5

1.4K 23 0
                                    

Wanita itu menarik baju atasnya, memperlihatkan bagian dadanya dan Keng Han tersirap. Tanpa terasa ia membuka mata dan melihat itu, bola indah seputih salju. Tapi begitu ia terkejut dan memaki memejamkan matanya lagi tiba-tiba lawan mengurut bokongnya dan sesuatu yang panas membuat pemuda ini menggeliat, dirangsang nafsu berahi dan perlahan-lahan warna merah terlihat dimukanya.

Keng Han sudah lebih dulu diguncang pemandangan luar biasa yang ditunjukkan wanita cabul ini. benda yang tak mungkin dilupakannya seumur hidup. Buah dada yang montok dan bersih!
Dan begitu ia mengeluh dan lawan terkekeh memeluknya tiba-tiba Mao-siao Mo-li telah mencium dan menindih tubuhnya.

"Hi-hik, buka matamu, Keng Han. Lihatlah!"

Keng Han tak keruan. Antara keinginan berontak dengan nafsu yang bangkit tiba-tiba tak seimbang. Ciuman di bibir membuatnya panas dingin dan kacau. Mao-siao Mo-li menotok dan mengurut-urut pula jalan darah yang membuat pemuda itu hilang kesadaran dirinya. Dan ketika Keng Han mengeluh dan akhirnya menyambut ciuman wanita itu dengan ganas dan buas maka Mao-siao Mo-li tiba-tiba mengangkat bangun dan terkekeh.

"Hi-hik, lepas pakaianmu, Keng Han. Lepas!"

Keng Han seperti orang tersihir. Dia menubruk dan kini menciumi wanita itu, menerkam dan seperti orang tidak sadar lagi. Su Tong yang melihat menjadi ngeri dan menutup matanya. Dia tahu apa yang terjadi. Temannya telah dilumpuhkan dan dipermainkan Mao-siao Mo-Ji. sebentar lagi akan tiba gilirannya dan pemuda ini tiba-tiba mengeluh. Dan ketika dua tubuh berdebuk disana dan Keng Han sudah melepas pakaiannya satu demi satu mendadak terdengar suara angin berkesiur dan.....Mao-siao Mo-li terlempar.

"Lepaskan pemuda itu, Mao-siao Mo-li. Biarkan ia sendiri!!"

Mao-siao Mo-li terpekik. Dia terlempar bergulingan ketika sebuah tenaga menariknya dari tubuh Keng Han, kedua-duanya telanjang bulat dan wanita ini cepat menyambar pakaiannya. Dan ketika ia meloncat bangun dan menggigil memandang marah maka di depannya tampak seseorang berdiri dengan sikap dingin, seseorang yang mengenakan caping lebar dan tegak tak bergeming.

"Golok Maut.....!!".

Mao-siao Mo-li tertegun. Golok Maut. yang dikenal ciri-cirinya dengan caping lebar dan tak pernah memperlihatkan muka kini tampak dihadapannya.

Wanita cantik itu terkejut tapi marah bukan main. tadi sejenak terkesiap dan kaget, jengah. Tapi karena dia belum pernah bertanding dan pantang baginya takut terhadap lawan yang betapapun lihainya tiba-tiba wanita ini mencelat dan menghantamkan kedua tangannya, terkekeh dan tiba-tiba ia sudah menyerang Golok Maut yang tiba-tiba hadir dan datang sendiri mendadak membuat wanita ini gembira. Semacam keberingasan tampak di sinar matanya. Tapi begitu Golok Maut mengelak dan mendengus ternyata hantaman wanita ini luput.

"Wutt.....!"

Mao-siao Mo-li terkejut. Pukulannya menyambar angin kosong, membentak dan secepat kilat dia membalik, kedua kaki bergerak dan cepat serta bergantian wanita itu menendang lawannya. Tapi ketika Golok Maut mengegos dan melompat serta berkelit maka semua serangan wanita itu pun mengenai angin kosong dan luput mengenai sasarannya.

"Wut-wutt.....!"

Mao-siao Mo-li terbelalak. Tujuh tendangannya yang cepat dan beranting ternyata sia-sia, wanita ini melengking dan tiba-tiba berkelebat. Dan ketika ia membentak dan mengepret serta menampar maka Golok Maut mengeluarkan tawa dingin dan kali ini tidak mengelak, menangkis.

"Plak-dukk!"

Mao-siao Mo-li menjerit. Tamparannya yang disambut tangkisan tiba-tiba terpental. Golok Maut mengejek dan berdiri lagi, tenang. Tadi tangkisannya telah membuat tangan wanita ini serasa retak dan Mao-siao Mo-li kaget bukan main, sakit tapi juga marah. Tapi begitu wanita ini menjerit dan melengking panjang tiba-tiba tubuhnya berkelebatan dan sudah menyerang lawannya dengan pukulan atau tamparan, dikelit dan ditangkis dan lagi-lagi wanita itu berteriak.

Golok Maut - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang