ORANG pun ribut. Setelah kecurangan itu diketahui dan semua mata melihat bahwa di bawah sepatu itu benar saja terdapat sebuah pisau kecil maka pendukung barongsai merah menjadi marah. Mereka berteriak dan menuntut perbuatan barongsai biru.
Kwik Beng, laki-laki itu gembira. Lawannya disana terkejut dan berobah mukanya. Tapi ketika semua orang menjadi ribut dan pihak barongsai biru tentu saja tersudut tiba-tiba laki-laki tinggi besar yang bermuka hitam itu menerjang dan menyerang pemuda tampan ini.
"Kau pengacau!" Bentakan ini mengejutkan yang lain.
Kwik Beng, yang melindungi pemuda itu tentu saja marah. Dia membentak dan mau menangkis serangan ini. Tapi ketika pemuda itu tertawa dan mendorongnya perlahan tiba-tiba pukulan itu dikelit dan si muka hitam mendapat sebuah ungkitan kecil dan... terjerembab mencium tanah.
"Hei, hati-hati, Hek-twako. Jangan marah disini... bluk!" laki-laki itu terpekik, berteriak dan tentu saja marah dan malu.
Tubrukannya dikelit dan tadi sebuah kaki mengungkit pantatnya, cepat sekali, tak diketahui orang lain dan tahu-tahu ia terjerembab. Dan ketika laki-laki itu mengumpat caci dan marah bangun berdiri maka dia menubruk dan menyerang lagi, dikelit dan entah bagaimana tiba-tiba ia pun terjungkal.
Pemuda itu tak nampak membalas kecuali tangan atau kakinya sering menyentuh tubuh si muka hitam, seperti orang takut jatuh tapi justeru si muka hitam yang tersungkur. Dan ketika kejadian ini berulang enam tujuh kali dan orangpun gempar maka laki-laki itu akhirnya mencabut golok dan menyerang pemuda ini, membabi-buta.
"Hei..!" orang she Kwik pun terkejut. "Jangan main curang, hitam. Simpan golokmu dan pergilah!" laki-laki ini melompat, tak tahan lagi melihat berkelebatnya golok yang menyambar-nyambar.
Dia khawatir pemuda itu terbacok dan luka, pendukung barongsai merah sudah berteriak-teriak dan siap menyerang kembali, hal yang akan dihadapi pula oleh pendukung atau pihak barongsai biru, karena Hek-twako adalah pendukung mereka.
Namun ketika laki-laki she Kwik meloncat dan hendak menubruk si muka hitam tiba-tiba pemuda tampan itu menggerakkan jarinya dan entah bagaimana tahu-tahu tubuh laki-laki tinggi besar ini terbanting dan golok di tangannya mencelat patah.
"Sudah... sudah... aku minta ampun. Kembalilah dan buang golokmu!" dan ketika benar saja si Hek-twako itu mencelat ke arah barongsai biru dan goloknya dibuang ke kanan maka Kwik Beng pun tertegun tdk jadi menyerang, tepat mendengar bentakan Lu-ciangkun.
"Pemuda ini dan si muka hitam kutangkap. Kalian minggir!"
Keributan baru tiba-tiba terjadi. Lu-ciangkun yang hendak menangkap si muka hitam tiba-tiba dihadang kelompok barongsai biru, begitu pula ketika ia melompat hendak menangkap si pemuda tampan, hal yang membuat komandan ini mendelik. Dan ketika dia membentak dan marah menyuruh pasukannya maka orang pun geger ketika pihak barongsai biru ataupun merah melakukan perlawanan!
"Hei, kalian pemberontak-pemberontak hina. Awas, kalian menghadapi pasukan pemerintah!"
Seruan ini tak ditanggapi.Barongsai biru melindungi kawannya sementara barongsai merah melindungi pemuda tampan itu.
Kwik Beng terutama meminta teman-temannya melindungi pemuda itu, setiap pasukan yang mendekat tentu didorong dan hiruk-pikuklah suasana. Tapi ketika Lu-ciangkun naik darah dan kudanya dikeprak siap menerjang siapa saja mendadak bayangan pemuda itu berkelebat dan tahu-tahu menangkap Cun Khing, pemimpin atau kepala barongsai biru."Lu-ciangkun, tahan. Lihat siapa yang kutangkap!"
Orang-orang terkejut.
Tiba-tiba mereka tertegun melihat Cun Khing meronta-ronta dipegangan pemuda itu, membentak dan mau melawan tapi tiba-tiba pemuda itu menggerakkan jarinya, menotok pundak. Dan ketika Cun Khing mengeluh dan roboh tidak berdaya maka gemparlah semua orang karena pemuda itu kiranya seorang pemuda yang lihai, yang tadi hanya berpura-pura lemah saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
General FictionGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...