Tapi Bhi Li terkejut. Baru dia melakukan perjalanan separuh jarak tiba-tiba Bhok-kongcu muncul. Pemuda itu berkelebat dan memanggil namanya. Dan ketika Bhi Li tertegun dan terkejut memandang pemuda itu maka Bhok-kongcu sudah di depannya dan menjura manis, matanya keheranan.
"Eh, maaf. Mana encimu, Li-moi? Kenapa sendirian? Dan kau, ah.....tampaknya baru menangis! Ada apa? Bertengkar dengan encimu masalah aku?"
"Tidak....tidak....!" Bhi Li cepat menghapus air matanya. "Aku, eh.....kami akan ke Kim-liong-pang, kongcu. Tadi kemasukan debu dan kebetulan berair. Aku kesini sedang enciku lewat jalan yang sana. Kami, ah....berlomba untuk melihat siapa yang lebih dulu!"
"Ha-ha!" pemuda ini tertawa, "Kalau begitu lega aku, Li-moi. Kukira kau bertengkar dengan encimu gara-gara aku. Aku sudah siap minta maaf dan menyingkir. Kalau begitu, eh..... aku juga mau ke Kim-liong-pang!"
"Kita dapat bersama!" Bhi Li girang, tapi menyambung, cepat dan agak jengah, "Eh, maksudku kita dapat mengadu ilmu lari cepat masing masing, Bhok-kongcu. Siapa duluan dialah menang!"
"Ya," pemuda itu tertawa. "Tapi aku menyerah, Li-moi. Baru saja seseorang menyerang aku dengan senjata bintang. Lihat, aku terluka!" dan Bhok-kongcu yang menguak lengan bajunya tiba-tiba memperlihatkan luka di bawah siku, tadi tak kelihatan karena tertutup baju. Dan begitu pemuda itu juga memperlihatkan luka di mata kakinya maka Bhi Li tertegun.
"Nah, lihat, aku tak dapat lari cepat. Kalau kau mau mendahului silahkan, aku berjalan biasa saja dibelakang."
"Tidak," Bhi Li tiba-tiba menggeleng. "Kalau begitu biar aku jalan, Bhok-kongcu, menemanimu. Siapa tahu jangan-jangan ada yang menyerangmu lagi. Siapakah penyerang itu?"
"Aku tak tahu, dia lari. Tapi senjata bintang biasanya dimiliki murid-murid perempuan Kim-liong-pang."
"Eh, kalau begitu......"
"Nanti dulu!" pemuda itu memotong, tertawa. "Aku sebenarnya tak bermusuhan dengan Kim liong-pang. Li-moi. Aku tidak menuduh atau menyangka mereka. Hanya kubilang bahwa senjata macam begini biasanya dipunyai murid-murid perempuan Kim-liong-pang!"
"Hm, kita harus berhati-hati kalau begitu. Mungkin mereka menyerang karena kita memasuki wilayahnya!!"
"Mungkin saja."
"Dan kau kenal dengan Kim-liong Sian-li?"
"Ah, menengok saja belum, Li-moi. bagaimana kenal!" Bhok-kongcu tertawa. "Masa aku kenal ketua Kim-liong-pang itu? Tidak, aku tak kenal dan justeru sekarang ini akan kesana! Mari kita berangkat!" dan Bhok-kongcu yang sedikit terpincang dan meringis tiba-tiba minta tolong Bhi Li apakah gadis itu mau memeganginya.
"Maaf, aku terpaksa. Tapi kalau kau tak suka biarlah aku jalan sendiri!"
Bhi Li tertegun. Mukanya mendadak merah, Bayangkan, Bhok-kangcu yang baru dikenalnya ini tiba-tiba minta tolong padanya agar dipapah. Tentu saja membuat gadis itu likat dan gugup. Tapi ketika Bhok-kongcu terhuyung dan mau jatuh mendadak Bhi Li bergerak cepat menyambar lengan pemuda itu.
"Hati hati.....!"
Seruan ini dibalas senyum aneh pemuda itu. Bhok-kongcu mengucap terima kasih, mengangguk dan tiba-tiba memegang pula lengan gadis itu. Dan ketika Bhi Li berdebar dan semburat merah maka pemuda she Bhok itu berbisik bahwa dia jauh lebih ramah dibanding Bhi Pui, encinya.
"Maaf, enciku memang galak, Bhok-kongcu. Tapi sebenarnya dia baik!"
"Ah, bagiku kau lebih baik, Li-moi. Juga lebih cantik, berperasaan!"
"Hm...." dan Bhi Li yang tiba-tiba bersemu dadu akhirnya melengos ketika beradu pandang dengan si pemuda, mulai berjalan dan tiba-tiba Bhok-kongcu itu menimpang-nimpangkan jalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
Fiksi UmumGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...