"Nah, ini kesempatan baik untuk menguji babak pertama. Sin Hauw. Kau boleh buktikan bahwa Kak-busu pasti sudah dibunuh! Orang yang kau anggap encimu itu tak mungkin dapat menjaga Kak-busu. Diapun kaki tangan Coa-ongya!"
"Aku akan membuktikan!" Sin Hauw sudah tak tahan. "Kau ikut aku dulu, nenek siluman. Kalau cocok baru kau kulepaskan!"
Sin Hauw menyambar nenek ini, menotok tengkuknya dan nenek itu roboh. Im-kan Siang-li tentu saja menjerit dan berteriak-teriak, Sin Hauw dimakinya sebagai pemuda yang tak menepati janji.
Tapi ketika Sin Hauw berkata bahwa nenek itu hanya dibawa sebentar untuk melihat keadaan di gedung Coa-ongya maka nenek itu pucat dan memaki-maki, tak percaya.
"Kentut busuk. Kau bohong, Sin Hauw. Kau penipu. Kau ternyata sama dengan Coa-ongya!"
"Tidak, aku pasti membebaskanmu, nenek buruk. Tapi coba kubuktikan dulu apakah benar Kak-busu dibunuh!"
"Tentu dibunuh, aku berani taruhan! Tapi bawa pula mayat saudaraku!"
"Hm, kau dapat membawanya nanti, nenek siluman. Sekarang tak perlu banyak cakap dan kau diam saja!" Sin Hauw menggerakkan jarinya, menotok urat gagu nenek itu dan kini si nenek tak dapat berkaok-kaok. Nenek itu mendelik dan gusar bukan kepalang.
Sin Hauw sudah membawanya terbang dan kembali ke gedung Coa-ongya. Dan ketika tak lama kemudian Sin Hauw sudah melempar nenek itu di tempat tersembunyi dan langsung berkelebat masuk sendirian maka Coa-ongya ternyata menyambut bersama Kwi-goanswe, juga seratus pengawal yang tiba-tiba sudah disiapkan disitu, seolah perang!
"Bagaimana, Sin Hauw? Mana nenek itu?" Coa-ongya tampak tegang, melihat Sin Hauw merah mukanya namun pemuda itu dapat mengendalikan diri.
Tiba-tiba Sin Hauw menjadi cerdik untuk tidak melakukan sesuatu secara gegabah. Jejak yang mulai terang bisa menjadi gelap lagi kalau dia terburu-buru. Maka begitu melihat pangeran datang menyambut dan seratus pengawal siap dengan senjata bergetar maka Sin Hauw pura-pura menahan marah dan memaki nenek itu,
"Maaf, aku gagal, pangeran. Nenek itu melarikan diri entah ke mana. Aku terpaksa pulang untuk minta bantuan. Nenek itu licin, dia rupanya masuk hutan!"
"Hm, kau tak bohong?"
Sin Hauw terkejut.
"Kukira kau sudah menemukan nenek itu, Sin Hauw. Tapi kau terhasut! Kau menyembunyikan sesuatu!"
Sin Hauw berdetak. Kalau tak ingat bahwa rupanya dia dijebak dan pertanyaan itu mengandung tipuan barangkali ia akan terkecoh. Untung, Sin Hauw ingat itu dan kini sikapnya terhadap Coa-ongya penuh kehati-hatian. Sin Hauw justeru mengerutkan kening dan menampakkan ketidak-senangannya mendengar kata-kata ini, sebuah tuduhan langsung! Maka ketika pangeran memandangnya tajam dan dia balas memandang tak kalah tajam maka Sin Hauw membalik dengan sebuah pertanyaan getas,
"Pangeran, bagaimana paduka menuduh demikian? Beginikah cara paduka menyambut seorang yang telah mati-matian membantu paduka? Di mana penghargaan paduka terhadap seorang yang telah mati-matian bekerja keras?"
"Maaf," pangeran tiba-tiba tertawa. "Aku rupanya terlampau bercuriga. Sin Hauw. Terus terang saja aku khawatir kau telah menemukan nenek itu dan mendengarkan omongannya yang tidak-tidak. Ah pembantuku telah berkhianat semua, terkutuk mereka itu!" dan Coa-ongya yang mempersilahkan Sin Hauw masuk lalu bertepuk tangan dan mengajak Sin Hauw ke ruang dalam, ke meja makan. "Mari.. mari. Sin Hauw. Betapapun aku ingin membuang semua kejadian ini dengan suasana baru. Aku ingin berterima kasih bahwa kau telah membunuh Pek-wan dan satu diantara dua nenek keparat itu!"
Sin Hauw tertegun. "Paduka mau apa?
"Membuang rasa sebal. Sin Hauw. Mengajak semua orang termasuk pengawal bersenang-senang! Mereka telah ikut mengamankan tempat ini, wajib diberi sekedar tanda terima kasih dengan makan minum bersama!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
General FictionGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...