Sin Hauw terbelalak. Dan ketika suhunya membentak dan memaki subonya itu maka Cheng-giok Sian-li meloncat bangun memberi peringatan.
"Lihat, kau tak mungkin menang, Hap-ko. Golok ini akan membunuhmu atau kau berhenti?"
"Tidak, kau boleh membunuhku, Sian-li. Dan rohku akan tetap mengejar-ngejarmu sampai kau memberikan golokmu"
"Hm, kau nekat?"
"Kau yang keterlaluan, isteri durhaka. Kau tak mau tunduk kepada suamimu dan menyerahlah!"
Cheng-giok Sian-li marah. Kalau suaminya nekat begini dan tak dapat dibujuk barangkali dia harus menyelesaikan pertandingan. Apa boleh buat dia harus merobohkan suaminya itu dan kalau perlu membunuh.
Sin Hauw ngeri melihat muka subonya yang gelap. Nafsu membunuh mulai membayangi subonya itu dan dia khawatir. Tapi karena suhunya tak memperbolehkan dia maju dan saat itu mereka kembali bertanding maka Sin Hauw kebat-kebit diluar pertandingan.
"Suhu, berhenti! Subo, berhenti..!"
Namun dua orang itu terus bergerak. Sin-liong Hap Bu Kok mendengus dan bahkan menjilat darah di ujung jari yang buntung, mengerikan. Menghisap dan minum darahnya sendiri sementara sang isteri mulai beringas. Cheng-giok Sian-li juga tak mau diam dan menyambut suaminya itu. Dan ketika Sin-liong Hap Bu Kok memgeluarkan teriakan nyaring sementara tubuh sudah bergerak menerjang maka kaki pendekar itu bergerak dari kanan ke kiri.
"Dess!"
Lihai juga pendekar ini. Dengan dua jari terluka masih juga dia dapat menendang isterinya. Cheng-giok Sian-li mencelat namun wanita cantik itu dapat berjungkir balik, tidak apa-apa dan sudah melompat bangun. Dan ketika sang suami mengejar dan tendangan beranting mengganti tangan yang luka maka wanita ini mendengus dan mengeluarkan suara dari hidung.
"Hm, kau tak dapat mengalahkan aku, Hap-ko. Tanganmu luka dan tak dapat kau merampas Golok Maut!"
Si Naga Sakti mendelik tak menjawab. Dalam saat-saat begitu tak perlu dia bersilat lidah, yang penting adalah menyerang dan sudah dilakukanlah pekerjaanya itu. Sang isteri diterjang dan mendapat tendangan bertubi-tubi. Tapi karena isterinya bersenjata sementara dia tidak maka pendekar ini mengeluh karena dengan gampang isterinya itu menghalau semua tendangannya, menggerakkan golok dan dia terpaksa menghindar.
Tak mau dia kakinya buntung lagi bertemu golok, senjata itu luar biasa tajamnya dan Sin Hauw cemas. Dan ketika benar saja suhunya mendesis dan terhuyung sana-sini maka satu babatan golok merobek baju pundak gurunya.
"Bret!"
Cheng-giok Sian-li tertawa mengejek. Suaminya melotot namun tak diperdulikan, itulah salahnya sendiri dan dia sudah memberi peringatan. Dan ketika si Naga Sakti mengeluh dan terhuyung-huyung maka satu bacokan golok kembali mengenai pangkal lengannya.
"Bret!"
Sin Hauw tak tahan. Akhirnya ia membentak dan mencabut goloknya, golok biasa yang tadi dibuat berlatih. Dengan senjata ini pemuda itu bermaksud memisah. Tapi ketika dia meloncat ke tengah dan menyuruh kedua gurunya berhenti serang-menyerang mendadak kedua gurunya sama sama membentak menangkis senjatanya.
"Pergi kau. Sin Hauw. Jangan ikut campur., plak-dess!"
Sin Hauw mencelat, terlempar balik oleh pukulan subonya maupun tendangan suhunya. Pemuda ini terkejut dan terguling-guling. Dan ketika dia meloncat bangun sementara dua gurunya sudah serang-menyerang kembali maka subonya mengancam akan membunuhnya.
"Awas kau. Sin Hauw. Jangan dekat-dekat atau sekali lagi kau kubunuh!"
Sin Hauw tergetar. Dia jadi bingung oleh bentakan dua orang gurunya itu. Baik suhunya maupun subonya sama-sama tak menghendaki dia maju, padahal saat itu subonya mendesak dan suhunya sudah kewalahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
Aktuelle LiteraturGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...