SEMUA orang terkejut. Coa-ongya tiba-tiba muncul disitu dengan muka merah padam, mendelik dan tampak betapa pangeran ini marah besar. Im-kan Siang-li, dua nenek lihai itu tampak terkejut, muka mereka berobah namun tiba-tiba mereka menyeringai. Dan ketika pangeran melangkah maju dan mendekati mereka maka pangeran membentak,
"Im-kan Siang-li, apa yang kalian lakukan ini? Sadarkah kalian dengan apa yang kalian perbuat?"
"Heh-heh!" nenek yang memegang golok, yang tampak tidak gentar dan tidak takut, tertawa. "Kami tahu apa yang kami lakukan, pangeran. Dan tentu saja kami sadar akan semua perbuatan kami!"
"Keparat, kalian mencuri Golok Maut? Kalian berani melakukan itu?"
"Heh-heh, Golok Maut bukan milikmu, pangeran. Maaf kami pinjam karena kami juga ingin memilikinya."
"Tapi golok itu aku yang mendapatkan, kalian tak berhak dan cepat kembalikan?"
"Ah, kau mendapatkan juga atas bantuan kami, pangeran. Jadi adil kalau kami juga meminjamnya sebentar!"
"Keparat, kau membangkang?"
"Tidak, kau yang pelit, pangeran. Seharusnya kami mendapat pinjaman sebentar dan kau biarkan kami pergi. Atau, heh-heh.. Sin Hauw ada disitu, pangeran. Dan kita bisa ramai!"
Sang pangeran tertegun. Memang Sin Hauw ada di situ dan tadi tak jadi melompat maju, pangeran muncul dan dia menahan diri. Dan ketika pangeran menoleh dan semua orang memandangnya maka Sin Hauw menjadi pusat perhatian dan pangeran tampak terkejut.
"Eh!" serunya. "Kebetulan, Sin Hauw. "Kau bantu kami tangkap dua nenek ini!"
Sin Hauw tertegun. Menghadapi keadaan yang membingungkan begini tiba-tiba dia tak dapat berpikir baik. Dia memandang goloknya dan golok di tangan nenek itu, berkali-kali, ragu dan bingung bagaimana tiba-tiba ada dua Golok Maut disitu, satu punyanya sedang yang satu lagi dipegang nenek Im-kan Siang-li. Dan belum dia menemukan kebingungannya tiba-tiba pangeran telah mendekatinya dan melompat berkata,
"Sin Hauw, golokmu dicuri nenek itu. MereKa menukarnya. Golok di tanganmu palsu!"
Sin Hauw terbelalak.
"Benar, golok di tanganmu bukan yang asli, Sin Hauw. Im-kan Siang-li menukarnya dan golok di tangannya itulah yang asli!"
Sin Hauw terkejut. "Benarkah, pangeran?"
"Kau tanya semua orang, Sin Hauw. Dan buktikan golokmu asli atau bukan!"
"Srat!" Sin Hauw mencabut goloknya, menggigil. "Kau jangan main-main, pangeran. Atau aku akan melakukan seperti dulu!"
"Bodoh! Buktikan senjata itu, Sin Hauw, serang dua nenek siluman itu!"
Sin Hauw membentak. Tiba-tiba tanpa banyak cakap dia sudah berkelebat ke depan, Coa-ongya didorong dan hampir saja pangeran itu terjengkang. Dan ketika sinar golok berkilat menyilaukan mata dan Sin Hauw sudah bergerak ke arah nenek itu maka pemuda ini sudah menyerang dan melakukan bacokan miring.
"Singg..!" golok mendesing meremangkan bulu tengkuk. Pemuda itu sudah bergerak dan langsung menggunakan senjatanya, nenek yang diserang terkekeh dan tampak tidak gentar. Karena begitu Sin Hauw menyerang dan menggerakkan senjatanya tiba-tiba nenek ini pun menggerakkan golok dan menangkis.
"Trang!"
Golok Sin Hauw patah. Pemuda itu berteriak saking kagetnya. Dalam segebrakan saja goloknya putus, terpotong dibabat golok si nenek. Dan ketika Sin Hauw terpekik dan berseru kaget maka golok si nenek terus menyambar dan Sin Hauw membanting tubuh bergulingan.
"Crass!"
Golok itu menghajar batu. Tanah bekas injakan Sin Hauw hangus dan terbakar, Sin Hauw terkejut karena itulah benar golok yang asli. Dan ketika dia bergulingan melompat bangun dan sang nenek terkekeh maka pemuda ini pucat mendengar kata-kata sang pangeran,
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
General FictionGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...