kau pasti pulang?"
"Ya, kupasti pulang!" Sambil tertawa, Meng Xin Hun mencium Xiao Tie. "Walau kakiku patah, aku tetap akan merangkak pulang!"
*
Xiao Tie menatap sosok Meng Xin Hun menghilang di kejauhan.
Dan ia kembali menangis.
Entah kenapa hatinya tidak tenang. Xiao Tie merasa sesuatu akan terjadi pada Meng Xin Hun, apa lagi perkataannya terus terngiang, 'Walau kakiku patah, aku tetap akan merangkak pulang!'
Xiao Tie ingin selalu berada di sisi Meng Xin Hun. Tapi ia tahu, jika lelaki sudah bertekad, mustahil menahannya.
Ia juga tahu, untuk urusan lelaki, sebaiknya perempuan tidak ikut campur karena kalau tidak pasti akan menyesal seumur hidup.
Tapi kalau saja Xiao Tie tahu bahwa Meng Xin Hun akan membunuh orang, dan kalau saja ia tahu siapa yang akan dibunuh Meng Xin Hun, tentu ia tidak akan menyesal karena ikut campur!
*
Gao Lao Da menatap kepingan barang-barang luluh lantak.
Segala barang di kamar hancur berkeping karena ia lempar dan banting.
Sepasang tangannya masih gemetar.
Seumur hidup belum pernah ia merasa semarah ini. Selama ini, apa pun yang ia inginkan, pasti bisa ia dapatkan.
Dengan cara apa pun!
Begitu barang yang ia inginkan sudah didapat, ia tidak akan melepaskannya begitu saja.
Terkecuali, barang itu sudah tidak lagi berharga!
Ia sudah lama membuang barang-barang yang tidak berharga, juga sudah membuang orang-orang yang tidak bernilai seperti ia membuang ingusnya.
Biar bagaimana, Meng Xin Hun masih sangat berharga.
Sejauh ini ia sudah bersusah payah membesarkan Meng Xin Hun. Tapi sekarang Meng Xin Hun akan meninggalkannya demi wanita lain.
Sungguh, ia tidak bisa terima!
Walau sudah banyak barang yang rusak di kamar, kemarahannya belum juga reda.
Kemarahannya seperti kobaran api membakar hati dan pikiran.
Dan ia harus melampiaskannya!
Ia seorang wanita berusia tiga puluh tujuh dan ingin melampiaskannya di atas tubuh lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu Long
Misterio / SuspensoSemasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki pembunuhannya. Ramuan dari para peng...