"Sin Hauw, ah., untung kau sudah mendapatkan golokmu!" Coa-ongya, yang girang melihat pemuda itu menewaskan si Lutung tiba-tiba berseru memeluk.
Pangeran ini tampak gembira dan berseri-seri memandang pemuda itu yang menggigil dan berkerut memandang Golok Maut, heran bagaimana senjata yang ada ditangannya itu tiba-tiba berganti, mendapat yang palsu dan yang asli ini dicuri orang, begitu yang dilihatnya.
Tapi ketika pangeran memeluknya dan memuji serta tampak girang nenek buntung berteriak sementara Kak-busu tiba-tiba melarikan diri!
"Sin Hauw, kau jahanam keparat..!"
Sin Hauw mengerutkan kening. Tadi dia meninggalkan nenek ini melepas hui-to (golok terbang), menyerang Pek-wan yang mau melarikan diri dengan membawa Golok Maut, hal yang tentu saja tak akan dibiarkannya. Maka begitu si nenek menyerang sementara Kak-busu melarikan diri tiba-tiba Sin Hauw mendengus dan menendang nenek itu.
"Im-kan Siang-li, kau pergilah..!"
Nenek itu mencelat. Sin Hauw tak tega mempergunakan goloknya karena nenek itu pasti buntung lagi, kakinya menerima kaki si nenek dan nenek itu terlempar. Dan ketika nenek itu menangis dan memaki-makinya mendadak Kwi-goanswe dan lain-lain disuruh pangeran menangkap Kak-busu.
"Hei, tangkap dia. Bunuh!"
Sin Hauw terkejut. Kak-busu tiba-tiba berteriak minta tolong padanya, diserang dan laki-laki itu kalang-kabut. Kak-busu kehilangan senjatanya akibat Golok Maut itu, ketika terjadi perebutan dan kegaduhan. Dan ketika Kwi-goanswe dan para pengawal menerjangnya hampir berbareng maka laki-laki ini menjerit ketika pedang dan tombak ada yang mengenainya, luka dan laki-laki itu terjungkal. Kwi-goanswe membentaknya dan mengejar, saat itulah laki-laki ini berteriak meminta tolong Sin Hauw. Dan ketika dia bergulingan menyelamatkan diri namun bacokan Kwi-goanswe masih menyambar bahunya maka laki-laki ini mengaduh dan sekali lagi memanggil Sin Hauw.
"Sin Hauw, tolong. Selamatkan aku. Kau ditipu Coa-ongya!"
Sin Hauw terbelalak. Untuk kesekian kalinya dia diberi tahu bahwa dia ditipu Coa-ongya, dan semua yang mengatakan itu adalah bekas pembantu-pembantu pangeran ini. Jadi, tak mungkin mereka bohong dan agaknya ada sesuatu yang tak beres di sini, entah apa.
Sin Hauw mengerutkan kening dan tentu saja tak senang, memandang pangeran tapi Coa-ongya buru-buru membentak, mengatakan itu tak benar dan pangeran malah minta agar Kak-busu dibunuh. Sin Hauw disuruh menyerang dan membantu Kwi-goanswe. Dan ketika Sin Hauw masih ragu-ragu dan Kak-busu kembali berteriak menyelamatkan diri dari serangan Kwi-goanswe dan lain-lain bekas pembantu Coa-ongya itu berseru lagi, menuding nenek buntung,
"Kau tanyalah dia. Nenek itu pasti akan disuruhnya tangkap pula, Sin Hauw. Kami berdua mengetahui kebusukan dan kecurangan pangeran. Golok Maut pangeranlah yang menukarnya!"
"Bohong!" pangeran Coa membentak marah. "Mereka itulah yang melakukannya. Sin Hauw. Nanti dapat kujelaskan kalau Kak-busu sudah kau bunuh. Cepat bantu Kwi-goanswe, jangan biarkan dia mempengaruhi pikiranmu!"
Sin Hauw bingung. Saat itu tiba-tiba dia dibuat bimbang, Kwi-goanswe sudah menyerang lagi namun Kak-busu mengelak, laki-laki ini berteriak-teriak lagi tentang pangeran, bahwa Sin Hauw ditipu dan dikelabuhi mentah-mentah. Sin Hauw boleh bertanya pada nenek buntung kalau tidak percaya, mulai menyebut-nyebut bahwa enci Sin Hauw itupun palsu, encinya yang asli sudah terbunuh dan Sin Hauw tertipu. Dan ketika Sin Hauw terkejut dan tentu saja terkesiap maka Kak-busu menjerit ketika tombak dan pedang di tangan Kwi-goanswe hampir saja memutuskan lehernya.
"Aduh! Cepat, Sin Hauw. Atau kau akan terlambat dan Coa-ongya membunuhmu di belakang hari, tanpa kau sadari!"
Sin Hauw jadi penasaran. Dia gemas oleh semua kata-kata ini, nenek buntung tiba-tiba berkelebat dan menangis membawa encinya, yang sudah tewas, Dan ketika pangeran tertegun dan menyuruh kejar nenek itu tiba-tiba Kak-busu berteriak lagi,
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
General FictionGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...