14

907 19 0
                                    

Ternyata kakek ini adalah satu diantara Tiga Pelindung kaisar Chu Wen, seorang tokoh yang dulu mengenal ayahnya dengan baik. Dan ketika kakek itu bercerita bahwa Chu Wen telah tewas dan dia bersama dua rekannya berpencar meninggalkan istana maka Sin Hauw tertegun.

"Siapa dua rekanmu itu, Suhu? Dimana mereka sekarang?"

"Aku tak tahu, Sin Hauw. Tapi mereka adalah dua suami isteri yang lihai. Yang perempuan berjuluk Cheng giok Sian li (Dewi Permata Hijau) sedang yang lelaki adalah Sin liong Hap Bu Kok, si Naga Sakti. Kami bertiga menjadi pelindung Chu Wen tapi sayang sesuatu terjadi. Suami isteri itu meninggalkan istana dan aku sendiri menghadapi ratusan musuh. Dan karena tak mungkin aku melindungi kaisar seorang diri maka junjunganku akhirnya tewas dan aku juga pergi melepas kecewa."

"Kenapa begitu? Bagaimana dengan ayah?"

"Mendiang ayahmu jelas seorang gagah, Sin Hauw, pemberani dan setia pada junjungan. Tapi karena waktu itu kacau dan kami berpisah maka kudengar akhirnya ayahmu itu ditangkap."

"Ya, dan akhirnya dibunuh. Kwi-goanswe itulah biang keladinya!"

"Aku tak tahu," kakek ini menarik napas dalam. "Tapi kudengar seperti itu, Sin Hauw. Dan aku menyesal."

"Kenapa dua suami isteri itu meninggalkan istana, locianpwe?" Hwa Kin tiba-tiba bertanya.

"Hm!" kakek ini merah mukanya. "Urusan pribadi, Hwa Kin. Aku tak dapat menceritakannya karena kalian belum cukup dewasa."

"Kenapa begitu?" gadis ini mengerutkan kening. "Aku sudah belasan tahun, locianpwe, bukan kanak-kanak lagi!"

"Benar, tapi ini urusan laki perempuan, anak baik. Lohu malu menceritakannya dan harap kau tidak bertanya lagi."

"Ooh!" dan Hwa Kin yang tiba-tiba mengerti mendadak dapat menangkap dengan firasatnya bahwa rupanya ada peristiwa cinta disitu, melengos dan menunduk dan Sin Hauw memandang lurus.
Anak laki-laki ini tak tahu dan dia heran. Tapi ketika gurunya mengangkat tangan dan minta agar mereka tak bertanya lagi maka bocah itu teringat ibunya dan mendesis, tubuh tiba-tiba kedinginan karena angin gunung berhembus tajam. Suasana di puncak memang lain dengan di bawah, tempat itu semakin dingin dan Hwa-liong Lo-kai teringat. Dan ketika Hwa Kin juga berketruk dan lagi-lagi menggigil maka kakek ini menyuruh Sin Kauw mengatur napas sementara Hwa Kin sendiri disuruh berdiam.

"Kau buatlah api unggun, biar Sin Hauw berlatih pernapasan."

Gadis ini mengangguk. Dia cepat mencari ranting kering dan membuat api unggun, menyalakannya dan segera ruangan ini menjadi hangat. Dan ketika adiknya mulai berlatih pernapasan dan kakek ini memberi petunjuk sana sini maka Sin Hauw mulai belajar dan di bawah bimbingan kakek ini, dituntun dan hari-hari esok dilewatkan keduanya bersama pengemis lihai ini, yang sebenarnya adalah seorang dari Tiga Pelindung mendiang kaisar Chu Wen, seorang tokoh dan jelas bukan orang sembarangan.

Dan ketika sebulan lewat dengan cepat sementara minggu berganti minggu maka tak terasa dua tahun dilalui dan Sin Hauw menjadi anak laki-laki tampan yang semakin gagah.

Hari itu Sin Hauw mendapat peiajaran baru. Silat tangan kosong Hang houw ciang (Penakluk Harimau) dilatihnya, mandi keringat dan segar di bawah terik matahari pagi. Angin gunung yang berhembus perlahan malah membuat tubuhnya mengkilap, wajah berinar-sinar dan Sin Hauw tampak serius melatih ilmu silat itu. Namun ketika dia menggerak-gerakkan ke dua tangan dan kaki untuk mengikuti irama jurus mendadak terdengar tawa serak diusul berkelebatnya beberapa bayangan.

"Ha ha, inikah anak yang kau cari-cari itu, goanswe. Mana Hwa-liong Lo-kai?"

Sin Hauw terkejut. Empat bayangan berkelebat di depannya dan tahu-tahu dia sudah dikurung empai laki-laki yang memandangnya tajam. Sin Hauw terkejut karena melihat satu diantaranya adalah jenderal Kwi, ayah Kwi Bun! Dan ketika anak itu tersentak dan mundur dengan mata berkilat tiba-tiba lelaki disebelah kiri, kakek tinggi kurus yang tertawa menyambarnya.

Golok Maut - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang