"Aku tidak tahu kenapa Tuan tidak mau mengakuinya sebagai putri sendiri. Tapi kutahu, biar bagaimana, dia adalah putrimu karena darah lebih kental daripada air, " kata Meng Xin Hun menatap Lao Bo tanpa takut. "Terkadang kita tidak bisa mengubah keadaan, begitu juga dengan Tuan."
"Kalian punya hubungan apa?" bentak Lao Bo.
"Aku ingin menjadi suaminya."
Mendadak Lao Bo menarik baju Meng Xin Hun. "Kau harus mati!" raungnya.
"Aku tidak mau mati. Demi Xiao Tie aku harus terus hidup. Aku pun ingin Xiao Tie tetap hidup demi diriku. Kalau membunuhku, Tuan akan menyesal."
Lao Bo memelototi Meng Xin Hun hingga urat-urat matanya bertonjolan. "Aku tidak pernah menyesal membunuhmu."
Meng Xin Hun sama sekali tidak takut. Sungguh-sungguh ia berkata, "Tuan sudah tidak punya anak lelaki. Xiao Tie satu-satunya darah dagingmu yang masih hidup."
"Kenapa kau bicara seperti itu?" tanya Lao Bo marah.
"Karena kutahu Tuan adalah orang yang bijak, karenanya kutidak mau membohongimu."
"Sudah lama kau mengenal Xiao Tie?"
"Belum begitu lama."
"Kau tahu bagaimana Xiao Tie?"
"Seperti apa pun Xiao Tie, bagiku sama saja."
"Dulu dia..."
Meng Xin Hun memotong perkataannya, "Dulu dia sangat tersiksa. Aku akan berusaha lebih baik memperlakukannya. Yang lalu biarlah lalu, aku tidak ingin tahu masa lalunya."
Lao Bo melepaskan tangannya yang mencekal baju Meng Xin Hun. Sorot matanya kembali seperti semula.
Dan ia terlihat lebih tua. Lamban ia berkata, "Kau benar, aku sudah tidak punya anak lelaki lagi. Xiao Tie darah dagingku satu-satunya."
"Tuan harus membiarkan Xiao Tie dan anaknya hidup lebih lama."
"Apa kau tahu siapa ayah anak itu?"
"Aku tidak tahu. Tidak mau tahu dan tidak perduli dengan semua itu."
"Benar kau tidak perduli?"
"Aku hanya ingin menjadi suami Xiao Tie dan ayah anak itu." Meng Xin Hun menatap Lao Bo. "Aku bisa memaafkannya, kenapa Tuan tidak?"
Lao Bo menunduk kepala, sedih berkata, "Aku membencinya karena tidak mau memberitahu siapa ayah anak itu."
"Setiap orang pasti memiliki hal yang tidak bisa diungkap, apalagi hal itu sangat menyakitkannya, karenanya Xiao Tie tidak mau mengatakannya. Tuan adalah ayahnya, kenapa harus memaksanya hingga seperti ini?"
Lao Bo lama terdiam, tiba-tiba bertanya, "Bagaimana Xiao Tie?"
"Dia baik, dan tetap putrimu."
"Kau akan berbuat baik padanya?"
"Pasti."
"Mungkin aku memang sudah tua. Orang tua selalu berhati lemah," kata Lao Bo menatap Meng Xin Hun hangat. Ia merasa pemuda ini bisa dipercaya. Perlahan ia berkata, "Aku masih memiliki anak perempuan, masih memiliki penerus..."
Meng Xin Hun balik menatapnya.
Tiba-tiba Lao Bo memegang tangan Meng Xin Hun begitu erat. "Jika kau benar-benar mencintainya, aku titipkan dia padamu."
Air mata Meng Xin Hun hampir menetes. Sambil menahan isak ia berkata, "Aku tidak akan membuat Tuan menyesal karena sudah menitipkannya padaku."
"Kau masih ingin meminta apa lagi?" tanya Lao Bo dengan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu Long
Misterio / SuspensoSemasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki pembunuhannya. Ramuan dari para peng...