Pangeran Ci itu datang dan tertawa meraih lengannya. Dan ketika tanpa malu-malu lagi Ci-ongya meremas dan meraba tubuh gadis itu maka sebuah ciuman didaratkan pada mulut si gadis.
"Miao In, kau sungguh kekasih yang hebat!"
"Hi-hik, hati-hati, pangeran. Nanti Kwi Bun datang!"
"Ah, Kwi-kongcu itu orang tolol. Dia pemuda ingusan yang tak tahu permainan kami!"
"Hi-hik!" Miao In menggeliat, geli oleh jari-jari nakal dua orang pangeran itu. Baik Ci-ongya maupun Coa-ongya akhirnya meremas seluruh tubuhnya, dari dada sampai ke perut. Dan ketika Sin Hauw juga tak memberikan reaksi atas semuanya itu maka Coa-ongya melepas si gadis berkata jemu,
"Miao In, pemuda ini sudah tak dapat kita pergunakan. Kau buanglah dia kemana kau suka!"
"Maksud paduka?"
"Dia kehilangan seluruh ingatannya, Miao In, termasuk ilmu silatnya itu. Kami tak dapat memaksanya karena pemuda ini sudah linglung!"
"Begitukah?"
"Ya, dan kau ringkas saja ilmu-ilmu yang sudah kau dapat dari pemuda ini, Miao In. Berikan kepada kami kitab catatan itu."
"Belum selesai," gadis ini berkata, "masih kurang sedikit, pangeran. Dua tiga minggu lagi hamba serahkan paduka semuanya!"
"Ah, begitu? Baiklah, bawa pemuda ini, Miao In. Tapi serahkan dulu apa saja yang sudah kau catat!" Coa-ongya merogoh, langsung mengambil sesuatu dari balik baju dalam gadis itu dan pangeran ini tertawa mendapatkan sebuah kitab, tak perduli pada wajah si gadis yang berobah.
Dan ketika buku kecil itu berada di tangannya dan ditimang-timang maka Coa-ongya melirik adiknya, memberi isyarat dan Ci-ongya tersenyum. Tiba-tiba dia menepuk pundak gadis. itu dan menyuruh Miao In pergi, membawa Sin Hauw. Berkata biarlah nanti gadis itu ke kamar mereka, setelah tugasnya selesai. Dan sementara Miao In tertegun tapi tak dapat berbuat apa-apa maka Ci-ongya sudah disambar kakaknya.
"Bawa pemuda itu, setelah itu ke kamarku!"
Miao In akhirnya mengangguk. Senyum kecut menghias bibirnya sejenak dan tiba-tiba gadis ini berkelebat, menyambar Sin Hauw. Dan ketika Sin Hauw terkejut dan berseru tertahan maka pemuda itu sudah dibawa berjungkir balik melompati tembok yang tinggi.
"Sin Hauw, kau benar-benar pemuda tak berguna!"
Sin Hauw terpekik. Dibawa berjungkir balik dan melayang di tempat begitu tinggi tiba-tiba pemuda ini menjerit, ketakutan, sungguh jauh bedanya dengan Sin Hauw beberapa minggu yang lalu.
Dan ketika Miao In membawanya "terbang" dan berkali-kali pemuda itu mengeluarkan seruan kaget maka Miao In berhenti di hutan, mendengar rintih dan erangan seorang nenek.
"Aduh, keparat kau. Sin Hauw. Kau membiarkan aku si tua bangka kelaparan dan tersiksa!"
Miao In terkejut. Dia berhenti dan menoleh. Sin Hauw dilepas dan pemuda itu roboh ke tanah.
Dan ketika seorang nenek muncul dari balik semak-semak dan merangkak susah payah maka Miao In terbelalak melihat siapa kiranya."Subo..!"
"Miao In..!"
Gadis ini bergerak. Tahu-tahu dia telah menolong nenek itu, yang bukan lain Im-kan Siang-li yang buntung lengannya.
Nenek ini susah payah merangkak di tengah hutan, memaki dan menyebut-nyebut nama Sin Hauw. Dan ketika nenek itu bertemu Miao In dan gadis itu bergerak menubruknya maka Miao In tersedu-sedu memeluk subonya (ibu guru).
"Ah, celaka. Aku ditipu Coa-ongya, subo. Aku dipedayai! Kau dimana saja selama ini? Kau masih hidup?"
"Keparat, siapa yang kaubawa itu, Miao In? Bukankah dia Sin Hauw?" sang nenek tak menjawab, melotot memandang Sin Hauw dan Sin Hauw bengong saja memandang dua orang ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/97305243-288-k133632.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
General FictionGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...