Para perajurit ini tak dapat disampok runtuh seperti kalau dia menyampok senjata-senjata tajam, panah atau tombak yang dipukulnya runtuh itu, runtuh dan patah-patah. Dan ketika Beng Tan marah dan lemparan perajurit itu dikelit atau ditamparnya perlahan akhirnya Beng Tan menjejakkan tubuhnya ke atas dan dari atas pemuda ini tiba-tiba sudah bergerak secepat burung menotol kepala-kepala para perajurit untuk mendekati lawannya. Satu kepandaian ginkang atau ilmu meringankan tubuh yang tentu saja membuat para perajurit kagum, tercengang!
"Kau tak dapat lepas dariku. Menyerahlah, dan berhenti!"
Kedok Hitam terkejut. Dia melihat Beng Tan yang terbang di atas kepala para perajurit untuk mendekatinya. Gerakannya begitu luar biasa dan ringan, lari di atas kepala demikian banyak orang seperti kucing yang lari di atas genteng, demikian cepat dan enteng!
Dan ketika pemuda itu sudah dekat dengannya dan Kedok Hitam hilang kagetnya tiba-tiba lelaki ini menyambar dua orang perajurit untuk dilempar ke arah pemuda itu dan diri sendiri sudah berjungkir balik di atas kepala perajurit yang lain untuk terbang dan.... lari lewat udara, persis seperti perbuatan lawannya itu.
"Gentong-gentong kosong semua. Bodoh!"
Perajurit ternganga. Yang diinjak kepalanya tentu saja mengaduh-aduh. Tidak seperti Beng Tan yang hampir tak mengerahkan tenaganya pada injakan yang kuat adalah sebaliknya si Kedok Hitam itu melakukan "tempelengan" dengan satu kakinya yang lain.
Kalau kaki kanan meluncur dan terbang ke kepala perajurit yang di depan maka perajurit yang dibelakang ini diberi "hadiah" sepakan kecil, kecil bagi si Kedok Hitam itu tapi cukup besar bagi para perajurit biasa ini. Sepakan si Kedok Hitam seperti sepakan seekor kuda yang marah, menendang dan membuat mereka mengaduh-aduh. Setelah kepala dipakai untuk tempat meloncat ternyata tubuh juga disakiti. Itulah perbedaan si Kedok Hitam!
Dan ketika Kedok Hitam melarikan diri dan tadi menahan Beng Tan sejenak dengan lemparan dua orang perajurit maka Beng Tan mengumpat karena harus menangkap dan menerima dua tubuh ini untuk akhirnya ganti dilempar ke tanah.
"Pengecut! Licik, curang!"
Beng Tan mengejar lagi. Pasukan yang ada disitu akhirnya melihat dua orang ini terbang di atas kepala para perajurit. Kedok Hitam mencaci-maki dan menendangi kepala perajurit-perajurit yang diinjak kepalanya sementara Beng Tan hanya mempergunakan kepala para perajurit itu sekedar sebagai batu loncatan. Akhirnya para perajurit yang melihat dua orang ini siap di depan mata tiba-tiba sudah menjatuhkan diri semua, tak mau memasang kepala dan membungkuk melindungi bagian itu.
Sialnya punggung mereka kini menjadi penggantinya karena dengan posisi seperti itu mereka seperti tengkurap memberikan punggung. Bagian inilah yang dipergunakan Kedok Hitam dan Beng Tan untuk berlarian, tiada ubahnya orang berloncat-loncatan atau berlarian di punggung seekor ikan lumba-lumba. Lucu, tapi juga menyedihkan. Maklumlah, Kedok Hitam yang semakin gelisah dan marah melihat ulah para perajurit itu tiba-tiba menginjak keras, beberapa diantaranya patah punggungnya dan menjerit!
Mereka itu roboh dan Beng Tan tentu saja tak dapat mempergunakan perajurit ini, berkelebat dan turun serta mempergunakan perajurit lainnya yang ada, kembali mengejar dan dua orang itu akhirnya tiba di ujung.
Kedok Hitam berteriak dan tiba-tiba melepas huito-huito (golok terbang) kecil sebelum turun dari punggung perajurit terakhir, membalik dan melepaskan itu ke arah Beng Tan yang sudah dekat. Dan ketika Beng Tan berhenti untuk menangkis hujan golok terbang ini maka lawannya lari lagi dan kini menuju hutan di depan.
"Ah, keparat. Terkutuk!"
Beng Tan marah. Lawan benar-benar licik dan keji, beberapa kali melakukan serangan gelap tapi untung dia berhasil menghalau itu semua. Kedok Hitam benar-benar pengecut dan kini hendak menghilang di hutan itu, hal yang tentu saja tak akan dibiarkan Beng Tan. Dan ketika Beng Tan membentak dan mengejar lagi maka dua orang ini sudah jauh meninggalkan pasukan dan masing-masing seolah dahulu-mendahului mendekati hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
Художественная прозаGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...