40

738 15 0
                                    

DUA-DUANYA berjungkir balik kebelakang. Golok Maut mengeluarkan teriakan tertahan sementara lawan juga berseru lirih. Dua-duanya sudah merampas senjata lawan.

Golok Maut dengan pedang bersinar putih yang berkeredepan menyilaukan mata sedangkan Beng Tan dengan Golok Maut yang terasa dingin menyeramkan.

Masing-masing tertegun dan terbelalak sejenak mengamati pedang atau golok di tangan masing-masing, keduanya memancarkan kekaguman yang sangat karena Golok Maut tampak tertegun memandang pedang di tangannya itu, pedang yang menyilaukan mata dan cahayanya seperti matahari, hawanya panas dan kuat dan tokoh bercaping itu tampak tertegun. Namun ketika laki-laki ini sadar dan menoleh karena terdengar jerit dari ketua Hek-yan-pang itu maka wanita baju merah itu berseru,

"Golok Maut, senjatamu dirampas. Ah, golokmu itu mengeluarkan darah!"

Golok Maut terkejut.

Beng Tan yang memegang goloknya rupanya mencoba sesuatu, mengerahkan sinkang karena melawan hawa dingin yang keluar dari badan golok. Senjata di tangannya itu tiba-tiba seakan es yang hendak membekukan telapak tangannya. Tapi begitu dia mengerahkan sinkang untuk bertahan tiba-tiba sinkangnya yang berhawa panas bertemu hawa dingin itu dan golok itu mengeluarkan cairan merah yang menetes-netes, persis darah!

"Berikan padaku!" Golok Maut tiba-tiba berkelebat. "Kau jangan menghiha pusakaku. orang she Ju. Terima pedangmu dan kembalikan itu padaku... wut!" bayangan hitam melesat, lewat dan tahu-tahu sudah menyambar Beng Tan.

Dan karena pemuda ini tak bermaksud mengangkangi golok karena golok dirampas sekedar mengimbangi lawan yang merampas pedangnya maka secepat kilat pemuda ini mengelak dan melempar golok ke arah lawan, yang saat itu menyerang sekaligus melempar pedang kepadanya, dengan ujung pedang menyambar tenggorokan, jadi sebuah serangan juga!

"Sing-plak!"

Dua-duanya berjungkir balik. Untuk kesekian kali Beng Tan maupun lawannya sama-sama bergerak cepat.

Beng Tan menangkap pedangnya dengan cara berjungkir balik di atas badan pedang, meluncur searah tapi tangannya sudah menangkap atau menyambar gagang pedang, dari depan. Dan karena saat itu Golok Maut juga menerima senjatanya yang menyambar mata maka hampir berbareng dua pemuda itu sama-sama menangkap atau memperoleh senjatanya dengan cara yang cepat luar biasa.

"Crep-crep!" dua-duanya sudah menguasai senjata masing-masing.

Aneh dan luar biasa golok berdarah yang tadi menetes-netes mengeluarkan cairan merah itu sudah berhenti mengeluarkan cairan, yang mirip darah. Dan ketika Beng Tan disana terbelalak dan sudah menerima pedangnya kembali maka anak muda ini tertegun memandang Golok Maut yang tampak begitu cocok dan pas menerima golok berhawa dingin itu.

"Golok Maut, kau menyeramkan. Senjata penuh darah itu seolah cocok untuk-mu!"

"Hm, tak usah bercuap. Sekarang kita masing-masing sudah sama-sama mengeluarkan senjata, orang she Ju. Hayo kita lanjutkan pertandingan kita dan siapa yang roboh dialah yang kalah!"

"Aku sekarang tak ingin bertempur. Golokmu yang mengerikan itu mengingatkan aku akan seseorang!"

"Hm, cerewet. Suka atau tidak kita belum menyelesaikan pertandingan ini, orang she Ju. Ayo kita teruskan dan jaga golokku.... singg!" golok tiba-tiba berkeredep, tokoh bercaping itu sudah meloncat dan tahu-tahu berkelebat cepat.

Gerakannya luar biasa dan Beng Tan terkejut. Lawan tahu-tahu sudah berada di depan hidungnya dan golok yang berhawa dingin menyeramkan itu sudah berkelebat bagai mahluk haus darah.

Mukanya terasa dingin ketika golok itu menyambar, juga amis. Namun karena Beng Tan bukanlah pemuda biasa dan pertandingan berimbang tadi menunjukkan keduanya memiliki kecepatan dan kekuatan yang sama maka pemuda ini cepat mengelak dan Pek-jit-kiam atau Pedang Matahari membentur Golok Maut.

Golok Maut - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang