39

771 15 0
                                    

Pemuda ini mendelong. Dia jadi tak menyangka jawaban itu dan mukanya seketika merah.
Dia dimaki dan betapa pedas makian itu. Kalau saja wanita ini datang bukan untuk menolongnya, atau menolong sumoinya itu karena hal ini sama saja baginya mungkin dia sudah membentak dan memaki wanita itu, menerjangnya. Panas dan marah karena dia terhina.

Tapi karena dia sudah ditolong dan diakui atau tidak dia telah dibebaskan dari Lam-ciat maka pemuda ini menggigit bibir dan tiba-tiba teringat sumoinya itu, yang masih menggeletak dan di bawah totokan si kakek iblis. Maka begitu dia teringat dan menghentikan serangannya kepada Lam-ciat, mendengar kakek itu tertawa tiba-tiba pemuda ini melompat keluar dan sudah menolong sumoinya itu, membebaskan totokannya.

"Sumoi, seseorang telah menolongmu. Nah, terserah kau mau pergi atau kita serang si kakek jahanam itu!"

Gadis ini meloncat bangun, langsung mencabut pedang. "Aku tak mau pergi, suheng. Justeru akan membantu tuan penolongku dan kita serang kakek jahanam itu!"

"Nah," si pemuda berseru. "Sumoiku tak mau pergi, nona. Justeru kami akan membalas sakit hati pada kakek iblis ini dan jangan kau marah kepadaku kalau aku menyerang Lam-ciat!" pemuda itu menerjang lagi, berkata bahwa dia bukan membantu wanita itu melainkan membantu sumoinya, yang sudah menyerang dan menerjang Lam-ciat, ada betulnya juga kata-kata ini dan ketua Hek-yan-pang itu tertegun, tak dapat mengusir.
Dan ketika suheng dan sumoi itu sudah mengeroyok Lam-ciat tapi si iblis menghilang dan muncul lagi dengan ilmunya yang luar biasa maka Hoan-eng-sut benar-benar merepotkan tiga orang ini karena kakek itu muncul dan menghilang bagai siluman saja.

"Ha-ha, kalian tak dapat mengalahkan aku. Hoan-eng-sut terlampau tangguh buat kalian!"

"Hm, kau memang licik!" wanita baju merah itu membentak. "Ilmu andalanmu hanya Hoan-eng-sut yang berbau ilmu hitam itu, Lam-ciat. Tanpa ini ternyata kau bukan apa-apa!"

"Ha-ha, tak-usah marah. Sekarang aku akan membunuh pemuda ini sementara kalian berdua ikut aku... hargh!"

Lam-ciat mengeluarkan seruan panjang, parau dan menyeramkan dan si gadis teman si pemuda tiba-tiba berteriak ketika kakek iblis itu menghilang, berobah bentuk menjadi segumpal asal dan kini asap itu menyambar temannya.

Si pemuda terkejut dan tentu saja menggerakkan pedangnya. Tapi ketika senjatanya terpental dan patah bertemu asap hitam ini maka pemuda itu berteriak kaget ketika terangkat tinggi dan terbanting.

"Heiii.... bress!"

Pemuda itu menjerit. Lam-ciat di balik asap hitamnya tertawa bergelak, maju menyambar dan pemuda itupun sudah diterkam, bergulingan mengelak namun sia-sia. Dan ketika Lam-ciat menggeram dan pemuda itu mengeluh maka lengan pemuda ini berkeratak ketika dicengkeram, patah dan Lam-ciat meneruskan gerakannya ke leher.

Tengkuk pemuda ini mau dipatahkan juga namun saat itu dua pedang di tangan wanita baju merah dan sumoi pemuda itu berkelebat, menyambar dan membentak si kakek. Dan karena gerakan pedang di tangan Hek-yan-pangcu jauh lebih berbahaya dibanding pedang di tangan sumoi pemuda itu maka Lam-ciat mengelak dan tangan kirinya bergerak menampar dua senjata itu.

"Plak-plakk!"

Sumoi pemuda itu terpelanting. Pedangnya mencelat dan patah pula menjadi tiga, Lam-ciat mengerahkan tenaganya hingga gadis ini tak kuat, terbanting dan terguling-guling disana. Dan ketika gadis itu menjerit dan Lam-ciat menangkis pedang si wanita baju merah, menampar dari samping maka ketua Hek-yang-pang itupun mengeluh dan terhuyung, terbelalak memandang kakek ini yang sudah tertawa bergelak menggerakkan tangan kanannya, siap mencengkeram hancur leher pemuda tawanannya itu.

Tapi ketika kakek ini siap membunuh lawan dan melaksanakan ancamannya tiba-tiba Beng Tan yang tak tahan melihat semuanya itu sudah berkelebat keluar membentak si kakek, menendang sebuah kerikil hitam.

Golok Maut - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang