"TIDAK, aku tak bermaksud menakut-nakutimu, Hong-moi. Apa yang hendak kubicarakan ini adalah berdasarkan kenyataannya. Kau diamlah, dengarkan ceritaku!" dan Golok Maut yang menceritakan pertemuannya dengan si kakek iblis, Mo-bin-lo yang amat sakti akhirnya membuat Wi Hong ketakutan dan ngeri.
Betapa kekasihnya itu tak akan mungkin lepas dari kutukan kakek iblis itu karena Golok Maut, Golok Penghisap Darah itu telah dikotori perbuatan mereka berdua.
Golok itu hanya boleh dipegang atau dimiliki oleh jejaka-jejaka atau perawan ting-ting, tak boleh dimiliki suami isteri atau calon suami isteri. Dan karena keampuhan golok ini akan menjadi pudar kalau sudah dikotori hubungan suami isteri maka barang siapa yang mengotorinya haruslah menebus dengan nyawanya agar keampuhan atau kekeramatan golok itu tetap terjaga.
"Itulah sebabnya aku hendak membunuhmu. Aku merasa kau perdayai, kau tipu. Karena setelah perbuatan itu maka aku telah melanggar larangan Golok Penghisap Darah ini. Tapi, ah... kau ternyata hamil, Hong-moi. Perbuatan kita dulu ternyata membuahkan anak dalam kandunganmu itu. Aku tak mungkin membunuhmu, dan sekaranglah saatnya aku yang menebus dosa!"
Wi Hong pucat. "Jadi karena itu kau hendak membunuhku? Kau menganggap aku memperdayai?"
"Maaf, tadinya begitu, Hong-moi. Tapi setelah kini semuanya kuketahui ternyata aku salah. Cintamu..."
"Benar!" gadis ini bangkit berdiri. "Aku mencintamu lahir batin, Hauw-ko. Aku tidak memperdayai atau bermaksud menipumu. Aku sama sekali tak tahu akan peristiwa kutukan itu, Kau melukai hatiku, kau kejam!"
"Maaf, kau benar, Hong-moi. Aku memang kejam, aku ternyata kejam. Terbawa oleh kebiasaanku yang bersifat kejam ternyata aku telah salah sangka denganmu. Maaf, aku kini menyesal!"
Wi Hong tersedu-sedu. Tiba-tiba perasaannya menjadi sakit dan benci bukan main kepada Si Golok Maut ini. Tapi karena orang yang dia benci sekaligus juga dicintanya maka gadis atau ketua Hek-yan-pang ini mengguguk-guguk, itulah jalan pelampiasannya.
"Hauw-ko, kau tak berperasaan. Kau merendahkan cintaku. Kau... kau, ah!" dan Wi Hong yang meremas serta mencengkeram baju pemuda ini akhirnya menarik-narik dan gemas memukul-mukul pemuda itu, dibiarkan saja dan Golok Maut akhirnya menggigil, menjatuhkan diri berlutut, memeluk gadis itu.
Dan ketika Wi Hong masih menumpahkan semua kesal dan marahnya maka pemuda ini berkata, gemetar, "Hong-moi, aku mengakui salah. Aku mengakui berdosa. Nah, daripada mati di tangan musuh lebih baik kau bunuh aku dan lunaslah hutangku. Inilah Golok Penghisap Darah, lampiaskan kebencianmu dan aku reia mati di tanganmu!"
"Kau gila? Kaukira aku suka membunuh? Tidak, lebih baik kita mati berdua, Hauw-ko. Dan simpan kembali golok keparat itu!"
Wi Hong malah menangis deras. Menerima tapi membuang golok itu gadis ini menubruk dan memeluk pemuda itu. Betapapun Golok Maut adalah ayah dari anak di kandungannya.
Betapapun Golok Maut adalah kekasihnya, suaminya, meskipun mereka belum diikat oleh suatu perkawinan resmi. Dan ketika gadis itu mengguguk dan menerkam pemuda ini maka Golok Maut terharu dan mencium kekasihnya ini."Hong-moi, aku benar-benar buta. Aku tak dapat menghargai cinta sucimu. Ah, aku benar-benar manusia terkutuk!"
Wi Hong tersedu-sedu. Akhirnya mereka sama-sama menangis dan keduanya lalu berciuman. Golok Maut tiba-tiba mengeluh karena mendadak dada kirinya sakit, mengerang dan Wi Hong melepaskan pelukannya. Dan ketika gadis itu pucat bertanya maka Golok Maut menggeleng dan menyembunyikan keadaannya.
"Tak apa-apa.... aku tak apa-apa..."
"Tapi kau mengerang, kau kesakitan!"
"Hm, sedikit saja di sebelah kiri ini, Hong-moi. Tapi sekarang sudah tidak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
General FictionGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...