29

1K 18 0
                                    

Sinar menyilaukan itu bergerak lagi dari atas ke bawah. Dan ketika dia berkelit namun cahaya itu masih terus mengejarnya maka kakek ini menimpukkan gelang di tangan kirinya namun senjata itu tiba-tiba putus juga.

"Cranggg...!"

Kakek ini membanting tubuh bergulingan. Dia sudah berusaha menjauhi sinar yang mengejutkan itu, kaget melihat senjatanya putus namun sinar itu masih mendahuluinya juga. Dan ketika ia bergulingan namun pundak terasa perih maka kakek ini tertegun melihat pundaknya sudah tergurat, meloncat bangun.

"Siluman, ilmu kepandaianmu benar-benar iblis, Golok Maut. Dan senjatamu itu luar biasa..!" kakek ini tertegun, melihat Golok Maut sudah berdiri di depannya namun sinar atau cahaya menyilaukan itu sudah tak ada lagi.

Di balik punggung Si Golok Maut tampak gagang sebatang golok tersembul sedikit, lawan telah mengembalikan senjata itu setelah "menghirup" sedikit darah di pundaknya. Dan ketika kakek itu gemetar dan pucat memandang lawan maka Golok Maut menjura.

"Fen-ho Lojin, kau juga hebat. Kau ternyata benar sahabat guruku. Bukankah yang kau mainkan itu adalah Sin-goat-goan-kun (Silat Gelang Bulan Sakti)? Aku sudah mendengar tentang ini, dan aku menyatakan kagum!"

Kakek itu menggigil. "Setan, ilmu golok macam apa yang kau mainkan tadi, anak muda? Bukankah seingatku Sin-liong Hap Bu Kok tak memiliki ilmu golok?"

"Hm, mendiang suhuku telah menciptakan ilmu goloknya, Lojin, ilmu terbaru namun sayang tak dapat dipakai lama. Aku mewarisinya dan itulah ilmunya terakhir tadi."

"Hebat, dan kau telah mengalahkan aku!"

"Hm, kelebihan golokku yang membuat aku memperoleh kemenangan, Lojin. Tapi tanpa golok ini barangkali kau yang menang."

"Tidak, silat golokmu juga hebat, anak muda. Terus terang aku mengaku kalah!"

"Terima kasih, kau telah memberikan pujian untukku." dan Si Golok Maut yang menjura dan kembali membungkuk di depan kakek itu tiba-tiba dikejutkan seruan nyaring dan berkelebatnya seorang gadis.

"Suhu, siapa ini? Kau habis bertempur?"

"Ha-ha, kau Siang In? Baru datang? Hei, ketahuilah, inilah Si Golok Maut yang baru saja mengalahkan gurumu!"

Si Golok Maut tertegun. Seorang gadis berwajah cantik tahu-tahu muncul disitu, wajahnya seperti bulan dan rambutnya dikepang dua, manis menjuntai di kiri kanan kepalanya. Dan ketika gadis itu juga tertegun karena Golok Maut tak menampakkan seluruh mukanya maka dua orang itu terkesima dengan perasaan berguncang, heran dan aneh tiba-tiba jantung Si Golok Maut berdetak!

"Suhu, ini Si Golok Maut? Dia mengalahkan dirimu?"

"Benar, dan sepasang gelangku putus semua, Siang In. Golok Maut betul-betul hebat dan dia amat lihai!"

"Keparat, kalau begitu dia harus dihajar. Biar aku yang membalaskan sakit hatimu dn kuminta tukar senjatamu yang dirusak!" dan gadis ini yang tiba-tiba menerjang dan berseru nyaring tiba-tiba sudah membentak dan menyerang Si Golok Maut, tidak banyak cakap lagi dan tubuh yang berkelebat seperti walet menyambar itu tahu-tahu sudah melakukan tamparan.

Gerakannya sama cepat dengan sang suhu, Golok Maut mengelak namun bayangan gadis itu mengejar. Dan ketika dia mengelak namun tetap dibayangi maka apa boleh buat Golok Maut menangkis dan gadis itu menjerit.

"Aduh..!"

Ternyata gadis ini terpental. Dalam tangkisan tadi dia merasa tangannya sakit, gadis ini membentak lagi namun tidak mundur.

Tangkisan Golok Maut dianggapnya hinaan dan gadis itu marah. Dan ketika dia melengking-lengking dan menyambar-nyambar bagai walet kesetanan maka Golok Maut terdesak dan entah mengapa tiba-tiba tidak berani menangkis lagi, takut mendengar jeritan si gadis!

Golok Maut - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang