28

800 16 0
                                    

"COA-ONGYA, lihat bukti dariku... crakk!" sepotong lengan terlempar di udara, mengerikan dengan semprotan darahnya yang menyembur kemana-mana. Semua orang menoleh dan terbelalak melihat apa yang terjadi. Dan ketika pemilik lengan itu terhuyung dan roboh ke tanah maka gemparlah semua orang melihat siapa yang melakukan itu.

"Kwi Bun!" sesosok bayangan berkelebat, muncul meneriakkan kata-katanya ini. Seorang laki-laki tinggi besar muncul, itulah Kwi-goanswe alias ayah Kwi Bun. Dan ketika semua orang terkejut dan terpana oleh kejadian itu maka Kwi Bun sudah ditubruk ayahnya dan jenderal itu menangis dan membentak.

"Kwi Bun, apa yang kau lakukan ini? Kau gila? Kau tidak waras?"

"Ooh..!" Kwi Bun mengeluh, merintih. "Aku.. aku ingin membuktikan pada Coa-ongya bahwa aku tak bersalah, ayah. Gadis siluman itu memfitnahku dan membuat aku celaka. Tolonglah, bunuh dia dan balas sakit hatiku...!"

"Siapa yang kau maksud? Miao In?"

"Benar... dia... dia, ayah... Dia membuatku begini dan kau bunuhlah dia..."

"Wut!" sang jenderal sudah membalik, menyambar senjatanya. "Keparat jahanam kau, Miao In. Kau mencelakakan puteraku dan bayar kutungan sebelah lengan ini!" sang jenderal menerjang, Miao In ternyata tak berani mengutungi lengannya dan sejak tadi ngeri memandang lengan Kwi Bun yang buntung di atas tanah.

Lengan itu penuh darah dan menggeliat-geliat, mengerikan sekali. Tapi ketika Kwi-goanswe menyerang dan jelas kemarahan besar melanda jenderal itu maka gadis ini cepat mengelak.

"Singg..!" pedang menyambar disisi tubuhnya, luput dan Kwi-goanswe sudah menyerang lagi, membentak marah. Dan ketika gadis itu berlompatan namun diSana Coa-ongya tersenyum dan mengangguk-angguk maka pangeran ini tiba-tiba memerintahkan agar menangkap gadis itu.

"Keroyok dia, tangkap!"

Yin-goanswe mengangguk. Tanpa banyak bicara lagi tiba-tiba jenderal ini melompat ke tengah, sepuluh anak buahnya juga bergerak dan segera mengeluarkan bentakan. Dan ketika Kwi-goanswe dibantu dan tentu saja Miao In terkejut maka gadis ini berteriak ketika pedang di tangan Kwi-goanswe akhirnya mengenai pundaknya, menggurat panjang dan tombak-golok di tangan Yin-goanswe akhirnya juga menusuk pinggangnya. Dan ketika dari mana-mana senjata yang lain juga menyambar dan berkelebatan maka gadis ini akhirnya roboh ketika tikaman buas dari Kwi-goanswe membabat tengkuknya.

"Jangan bunuh, tangkap saja!"

Kwi-goanswe kiranya masih turut perintah. Pedang yang sedianya menyerang leher tiba-tiba diturunkan sedikit, mengenai punggung dan robohlah gadis itu.

Miao In menjerit dan tidak bergerak-gerak lagi. Tendangan dari Yin-goanswe juga membuatnya merintih karena tulang pahanya patah. Dan ketika gadis itu menangis dan meratap minta ampun maka Coa-ongya tiba-tiba tertawa bergelak menghampirinya dengan goiok di tangan.

"Ha-ha, kau minta hukuman apa sekarang, Miao In? Minta dibunun atau disiksa?"

"Tidak... tidak...!" gadis itu tersedu-sedu. "Ampunkan aku, pangeran. Aku.. aku bertobat dan berjanji akan melayanimu baik-baik..!"

"Ha-ha, setelah terbongkar semuanya ini? Hm, tidak, Aku sekarang tahu siapa benar siapa salah, Miao In. Kau patut di-hukum siksa!"

"Paduka mau apa?"

"Kau minta apa?"

"Ampunkan aku, ongya. Atau kau bunuhlah aku!"

"Ha-ha, gampang. Aku ingin mengutungi kedua lenganmu, Miao In. Ingin kulihat bagaimana seorang gadis bakal cacad seumur hidup!"

"Tidak... tidak..!" Miao In berteriak. "Kau bunuhlah aku, pangeran. Kau bunuhlah aku dan kuterima kematianku!"

"Hm, begitu enak?" Coa-ongya tertawa dingin. "Sebaiknya kutanyakan adikku, Miao In. Hukuman apa yang sepantasnya kau terima lebih dulu!"

Golok Maut - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang