Bhok-kongcu dan Mao-siao Mo-li terkejut. Lawan tiba-tiba menghilang, begitu cepat, begitu luar biasa. Dan ketika mereka terbelalak dan tertegun tak tahu lawan dimana mendadak sebuah tamparan mendarat di masing-masing pelipis dua orang itu.
"Robohlah, orang-orang sesat, dan pergilah... plak-plakk!"
Mao-siao Mo-li dan Bhok-kongcu menjerit. Mereka terpelanting dan jatuh terguling-guling, kelengar.
Bumi rasanya berada di atas dan kepala mereka pening. Tamparan itu begitu kuat hingga payung maupun ikat-pinggang terlepas dari tangan mereka. Dan ketika dua orang itu mengaduh dan tak dapat bangun maka Beng Tan berkelebat lenyap dan berseru dari jauh,
"Nah, sekarang aku sudah merobohkan kalian, Bhok-kongcu. Lain kali kalau tetap mengganggu tentu kalian kubunuh!"
"Aduh, keparat. Jahanam bedebah...!" Bhok-kongcu hampir tak dapat bangun. "Dia lihai, Mao-siao Mo-li, namun sayang tak dapat membantu kita!"
"Benar," Mao-siao Mo-li, yang juga merintih disana mengeluh. "Dia lihai, orang she Bhok. Dan barangkali kita harus memaksanya bersama teman-teman kita yang lain!"
"Tapi dia akan membunuh kita!" Bhok-kongcu ngeri. "Apakah kau tidak dengar ancamannya tadi?"
"Ah, pemuda macam begitu tak gampang membunuh, Bhok Li. Dia berhati lemah dan tanggung tak akan membunuh kita!"
"Keparat, tapi sekarang aku tak dapat bangun! Apakah kau dapat bangun, Siluman Kucing? Heh, kau tidak mau membantu aku?"
"Membantu hidungmu! Berdiri saja susah, orang she Bhok. Lebih baik kau jangan cuap-cuap dan biarkan aku menghilangkan pusingku!"
Ternyata Siluman Kucing ini juga pening. Dihajar dan dirobohkan pemuda lihai itu dia tak dapat bangun, sama seperti temannya. Dan ketika di sana Bhok Li tertawa menyeringai dan girang bahwa dia tidak sendirian maka Beng Tan yang sudah meninggalkan dua orang ini jauh di luar hutan melenggang dengan santai setelah sedikit mendongkol menghadapi gangguan Bhok-kongcu dan Siluman Kucing itu.
Pemuda ini tersenyum mengejek. Diam-diam dia geli bahwa dua orang sesat itu telah menerima hajarannya, mereka tak mungkin berani lagi mengganggunya kalau tidak ada sesuatu yang lain. Tapi ketika dia tersenyum-senyum dan geli membayangkan dua orang itu tiba-tiba muncul dua penunggang keledai yang menghadang jalannya.
"Heh, kau yang baru merobohkan Hi-ngok Bhok-kongcu, anak muda? Kau yang mengalahkan Siluman Kucing?"
Beng Tan terkejut, seketika berhenti.
"Kalian siapakah? Tampaknya bukan orang sini!" Beng Tan mengerutkan kening, melihat bahwa dua laki-laki di atas keledai itu adalah orang-orang berkulit hitam yang hidungnya mancung, seperti bangsa Hindia dan tentu saja dia heran, berhenti dan bertanya.
Dan ketika dua orang itu tertawa dan menjepit perut keledainya tiba-tiba binatang itu terlonjak dan meloncat ke depan, hampir menubruk Beng Tan.
"Hei!" Beng Tan marah. "Hati-hati, kakek ceroboh. Keledaimu hampir menubruk aku!"
"Ha-ha!" kakek disebelah kiri, yang bersinar-sinar memandang pemuda itu tiba-tiba mengangkat lengannya, mendorong. "Kami tanya kau belum menjawab, anak muda. Apakah betul kau yang merobohkan Bhok-kongcu dan Siluman Kucing.. wherrr!" angin pukulan dahsyat menyambar, tahu-tahu mengangkat naik tubuh pemuda itu dan Beng Tan berseru keras.
Ia sudah terangkat tanpa tahu bahwa dirinya diserang, kakek itu licik. Tapi ketika Beng Tan membentak dan mengerahkan ilmunya tiba-tiba tubuh pemuda ini menjadi berat dan pemuda itu kembali turun ke tanah, meluncur ringan namun sudah menancap kuat, kakinya tak bergeming dan kakek itu berseru tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
General FictionGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...