53

578 11 0
                                    

"Bohong!" Beng Tan membentak. "Dua hari yang lalu Coa-ongya tak ada di kota raja, Kedok Hitam. Kau jelas berdusta dan menipu. Kau menyerahlah atau buka kedokmu dan perlihatkan siapa dirimu sebenarnya!"

"Beng Tan!" Kedok Hitam tiba-tiba menghardik. "Tutup mulutmu dan jangan lancang. Aku tak dapat memenuhi permintaanmu yang bersifat paksa. Kalau kau mau menangkap aku justeru keliru. Akulah yang akan menangkapmu dan membawamu pada sri baginda bagaimana kau bisa mendapatkan bendera itu. Kau tentu mencurinya!"

"Keparat! Kau rupanya menyembunyikan rahasia dan tak berani membuka kedokmu. Biarlah kulihat siapa kau dan mari bertanding untuk melihat siapa yang licik!" dan Beng Tan yang bergerak luar biasa cepat menyerang lawannya tiba-tiba telah melakukan pukulan jarak jauh menghantam. laki-laki ini, melepas Pek-lui-ciang atau Tangan Kilat dan Kedok Hitam terkejut. Dan ketika dia mengelak namun Beng Tan terus memburu dan mengejarnya tiba-tiba apa boleh buat dia menangkis dan mengerahkan Kim-kong-ciangnya.

"Dukk!!"

Kedok Hitam terpental. Dahsyat dan marah tapi juga kaget Beng Tan sudah menyerangnya bertubi-tubi.

Beng Tan kaget karena tentu saja dia mengenal ilmu pukulan itu. Kim-kong-ciang adalah ilmu yang dipunyai Golok Maut. Bagaimana bisa dimiliki si Kedok Hitam? Maka ketika Beng Tan berteriak keras dan sudah melepas pukulan sambil berkelebatan menyambar-nyambar maka Kedok Hitam tak dapat membalas kecuali harus menangkis saja, tiga empat kali dan selalu dia terpental. Nyata bahwa sinkang yang dimiliki pemuda baju putih itu lebih kuat dari pada dirinya sendiri dan tentu saja Kedok Hitam terkejut. Dia juga marah dan memaki-maki pemuda ini agar menghentikan pukulannya, atau dia akan mengerahkan semua orang yang ada disitu untuk menyerang dan membunuh pemuda ini, kalau Beng Tan tak mau mendengar kata-katanya.

Tapi ketika Beng Tan malah mempercepat serangannya dan pemuda itu sudah lenyap bagai burung rajawali yang beterbangan disekeliling lawan maka Kedok Hitam tak dapat berbuat banyak kecuali menangkis terus.

"Duk-dukk!"

Kedok Hitam menjadi gusar. Beng Tan benar-benar tak mau menghentikan serangannya dan kini pukulan-pukulan pemuda itu bahkan mencecar kian cepat. Pek-lui-ciang atau Pukulan Kilat menyambar naik turun bagai petir bersahut-sahutan.

Kemarahan Beng Tan tak dapat diredam lagi. Dan ketika Kedok Hitam harus menangkis sana-sini sementara dia terus terhuyung dan terdorong mundur akhirnya laki-laki ini berteriak agar Gwe-goanswe dan pasukannya maju membantu.

"Jangan ndomblong saja. Maju dan serang pemuda ini!" dan menoleh serta mengelak sebuah serangan lain si Kedok Hitam melotot pada Mindra, berseru, "Kau! Kenapa bengong dan terlongong saja disitu, Mindra? Hayo serang dan bantu aku atau kalian kuhajar dan jangan tanya dosa!"

Mindra dan temannya terkejut. Mereka memang bengong dan terlongong memandang pertempuran itu. Sudah tahu kelihaian Beng Tan dan mereka merasa jerih. Bagaimana mereka berani maju kalau sebenarnya bukan tandingan pemuda ini? Maka begitu mendengar bentakan si Kedok Hitam dan mereka juga sudah merasakan kelihaian laki-laki ini maka Mindra dan Sudra bingung karena baik Beng Tan maupun Kedok Hitam sama-sama mereka takuti, sama-sama lihai dan mereka bukan lawannya. Dan ketika disana Gwe-goanswe juga tampak ragu dan maju mundur maka Beng Tan membentak pada mereka.

"Siapa berani maju dia akan kuhajar. Jangan macam-macam, mundur dan biarkan aku menyelesaikan masalahku dengan lawanku ini!"

"Keparat!" Kedok Hitam marah. "Kau harus menghentikan seranganmu, Beng Tan, kalau kau menghendaki orang-orang itu tak menyerangmu. Berhenti, dan jangan seperti setan kelaparan!"

"Aku akan berhenti kalau kau memperlihatkan dirimu Buka dan buang kedokmu!"

"Kau main paksa? Keparat, kubunuh kau, Beng Tan. Jangan kira aku takut....
singg!" dan Golok Penghisap Darah yang dicabut serta dipergunakan laki-laki ini mendadak berkelebat dan menyambar tangan Beng Tan, memapak dan menerima pukulan pemuda itu dan terkejutlah Beng Tan karena lawan sudah mempergunakan senjata.

Golok Maut - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang