43

711 16 0
                                    

Semua orang mengeluh. Mereka terlempar dan terpental tinggi. Semua anak-anak murid Hek-yan-pang terpekik karena suara beradunya pukulan amatlah dahsyat.

Telinga mereka serasa pecah! Dan ketika mereka mengaduh atau merintih terbanting di tanah maka disana Golok Maut dan Beng Tan sudah berkelebatan kembali dengan pukulan-pukulan mereka, sambar-menyambar dan Swi Cu tertegun melihat jalannya pertandingan yang semakin hebat, seru dan mendebarkan karena masing-masing sudah mulai menambah kekuatannya, juga kecepatan hingga akhirnya dua orang yang bertanding itu lenyap.

Baik Golok Maut maupun Beng Tan hanya merupakan bayangan putih dan hitam sesuai baju yang mereka pakai, berkelebatan dengan luar biasa cepatnya sementara pukulan-pukulan emas atau Kim-kong-ciang yang dilancarkan Golok Maut semakin menderu, dahsyat menghantam namun pukulan putih di tangan lawannya juga bertambah berkilauan, meledak-ledak dan menahan atau mengimbangi pukulan di tangan Si Golok Maut itu. Dan ketika geraman-geraman atau benturan suara pukulan sudah tak kuat ditahan anak-anak murid yang bergelimpangan disitu maka wanita-wanita perkumpulan Walet Hitam ini pingsan dan lebih dari separoh sudah tak tahu jalannya pertandingan itu.

Tak melihat betapa dua orang itu semakin dahsyat bertempur dan rasa penasaran yang hebat semakin menghuni dada mereka.

Beng Tan sendiri mulai tak dapat menahan emosinya karena berkali-kali Golok Maut tak dapat dibujuk, marah dan terus menyerangnya hingga iapun menjadi naik darah dan gusar. Dan ketika pertandingan menjadi semakin memuncak dan pukulan-pukulan mereka juga bertambah cepat dan kuat maka satu benturan lagi akhirnya membuat Swi Cu yang paling tinggi kepandaiannya diantara semua anak-anak murid Walet Hitam menjerit ketika dentuman atau benturan Kim-kong-ciang dan Pek-lui-ciang serasa meruntuhkan langit.

"Dess!"

Amatlah dahsyat suara benturan ini. Golok Maut terlempar sementara Beng Tan juga terguling-guling, muntah darah dan keduanya mengeluh. Baik Golok Maut maupun pemuda baju putih itu sama-sama terluka, keduanya sesak napas dan mendekap dada disana.

Tapi ketika mereka meloncat bangun dan terhuyung disana, melotot, maka Golok Maut tertawa aneh mengusap darah yang membasahi mulutnya.

"Orang she Ju, kau hebat. Cabutlah pedangmu dan mari kita tentukan pertarungan ini dengan senjata!"

"Tidak," Beng Tan gemetar, menggigil. "Dua senjata kita bakal lengket dan tak mau dipisah lagi, Golok Maut. Kalau kau ingin mencabut senjatamu silahkan, aku tetap bertangan kosong!"

"Kau ingin mampus? Kau tak ingin membunuhku?"

"Aku tak bermaksud membunuhmu, Golok Maut. Aku hanya menghalangi dan mencegah perbuatanmu membunuh putera Ci-ongya!"

"Tapi dia musuhku, kau tahu!"

"Tidak, musuhmu adalah dendam, Golok Maut. Kau terbakar dan mabok dalam nafsumu yang gila. Kau tidak waras!"

"Kau memakiku?"

"Kau memang gila, gila dan terganggu jiwamu. Ayolah, cabut golokmu dan kau bunuh aku kalau ingin!" Beng Tan menantang, marah berseru pada lawannya dan Golok Maut menggeram.

Mereka sebenarnya dapat bertanding dengan senjata, sudah berulang-ulang Golok Maut meminta namun Beng Tan menolak. Dan karena Golok Maut tak mau mempergunakan senjatanya kalau lawan juga tak mau mencabut pedangnya maka selama itu pula Golok Maut menahan diri dan tak mau mencabut goloknya. Tapi begitu lawan menantang dan makian itu serasa menusuk jiwa, karena dia dikatakan gila dan tidak waras tiba-tiba Golok Maut membentak dan tak dapat menahan diri.

"Orang she Ju, kau bermulut pedas. Kalau begitu jangan salahkan aku kalau aku benar-benar ingin membunuhmu......srat!" sinar putih menyilaukan mata, tanda dicabutnya sebuah senjata ampuh dan Golok Maut sudah membentak meloncat ke arah lawannya itu.

Golok Maut - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang