26

793 15 0
                                    

Sin Hauw pucat. Mendengar kata-kata dua orang itu tiba-tiba dia semakin marah, coba menarik tangan dan kakinya namun gagal. Tenaganya lemah sekali sementara rantai itu kuat bukan main, dia mengerahkan sinkang namun juga gagal. Dan ketika Sin Hauw mendelik dan merah padam maka Coa-ongya kini maju menjepit dagunya.

"Sin Hauw, jangan coba-coba melawan. Kau tak punya daya, jangan macam-macam!"

"keparat, kau curang, pangeran. Kau licik dan tidak berperikemanusiaan!"

"Ha-ha, sesukamulah. Kau boleh memaki. Sin Hauw. Tapi sekarang katakan dulu maukah secara baik-baik kau menyerahkan Im-kan-to-hoat (Silat Golok Dari Akherat) atau tidak."

"Aku tak sudi!" Sin Hauw membentak. "Kau bunuhlah aku, pangeran. Aku tak takut mati!"

"Ha-ha, seperti encinya!" Ci-ongya tiba-tiba tertawa. "Persis encinya, kanda pangeran, gagah dan tak takut mati! Tapi kita harus menundukkannya, kali ini tak boleh gagal!" dan Ci-ongya bertepuk tangan memanggil pengawal tiba-tiba menyuruh pengawal mengambil sesuatu. "Ambilkan Arak Hitam!"

Sin Hauw menggigil. Rupanya dua kakak beradik ini sama-sama keji, mereka suka mencekoki lawan dengan arak beracun, atau entah arak apalagi yang kini diminta pangeran itu. Dan ketika pengawal mengangguk dan keluar lagi maka Ci-ongya memandang Kwi Bun dan ayahnya.

"Kwi-kongcu, kau tak ingin membalas dendam?"

"Hm!" Kwi Bun, pemuda yang sejak tadi diam dengan mata bersinar-sinar tiba-tiba seolah mendapat kesempatan bagus., "Tentu saja aku ingin membalas dendam, ong-ya. Tapi paduka katanya membutuhkan pemuda ini!"

"Ha-ha, itu betul. Tapi kau dapat main-main sebentar kalau kau ingin, Kwi-kongcu, asal jangan bunuh dulu!"

"Baik!" dan Kwi Bun yang melompat dengan muka gembira tiba-tiba memandang ayahnya. "Ayah, apakah yang pantas kita lakukan pada pemuda ini? Bolehkah kukerat dagingnya sedikit demi sedikit?"

"Hm, terserah kau, Bun-ji. Asal jangan dibunuh seperti kata pangeran!"

"Tidak, tentu tidak!" dan Kwi Bun yg gembira mencabut pisau tiba-tiba sudah membungkuk dan menempelkan pisau dileher Sin Hauw. "Sin Hauw, kau ingat betapa kau pernah kurang ajar kepadaku? Hukuman apa yang kau inginkan setelah kau bersikap kurang ajar memusuhi ayahku pula? Kau ingin dihukum picis?"

"Cuh!" Sin Hauw tiba-tiba meludah, tepat sekaii mengenai muka pemuda itu. "Kau bunuhlah aku, Kwi Bun. Aku tak takut!" dan Kwi Bun yang terkejut serta marah tiba-tiba membentak dan melayangkan tangannya yang lain, menampar Sin Hauw dan terpelantinglah pemuda itu. Dan ketika Sin Hauw dicengkeram bangun dan balas diludahi maka pemuda itu menggigil mengancam Sin Hauw.

"Sin Hauw, pangeran telah memberi perkenan kepadaku. Kau akan kuhukum picis!" pisau bergerak, menyayat lengan Sin Hauw namun ternyata tak mempan.

Sin Hauw tak dapat mengerahkan sinkangnya namun tenaga sakti di tubuh pemuda itu bekerja secara otomatis, menolak dan Sin Hauw ternyata tetap kebal. Dan ketika Kwi Bun membentak lagi dan kini menyayat punggung ternyata tetap saja pisau pemuda itu mental!

"Tak-tak!"

Kwi Bun jadi malu. Dua kali dia menyayat namun dua kali itu pula gagal, pisaunya seolah tumpul dan Sin Hauw tertawa mengejek. Putera Kwi-goanswe itu melotot dan menampar mulut Sin Hauw. Dan ketika Sin Hauw tersentak dan bibirnya pecah berdarah tiba-tiba Kwi Bun sudah melekatkan ujung pisaunya di mata Sin Hauw.

"Heh, jangan tertawa. Tubuhmu boleh kebal tapi tak mungkin bola matamu kebal, Sin Hauw. Aku ingin mencobanya dan kau tertawalah!" pisau bergerak, menusuk mata pemuda itu namun Sin Hauw berkelit.

Terhadap ancaman pemuda ini membuat muka Sin Hauw berobah juga dan Kwi Bun tertawa mengejek. Sekarang dia yang ganti mengejek lawannya itu, pisau kembali bergerak dan akhirnya mengenai juga pipi kiri Sin Hauw, pemuda itu sudah pucat dan marah. Dia bisa buta!
Tapi ketika pisau kembali bergerak dan siap menusuk mata Sin Hauw untuk kesekian kalinya lagi tiba-tiba pengawal mengetuk pintu dan masuk, membawa apa yang diminta pangeran Ci.

Golok Maut - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang