45

738 19 0
                                    

Tubuh itu tiba-tiba bergerak. Swi Cu kaget sekali ketika Beng Tan tiba-tiba "hidup" lagi, bangkit dan tertawa memeluknya. Dan ketika pemuda itu memperlihatkan ketiaknya yang berlubang ditembus pedang, bukan dadanya tiba-tiba Swi Cu mencelat dan berjengit pucat, tersentak.

"Aih, maaf, Swi Cu. Aku hanya pura-pura saja karena sesungguhnya pedangmu tadi kukempit. Lihat, aku tak apa-apa dan kau harus menepati janji!" dan ketika Beng Tan melompat dan menyambar lengan gadis ini, yang tentu saja mendelong dan membuka matanya lebar-lebar tiba-tiba Beng Tan sudah berbisik menyatakan cintanya.

"Aku mencintaimu... ah, aku jatuh cinta kepadamu. Maaf, aku ingin mengetahui isi hatimu, Swi Cu. Aku sengaja mencoba dan pura-pura mati!"

Swi Cu tertegun, tiba-tiba meronta. "Kau.... kau mempermainkan aku?"

"Ah, tidak!" Beng Tan cepat berseru, mencekal lagi lengan gadis ini. "Aku tak mempermainkanmu, Swi Cu. Aku betul-betul mencintaimu dan tak sanggup berpisah denganmu. Aku tak mau mati kalau kau menerima cintaku. Aku ingin selalu berdua bersamamu!"

"Tapi... tapi..."

"Baiklah," Beng Tan tiba-tiba membuka bajunya, memberikan dadanya yang telanjang. "Kau tusuk aku kalau bohong, Swi Cu. Kali ini aku tak akan mempermainkanmu dan benar-benar menyerahkan jiwa raga!"

Swi Cu terhuyung, tiba-tiba mencabut pedang, pucat dan merah berganti-ganti.

"Beng Tan, kau... kau... ah!" dan gadis ini yang menangis dan terisak melempar pedangnya tiba-tiba memutar tubuh dan berkelebat pergi, tersedu disana dan merasa malu serta jengah digoda pemuda ini.

Beng Tan telah mempermainkannya habis-habisan tapi bukan untuk maksud menghina atau merendahkannya melainkan semata oleh watak yang aneh dari pemuda itu. Dan karena dia sudah berjanji tak akan menyerang apalagi membunuh pemuda itu kalau Beng Tan "hidup" maka otomatis gadis ini tak dapat berbuat apa-apa ketika Beng Tan menyerahkan dirinya, siap ditusuk atau dibunuh tapi Swi Cu menangis pergi.

Gadis ini merasa malu tapi juga marah serta bermacam perasaan lain yang mengaduk-aduk hatinya. Ada marah tapi juga gemas bahwa dia sampai tak tahu akal muslihat Beng Tan, tak melihat betapa dada pemuda itu sama sekali tak berdarah ketika ditikam pedang, karena ternyata dikempit dan diterima bawah ketiak.

Jadi dari jauh seolah kena tapi sesungguhnya tidak. Dan karena dia membuktikan lagi betapa lihai dan hebatnya pemuda itu, pemuda yang telah menyatakan cintanya dan tentu saja tak mungkin ditolak, karena sesungguhnya diam-diam dia juga tergetar dan tertarik oleh pemuda ini maka yang dilakukan Swi Cu adalah menangis dan membanting-banting kakinya sepanjang jalan, terus lari dan tidak menghiraukan pemuda itu namun Beng Tan tiba-tiba berkelebat dan melayang di atas kepalanya. Dan ketika pemuda itu berjungkir balik dan berdiri di depannya, otomatis menghadang maka Swi Cu berhenti dan melihat pemuda itu mengembangkan kedua lengannya, menggigil.

"Cu-moi, apakah aku salah? Kau marah? Maaf, aku tak bermaksud menyakiti hatimu, moi-moi. Aku siap menerima hukuman kalau aku dianggap keterlaluan!" pemuda itu menjatuhkan diri berlutut, merangkul dan memeluk kedua kakl gadis ini dan otomatis Swi Cu tertahan, tersedu-sedu.

Namun ketika Beng Tan bangkit berdiri dan memeluknya, tak ditolak maka pemuda itu tampak girang dengan hati sedikit berdegup.

"Cu-moi, kau sendiri janji bahwa akan menerima cintaku. Nah, buktikan kata-katamu dan bunuhlah aku kalau lancang!" dan, sementara gadis itu tidak mengerti apa yang dimaksud dan membelalakkan matanya tiba-tiba Beng Tan menunduk dan mencium bibirnya.

"Ooh..!" gadis ini tersentak, menggelinjang dan meronta. "Kau... Kau kurang ajar, Beng Tan. Kau tak tahu malu... plak-plak!" dan Beng Tan yang ditampar dua kali dan terpelanting kaget tiba-tiba melihat gadis itu meloncat pergi, terbang dan menangis lagi namun Beng Tan penasaran.

Golok Maut - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang