TERLAMBAT. Gerakan sinar merah itu luar biasa cepatnya. Semua orang tak menduga dan si nenekpun tak menyangka.
Sin Hauw yang dikira pingsan mendadak "hidup" lagi, sungguh diluar dugaan. Maka begitu sinar merah bergerak dan Sin Hauw meloncat bangun maka nenek itu menjerit ketika lengan kanannya tahu-tahu putus, lepas dari tempatnya dan darah menyembur bagai pancuran, terlempar dan terguling di atas lantai, bermandi darah.
Sungguh mengerikan karena kejadian itu! luar biasa cepatnya, sama cepat dengan berkelebatnya sinar merah itu. Dan ketika semua orang tertegun dan nenek itu terhuyung pucat maka disana Sin Hauw bangun dengan limbung memegang sebatang golok yang mengkilat bersih, tadi sejenak berlepotan darah tapi tiba-tiba golok itu menghisap, darah tersedot dan putihlah golok itu seperti biasa. Semuanya ini berlangsung hanya sepersekian detik saja dan semua orang tersentak, ngeri.
Tapi begitu Pek-wan melihat ini dan mengeluarkan teriakan kaget maka mulutnya berseru, disusul kemudian oleh nenek satunya dari Im-kan Sian-li,
"Golok Maut..!"
"Golok Penghisap Darah..!"
Gegerlah semua orang.
Setelah Sin Hauw limbung mencabut goloknya tiba-tiba saja semua orang terbelalak. Pek-wan si Lutung Putih terkesiap dengan jantung meloncat kaget, itu memang amat mengerikan. Dan ketika semua terbelalak dan kaget serta ngeri tiba-tiba nenek yang kutung lengannya itu berteriak marah, melengking,
"Keparat, jahanam kau, bocah. Kubunuh kau!"
Sin Hauw tak berkedip. Dalam keadaan pusing dan jatuh bangun dihajar lawan membuat pemuda ini marah. Dia tadi memang mencabut goloknya membacok nenek itu, yakni ketika si nenek hendak mencengkeram dan menangkapnya.
Dia tadi pura-pura pingsan untuk mengecoh lawan, benar saja nenek itu terkelabuhi dan mendekat. Maka begitu dia mencabut goloknya dan senjata warisan suhunya itu berkelebat menyambar nenek ini maka nenek itu putus lengannya dan kini menerjang, dengan satu lengan yang lain tapi Sin Hauw mengelak. Dia dikejar lagi dan apa boleh buat menggerakkan goloknya itu. Dan ketika terdengar suara "cras" yang mengerikan dan lengan nenek itu buntung maka nenek ini menjerit bergulingan dengan tubuh tanpa lengan lagi.
"Aduh!"
Mengerikan sekali. Apa yang terlihat adalah tubuh yang tidak utuh, Nenek itu menjerit-jerit dan bergulingan di lantai, mandi darah dan lantaipun bergelimang bau amis. Darah membanjir dimana-mana melepoti bagian yang dilalui nenek ini. Dan ketika semua orang kembali terbelalak dan ngeri melihat itu maka Im-kan Sian-li yang masih seorang tiba-tiba membentak dan menyerang Sin Hauw.
"Jahanam? Kubunuh kau, Sin Hauw. Keparat terkutuk!" sepasang tusuk konde menyambar Sin Hauw, disusul pukulan Sin-hong-ciang dan Sin Hauw menangkis.
Tapi ketika dia tergetar dan terhuyung mundur maka nenek itu berteriak agar yang lain-lain maju, mengeroyok dan membalaskan sakit hati saudaranya. Nenek yang disana akhirnya pingsan tak kuat menahan sakit, betapapun kedua lengan yang buntung terlalu banyak mengeluarkan darah, Dan ketika Pek-wan berkelebat maju dan Kwi-goanswe serta pengawal juga membentak menyerang pemuda itu maka Sin Hauw dikepung dan mendapat hujan serangan.
"Cring-plak-dess!"
Hujan serangan disusul teriakan kaget. Lima pengawal yang semula mengantar Sin Hauw tiba-tiba berteriak ngeri, mereka menjerit kesakitan ketika senjata mereka putus, tak kuat menghadapi golok di tangan Sin Hauw. Dan ketika pemuda itu bergerak dan terhuyung meneruskan tangkisannya maka semua lawan memekik tertahan karena tak ada satu senjata pun yang sanggup menghadapi golok di tangan pemuda itu, terbabat dan patah-patah berhamburan di lantai.
Apa yang dirasakan sungguh membuat orang gentar, lima pengawal pertama sudah terpelanting tak keruan bermandi darah, tangan atau kaki mereka putus disambar golok, yang masih bergerak ketika menangkis senjata mereka tadi. Dan ketika si Lutung Putih juga terdorong mundur sementara tusuk konde di tangan Im-kan Sian-li juga papas terbabat golok maka Sin Hauw menjadi pemuda mengerikan dengan senjata di tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
General FictionGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...