Waktu itu dia sedang mengejar si iblis hitam, mendengar angin berkesiur dan cepat ia mengelak, tak berani menerima karena dari angin sambaran itu ia tahu betapa dahsyatnya tenaga si penyambar. Benar saja, genteng hancur berantakan ketika ditimpa roda gergaji, yang dahsyat menghantam ke bawah.
Dan ketika Hek mo-ko bangun meloncat terhuyung dan Yalucang sudah menggeram membentak lawannya maka roda gergaji sudah menghantam lagi dan Pek mo-ko, suheng Hek mo-ko pucat di tempat, melihat sutenya terluka dan ia tadi tak sempat menolong.
Ia sendiri sedang bergulingan saat itu, menyelamatkan diri. Sinar menyilaukan dari golok maut itu benar-benar berbahaya sekali, benar-benar maut!
Dan ketika ia melompat bangun dan Hek mo-ko mengeluh dengan lukanya mendadak disana terdengar suara "cring crang" dan Yalucang, rekan mereka itu berteriak membanting tubuh, roda gergajinya terpapas sebagian dan kakek tinggi besar itu berseru keras. Ia tadi menyerang namun Golok Maut membalas. Dan begitu sinar menyilaukan itu berkelebat dan ia menangkis tiba-tiba satu dari sepasang roda gergajinya rompal.
"Mo-ko, tolong......!"
Dua kakek iblis itu berkelebat. Kalau Yalucang sudah minta tolong memang dapat dimaklumi. Mereka sendiri sudah merasakan betapa hebat dan luar biasanya si Golok Maut ini, terutama golok mautnya di tangan itu, yang hanya merupakan kilat menyambar-nyambar dan tajamnya melebihi pisau cukur!
Dan begitu mereka bergerak dan Golok Maut dibokong terpaksa lelaki bercaping itu membalik menangkis, dielak dan segera Yalucang memaki-maki. Kakek tinggi besar itu sudah melompat bangun dan mukanya merah padam, menyerang dan mengeroyok si Golok Maut. Dan ketika mereka bertiga bergerak silih berganti serang menyerang dan Golok Maut membalas atau menerima serangan mereka maka di atas wuwungan itu empat tubuh berkelebatan dengan luar biasa cepatnya, tak dapat diikuti mata lagi dan baru kali ini Golok Maut menghadapi lawan tangguh.
Biasanya, kalau dia sudah mencabut goloknya dan sinar menyilaukan berkelebat maka robohlah lawannya, seperti yang sudah kita lihat ketika dia membunuh orang-orang Hek liong-pang, bahkan ketuanya sendiri, Coa Hing Kok. Tapi bahwa sekarang dia hanya dapat melukai Hek mo-ko sementara yang lain dapat membalas atau mengelak serangannya terbuktilah bahwa tiga tokoh istana ini memang cukup luar biasa. Mereka memiliki gerakan cepat dan masing-masing memang lihai.
Hek mo ko sendiri meskipun sudah dikejar ternyata mampu mengelak, hanya mendapat dua luka itu dan selanjutnya kakek iblis ini dapat melayani kembali, mengeroyok bersama suheng dan rekannya, Yalucang yang kini tak berani lagi menangkis golok secara berdepan. Takut senjatanya bakal rompal atau putus, padahal roda ditangannya itu adalah senjata yang terbuat dari bahan pilihan, mampu menerima bacokan pedang setajam apa pun. Tapi bahwa senjatanya itu rusak dibabat Golok Maut dan tentu saja ia harus berhati-hati agar tidak kehilangan senjata maka tiga kakek iblis ini bergerak silih berganti untuk menyerang dari tempat yang berbeda-beda, mengelilingi Golok Maut tapi lawan dapat mengimbangi.
Kaget dan terbelalaklah mereka bertiga. Biasanya, satu dari mereka maju siapa pun dapat dirobohkan. Apalagi bertiga. Tapi bahwa Golok Maut ini dapat bertahan dan mereka bahkan harus berhati-hati menghadapi senjata di tangan lawan akhirnya Pek mo-ko maupun lainnya marah bukan main, tak tahu bahwa Golok Maut pun juga marah seperti mereka.
Golok maut ditangannya belum mendapat korban lagi dan tokoh bercaping itu menggeram. Dan ketika satu saat Hek mo-ko melancarkan Hek see-kang dan Pek-mo-ko menggerakkan sisa tongkat buntungnya maka kakek Yalucang tiba-tiba melepas roda gergajinya menghantam kepala si Golok Maut.
"Siut wir dess!"
Golok Maut terhuyung. Roda yang dilepas Yalucang mengenai pundaknya, tongkat buntung menyambar lewat dan Hek see-kang menyerempet tubuhnya. Dia tak sempat menangkis semuanya itu karena serangan lawan dilakukan hampir berbareng, dan semuanya tentu saja berbahaya.
Dan ketika Golok Maut terhuyung dan berkilat marah maka Yalucang tertawa bergelak menyambar roda gergajinya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
General FictionGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...