Wi Hong tak dapat mengelak. Diserang Bhok-kongcu saja dia tak dapat menghindar, apalagi pemuda yang jauh lebih lihai ini. Maka begitu dia mengeluh dan roboh tertotok maka Beng Tan telah menyambar tubuhnya memeriksa denyut nadi.
"Kau... jahanam!" Wi Hong gemetar. "Terkutuk kau, pemuda setan. Keparat kau!"
"Tenanglah," Beng Tan tak perduli, sudah menghitung detak jantung. "Kau terguncang oleh sesuatu yang sangat, pangcu. Agaknya oleh Golok Maut. Hm, nadimu cepat sekali. Dan.... he!"
Beng Tan tertegun, pucat dan berobah mukanya dan tiba-tiba saat itu lagi-lagi Wi Hong muntah. Tanpa dapat dicegah baju pemuda ini kena semprot, Beng Tan agaknya tak berniat untuk mengelak pula. Dan ketika pemuda itu terkejut dan mundur melepaskan tangan lawannya maka Swi Cu terisak berkelebat menghampiri.
"Apa yang kau rasa, Tan-ko? Berbahaya?"
"Tidak, dia... dia..." Beng Tan gugup, muka tiba-tiba merah dan Swi Cu membelalakkan mata. Gadis ini heran kenapa Beng Tan tidak meneruskan kata-katanya. Dan ketika disana Wi Hong mendesis dan memaki pemuda itu maka Swi Cu berlutut dan memeluk encinya, menangis.
"Suci, dia... dia Beng Tan. Dialah yang menyelamatkan aku dan seluruh murid kita dari amukan Golok Maut. Beng Tan mencintaiku, dan akupun mencintainya. Maaf, aku tak sempat memberitahumu karena kau pergi, suci. Tapi sekarang kuberi tahu dan harap kau tidak marah."
"Kaupun jahanam!" Wi Hong membentak, mengejutkan sumoinya. "Perkumpulan kita tak boleh didekati lelaki, Swi Cu. Tapi kau melanggar, keparat!"
"Ah," Swi Cu tersentak, mundur membelalakkan mata. "Kaupun melanggar, suci. Kaupun mencintai Golok Maut dan mencari-carinya! Kau... kau..."
"Diam!" sang suci marah. "Golok Maut adalah musuhku, Swi Cu. Dia musuh kita semua. Aku.... aku benci padanya!" dan Wi Hong yang menangis dan mengguguk tak dapat menahan diri akhirnya dipeluk dan membiarkan mukanya terbenam di dada sang sumoi, tak tahu saat itu Beng Tan merah terbelalak memandangnya, mau bicara tapi ragu, seolah ada sesuatu yang mengganggu, berat dikatakan. Tapi ketika dia batuk-batuk dan Swi Cu teringat, menoleh, tiba-tiba gadis itu berkelebat menyambar lengannya.
"Tan-ko, apa yang terjadi? Ada apa dengan suciku? Kau tampak bingung, mau bicara tapi tak jadi!"
"Benar, aku... hm... hm!" Beng Tan merah dan gugup. "Ada sesuatu yang hampir tak kupercaya, Swi Cu. Sucimu itu... sucimu itu..."
"Kenapa? Ada apa dengan dia?"
"Aku... aku takut mengatakan. Jangan-jangan kau marah!"
"Ah, gila. Kita sudah bukan orang lain, Tan-ko. Katakan dan tak mungkm aku marah!"
"Dia.... dia..." Beng Tan masih ragu. "Ah, sebaiknya bawa dia ke bidan, Cu-moi. Periksakan saja disana."
"Apa?" Swi Cu terkejut, bagai disengat listrik. "Bidan? Maksudmu. ..?"
"Benar, dia hamil, Cu-moi. Sucimu itu hamil tapi barangkali bisa juga aku salah periksa!"
"Astaga!" Swi Cu mencelat, kaget bagai disambar petir. "Kau. . .kau jangan main-main, Tan-ko. Ini masalah besar dan bisa berupa penghinaan!"
"Maaf, kalau begitu biar kau tanya sucimu itu, Cu-moi. Aku pergi dulu dan kalian bicaralah!" Beng Tan berkelebat, akhirnya meninggalkan Swi Cu dan tertegunlah Swi Cu disitu.
Gadis ini merah padam dan kalau bukan Beng Tan yang bicara tentu dia sudah mengamuk dan menerjang. Bayangkan, sucinya, yang masih gadis dan selama ini diketahuinya sebagai perawan ting-ting tiba-tiba saja dikatakan hamil! Swi Cu pucat dan dia berdiri sampai mendelik. Tapi ketika Beng Tan menyuruhnya bicara dan itu memang betul akhirnya gadis ini membalik dan menyambar encinya itu, yang masih menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
Fiksi UmumGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...