BENG TAN berkelebat. Dia sudah menghampiri gadis ini dan berlutut disitu, memeriksa, mendapat kenyataan bahwa gadis ini masih tergetar oleh pukulan sinkang dan kini meskipun sadar namun bukanlah berarti sudah baik.
Gadis itu berketrukan dan menggigil, memandang Beng Tan namun Beng Tan sudah menempelkan lengan di pundak gadis ini. Dan ketika Beng Tan berkata bahwa dia akan menolong gadis itu dan Swi Cu diharap menerima penyaluran sinkangnya maka gadis atau wakil ketua Hek-yan-pang ini semburat mukanya merasa hawa hangat tubuh lelaki memasuki tubuhnya!
"Lepaskan!" Swi Cu membentak. "Kau tak perlu melakukan itu, sobat. Biarkan aku menyembuhkan diriku sendiri dan kau tolong yang lain!"
Beng Tan tertegun. Dia melepaskan lengannya di pundak karena gadis baju hitam itu menolak, tak suka dan sudah terhuyung bangkit berdiri, berkata akan menyembuhkan dirinya sendiri namun Swi Cu terguling. Dan ketika Beng Tan menyambarnya dan untuk kedua kali gadis ini merah mukanya karena dipegang lelaki maka Beng Tan berseru padanya,
"Nona, hati-hati. Aku tidak bermaksud yang lain kecuali ingin menolongmu. Kau tergetar pukulan sinkang, harus segera ditolong atau kau bakal terluka dalam!"
"Tidak, aku dapat mengurus diriku sendiri, sobat. Kau tolonglah yang lain dan biar aku sendiri..."
"Tapi kau..."
"Tak usah banyak cakap. Kau tolong yang lain atau pergi dari sini. Hek-yan-pang sebenarnya tak boleh dimasuki lelaki!" Beng Tan terkejut, dibentak kasar dan gadis baju hitam itu tiba-tiba terisak.
Sebenarnya Swi Cu tak bermaksud bersikap kasar kepada penolongnya ini tapi apa boleh buat dia harus melakukan itu.
Sentuhan Beng Tan dan sikapnya tadi yang memberikan sinkang kepadanya sungguh membuat Swi Cu merinding. Seumur hidup belum pernah dia disentuh pria dan baru tadi dia merasakan hangatnya tubuh lelaki, meskipun berupa hangatnya tenaga sinkang dan Beng Tan bermaksud menolongnya, bukan mau kurang ajar.
Tapi karena perbuatan itu sudah cukup membuat gadis ini panas dingin dan untung sapu tangannya yang melindungi muka tak memperlihatkan wajahnya yang merona merah maka Beng Tan tak tahu dan tak mengerti kenapa gadis ini marah-marah, melotot padanya tapi cepat terisak dan menunduk, menyesal, terhuyung menjauhi dirinya dan Beng Tan tertegun melihat wakil ketua Hek-yan-pang itu duduk bersila, coba mengobati dirinya sendiri dengan penyembuhan dari dalam. Dan karena saat itu yang lain-lain juga merintih dan minta tolong pemuda ini maka Beng Tan sadar dan cepat menolong anak-anak murid Hek-yan-pang itu, yang bangun dan merintih tak keruan namun Beng Tan sudah membagi-bagikan pil berwarna hijau muda untuk meringankan penderitaan wanita-wanita itu. Dan ketika sebagian besar tertolong dan kagum memandang Beng Tan, berterima kasih, maka terakhir barulah pemuda ini menolong Ci Fang, yang tidak tahu apa yang terjadi.
"Kau siapa? Golok Maut?"
"Bukan. Golok Maut sudah pergi, Ci-kongcu. Kau sekarang selamat tapi harus lebih berhati-hati lagi. Kita semua hampir saja dibunuh tokoh itu!"
"Dan in-kong (tuan penolong) ini hebat sekali. Aih, tanpa dia kita semua tentu sudah binasa, siauw-ongya (pangeran muda). Kita tertolong berkat kehebatan inkong ini!" seorang murid Hek-yan-pang berseru, tak sanggup menahan kekagumannya dan Ci Fang terbelalak.
Tapi ketika dia mau bertanya namun Beng Tan tak mau ditanya tiba-tiba pemuda ini sudah berkelebat ke arah Swi Cu, yang masih belum berdiri.
"Kalian semua tak usah membicarakan itu. Sebaiknya semua kesini dan tolonglah ketua kalian ini!"
Semua teringat. Tiba-tiba semua murid berlompatan mengelilingi Swi Cu, wakil ketua mereka ini tiba-tiba nampak pucat dan gemetaran aneh. Entah kenapa Swi Cu tiba-tiba diserang pergolakan hawa di dalam tubuhnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
Fiksi UmumGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...