12. Xiao He

993 30 0
                                    

Kemarahan Meng Xin Hun seketika timbul. "Yang melakukan tugas ini aku atau kau?" bentaknya.

"Tentu saja kau."

"Bila aku yang melakukan, tentu akan kugunakan caraku sendiri!"

"Aku hanya bertanya, tidak ada maksud apa-apa," ejek Xiao He sambil melanjutkan, "Gao Lao Da selalu bilang, kepalamu paling dingin. Tidak kusangka, ternyata kau cepat marah."

Meng Xin Hun seketika merasa dipecut. Sebetulnya ia tidak boleh marah.

Marah adalah sejenis emosi. Seorang pembunuh profesional tidak boleh memiliki emosi. Apa pun bentuknya, emosi bagi profesi seperti Meng Xin Hun adalah racun.

Meng Xin Hun merasa ujung-ujung jarinya mendingin.

Xiao He menatapnya. "Kau kenapa, tidak biasanya begini?"

Meng Xin Hun membuang pandang. Seluruh otot-ototnya seperti hilang. Ia sendiri pun tidak tahu megapa sekarang jadi begini. Lama baru ia berkata, "Aku lelah..."

Mendengar perkataan ini, Xiao He malah senang. "Aku boleh tanya?"

"Apa?"

Mata Xiao He berputar jahil. "Lebih baik tidak jadi kutanya."

Hampir naik kembali darah Meng Xin Hun. Sedapatnya ia menekan emosi. "Bicaralah!"

Puas mempermainkan Meng Xin Hun, Xiao He berkata simpati, "Dua tahun sejak kau mengganti posisi Ye Xiang, sudah waktunya kau beristirahat." Nadanya penuh perhatian, "Kalau kau tidak mau melakukan tugas ini, biar aku yang menggantikan."

Lirih suara Meng Xin Hun. "Kau tahu Sun Yu Bo macam apa?"

"Kau kira aku tidak bisa membunuhnya?"

"Kemungkinan aku juga tidak bisa membunuhnya!"

"Kalau kau tidak bisa membunuhnya, kau pikir aku juga tidak bisa?" Wajah Xiao He menghijau marah. "Kungfumu memang lebih tinggi dariku. Untuk membunuh tidak hanya memerlukan kungfu, tapi juga semangat dan kemauan!"

"Kalau kau ingin menggantikanku, pergilah." Meng Xin Hun merasa begitu lelah.

Lelah membuatnya malas bicara, juga membuatnya malas melakukan apa pun.

Tapi masih ada satu kalimat yang ia ucapkan. "Sebelum melakukannya, kau harus tahu, tugas ini sangat berbahaya."

Xiao He langsung menjawab, "Aku tidak takut karena aku sudah memperhitungkannya."

Bahaya tidak akan membuat Xiao He mundur. Kesempatan ini sudah lama ia tunggu. Asal bisa melaksanakan tugas ini dengan baik, maka Xiao He bisa mengganti posisi Meng Xin Hun. Itulah ambisinya.

Namun Meng Xin Hun tidak perduli. Walau kedudukannya terancam direbut Xiao He, ia tidak perduli.

Ia hanya ingin istirahat. Lain-lainnya ia tidak mau tahu. Ia hanya ingin tidur, kalau bisa tidak usah bangun lagi.

Nyatanya sampai dini hari pun ia tidak bisa memejam mata.

*

Ayam berkokok.

Kabut mengambang di permukaan begitu tebal. Sedemikian tebalnya bahkan telapak tangan sendiri pun sulit terlihat

Meng Xin Hun berjalan ke pinggir kota. Entah berjalan ke mana ia tidak perduli. Berjalan sampai kapan pun ia tidak mau tahu. Pokoknya, ia membiarkan kakinya melangkah semaunya.

Pikirannya hampa, sehampa hatinya.

Suara air mengalir.

Sungai kecil.

Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang