Tapi hari itu agak lain. Coa-ongya yang mendengar munculnya Golok Maut tiba-tiba memanggil keempat pembantunya, bertanya apakah empat pembantunya itu tahu. Tapi Tiat Kak dan teman-temannya yang menggeleng justeru mengeluarkan tawa mengejek.
"Ah, itu kata orang, ong-ya. Golok Maut rupanya lihai dan juga tokoh baru. Hamba belum mengenal nama ini kecuali akhir-akhir ini saja. Ada apakah?"
"Hm, kau tak mendengar ancamannya?"
"Ancaman apa?"
"Dia akan membunuh orang orang she Coa dan Ci. Apakali kalian tidak dengar?"
"Ha ha!" si Kaki Besi tertawa lantang. "Paduka tak perlu khawatir, ong-ya. Ada hamba disini. juga Pek mo-ko dan lain-lain. Kalau dia berani mengganggu paduka biarlah dia mampus disini."
"Tidak, aku tak menghendaki dia datang disini. Tiat Kak. Aku ingin satu atau dua orang diantara kalian pergi menyelidiki. Aku teringat seseorang!"
Si Kaki Besi terkejut. "Paduka takut?"
Sang pangeran merah. Kalau pertanyaan ini dilontarkan orang lain barangkali dia sudah menggebrak kursi dan menyuruh tangkap orang yang kurang ajar begitu tak akan lama berhadapan dengannya. Tapi karena yang bertanya adalah pembantunya terpercaya dan Tiat Kak juga tidak bermaksud mengejek maka pangeran ini menggigit bibir.
"Bukan takut," jawabnya lirih. "Hanya aku tak mau orang ini membuat huru hara. Tiat Kak. Dan ancamannya itu berarti penghinaan pula bagi diriku. Juga kebetulan adikku Ci Kung ber she Ci!"
"Hm, Jadi bagaimana maksud paduka?"
"Aku ingin mengutus kalian, selidiki dan kalau perlu tangkap orang itu!"
"Baik, hamba siap, paduka. Sekarang juga hamba berangkat!"
"Nanti dulu," sang pangeran menggerakkan lengan. "Tunggu, Tiat Kak, berunnding dulu dengan temanmu!"
"Ha ha,.., untuk apalagi? Biar mereka berjaga disini, pangeran. Hamba akan melaksanakan tugas dan membekuk si Golok Maut itu!"
"Tidak berdua?"
"Ah, untuk apa? Hamba sendiri cukup, ong-ya. Tak perlu kawan!" dan si Kaki Besi yang melompat dan menghilang keluar lalu berkelebat dan meninggalkan istana, mendapat tugas dan ingin membeluk si Golok Maut, nama yang akhir-akhir ini mencuat di permukaan dunia kang-ouw setelah mengobrak abrik Hek-liong pang.
Tak mau berteman karena dia percaya pada kekuatan diri sendiri, juga sekalian ingin pamer dan unjuk jasa pada majikan, kalau dia dapat menangkap Golok Maut!
Dan begitu satu diantara empat pembantu Coa-ongya pergi meninggalkan istana maka pangeran berpesan agar tiga yang lain berhati-hati,
"Jaga baik baik sekeliling istana. Jangan sampai kita disatroni musuh!"
"Baik." Pek mo-ko dan Hek mo-ko mengangguk, mendengus ke arah lenyapnya si Kaki Besi dan mereka mendongkol.
Sebenarnya mereka ingin mengajukan diri tapi Tiat Kak mendahului, sombong dan ingin menunjukkan jasa. Dan ketika Yalucang juga berkelebat pergi dan kakek tinggi besar itu tak berkata sepatah pun maka malam itu istana lowong satu bagian, yakni bagian yang biasa dijaga si Kaki Besi, bagian timur.
Malam itu tak ada apa-apa tapi malam berikut terjadi kegemparan. Malam kedua ini gedung Coa-ongya disatroni musuh. Golok Maut, yang dicari si Kaki Besi mendadak muncul, hadir dan datang ditengah-tengah mereka. Dan ketika malam itu terjadi kegegeran besar maka untuk pertama kali istana dibuat guncang, bahkan kaisar sekalipun!
Waktu itu, seperti biasa keadaan tenang-tenang saja. Ketenangan yang sudah berjalan lama memang membuat orang akhirnya lengah. Yalucang si kakek tinggi besar tidur-tidur ayam di sudut barat, sementara Hek mo-ko dan Pek mo-ko berada di utara dan selatan. Jadi, bagian timur kosong dan justeru di bagian inilah Golok Maut masuk, dimulai dengan jeritan seorang pengawal yang tiba-tiba terbungkam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
Fiksi UmumGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...