1

4.1K 55 1
                                    

GIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominir suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang.

Li Ko Yung, satu diantara yang bertikai waktu itu berhasil menguasai Ho-nan dan Shan-si. Dua propinsi ini jatuh di bawah kekuasaan laki-laki itu. Namun karena dimana-mana terjadi peperangan dan mulut tak pernah diam untuk memaki atau mengutuk maka dua wilayah ini pun masih tak sepenuhnya tenang.

Ho-nan, yang terletak di selatan Shan-si berbatasan dengan Sungai Kuning.

Sungai ini membelah dua wilayah itu, dari barat ke timur, tentu saja merupakan daerah penting karena sungai itu merupakan penyeberangan bagi banyak orang, termasuk serdadu atau pasukan dari pihak penguasa. Dan karena orang berlalu lalang di sungai itu dan banyak di antaranya yang menyeberang pulang-pergi maka daerah ini merupakan daerah rawan karena sering terjadi huru-hara di situ, sering tak dapat diatasi pasukan dan timbullah pertumpahan darah, apalagi kalau orang kang-ouw (dunia persilatan) ikut bergerak, orang-orang berkepandaian tinggi dan sering mereka datang atau pergi seperti siluman.

Dan ketika semuanya itu ditambah dengan blok-blokan antara pendukung yang satu dengan yang lain dalam membela junjungan masing-masing maka daerah ini termasuk rawan dan gawat

Dan hari itu kejadian itu muncul di permukaan. Mula-mula Sungai Kuning beriak perlahan. airnya mengalir tenang dan di dermaga pelabuhan terdapat kesibukan penumpang, naik turunnya barang atau orang. Dan ketika matahari semakin tinggi dan panas juga semakin menyengat, tiba-tiba dari barat sungai meluncur sebuah perahu yang ditumpangi enani orang laki-laki.

"Hei, minggir.......minggir.......!"

Bentakan atau seruan kasar itu terdengar dari dalam perahu ini. Perahu tersebut melintas dengan cepat, tidak menyeberang melainkan mengikuti aliran sungai, ke timur, tentu saja memotong beberapa perahu yang akan menyeberang. Tiga perahu dari selatan ke utara hampir terbalik, penumpangnya menjerit-jerit dan enam orang di atas perahu pertama tak perduli.

Mereka seakan raja di situ, Dan ketika perahu terus meluncur namun dari utara muncul dua perahu kecil yang hendak ke dermaga. tiba-tiba enam orang di atas perahu itu melotot.

"He, minggir. Atau kalian kutabrak mampus!"

Dua perahu itu, yang hendak menepi ke selatan tiba-tiba gugup. Penumpangnya adalah seorang kakek yang mempergunakan dua buah dayung, hendak menyibak dan perahu sudah hampir bertumbukan. Si kakek rupanya tak sanggup mengendalikan perahunya karena air tiba-tiba berpusar. perahu terputar dan tiba-tiba tanpa dapat dicegah lagi perahu kakek pertama bertumbukan dengan peiahu enam orang itu. Dan ketika suara keras mengejutkan semuanya dan enam orang di atas perahu itu memaki dan membentak. mendadak perahu kedua, yang berada di sebelah perahu si kakek juga menumbuk dan menghantam dari belakang.

"Dukk!"

Perahu-perahu itu tak keruan. Laju perahu yang ditumpangi enam orang laki2 ini otomatis berhenti, perahu mereka terputar dan seolah dikeroyok dari dua arah. Satu dari kakek di depan sedang yang lain dari perahu yang menumbuk terakhir itu. Dan ketika mereka berteriak dan mengumpat caci mendadak perahu bocor!

"Hei, awas! Jahanam keparat!" enam lelaki itu mencak-mencak. Perahu mereka miring dan sebentar kemudian dimasuki air. Dan ketika kakek di depan terbelalak dan pucat melihat itu mendadak perahu enam lelaki itu terguling dan tenggelam.

"Bedebah, jahanam keparat mereka ini!" enam orang di atas perahu membentak meloncat dan tentu saja memaki-maki perahu yang menumbuk.

Tiga yang pertama meloncat di perahu si kakek, yang lain ke perahu dibelakang. Dan ketika mereka membentak dan menyambar kakek itu maka bagai harimau buas mereka mencengkeram dan melempar kakek itu ke sungai.

Golok Maut - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang