"HMM....!" kakek India itu menggeram. "Kami terdesak tapi belum kalah, pangeran. Kalau Kami sudah roboh barulah Kami menyerah!"
"Ha-ha, kalau begitu kalian akan roboh!" dan Coa-ongya yang berseru pada tiga pembantunya agar menekan dan mendesak dua kakek India itu lalu tercawa dan tersenyum mengamati jalannya pertandingan, sedikit tetapi pasti memang orang-orangnya dapat menekan dua kakek India itu.
Sudra dan Mindra harus bekerja keras kalau tak ingin roboh. Nenggala maupun cambuk di tangan mereka bergerak menangkis atau menyerang lawan. Tapi karena Yalu kakek tinggi besar itu mengacau atau mengganggu konsentrasi dua kakek India ini dimana Sudra maupun Mindra sering kali menerima pukulan kakek tinggi besar itu maka keduanya menjadi marah dan memaki tokoh Tibet itu.
"Yalu, kau pengecut dan licik. Curang!
"Hm, kalian sendiri yang minta," kakek ini mendengus. "Aku hanya memenuhi tantangan kalian, Sudra. Kalau kalian tidak kuat bilang saja!"
"Keparat, kami masih kuat. Dan kami akan menghajarmu!" dan cambuk di tangan Sudra yang meledak menangkis senjata di tangan Pek-mo-ko tiba-tiba menjeletar dan menukik menyambar kakek tinggi besar itu, ditangkis dan dua-duanya terhuyung.
Nyata kakek tinggi besar dari Tibet ini juga hebat, bukan hanya pandai membokong saja. Dan ketika Pek-mo-ko kembali menyerang dan Sudra menangkis maka disana Mindra berseru agar mengeluarkan pukulan ampuh mereka, Hwi-seng-ciang (Pukulan Bintang Api).
"Keluarkan Hwi-seng-ciang. Kita robohkan manusia-manusia busuk ini!"
"Benar, dan tundukkan secepatnya mereka ini, Mindra. Hayo kita balas dan robohkan mereka!" Sudra menyambut, kini menggerakkan tangan kirinya pula dan tiba-tiba menyambarlah kilatan cahaya ke arah Pek-mo-ko.
Iblis putih itu sedang melepas serangan dengan sapuan tongkatnya, menyambar ke bawah. Tapi ketika Sudra menggerakkan tangan kirinya dan Hwi-seng-ciang atau Pukulan Bintang Api menyambar dirinya tiba-tiba iblis ini menaikkan tongkat menangkis.
"Blar!"
Tongkat itu terpental. Ujungnya pecah dan Pek-mo-ko berteriak keras, berjungkir balik namun lawan mengejar.
Di saat yang sama Mindra juga melepas Pukulan Bintang Api, menyambar Hek-mo-ko, Dan karena pukulan ini memang hebat dan Hek-mo-ko juga menangkis maka dua iblis itu terlempar ketika menerima Hwi-seng-ciang.
"Aih, keparat jahanam!" Hek-mo-ko mengumpat, diserang lagi namun Yalu si kakek tinggi besar berkelebat menghantam, menolongnya.
Dan karena kakek ini memang selalu mengganggu dan gangguannya itu merepotkan Mindra maupun Sudra akhirnya Mindra membalik memaki kakek ini.
"Dess!"
Yalu bergoyang sedikit. Kakek itu mengerahkan Hwee-kangnya dan Tenaga Api menyambut Pukulan Bintang Api, sama-sama panas dan ternyata masing-masing tak ada yang unggul.
Sifat dari pukulan keduanya yang sama-sama berintikan panas membuat Yalu tahan, tidak terdorong kecuali hanya bergoyang-goyang, sama seperti Mindra di sana. Dan ketika kakek itu terkejut sementara Yalu tertawa aneh, merasa gembira maka disana Pek-mo-ko berjungkir balik dihantam Hwi-seng-ciang lagi."Dess!"
Iblis muka putih ini memaki-maki. Yalu akhirnya diminta membantunya dan kakek tinggi besar itupun sudah bergerak, menahan pukulan Sudra. Dan ketika Sudra juga terbelalak karena Yalu hanya bergoyang menerima pukulannya maka di sana Coa-ongya terbahak-bahak.
"Ha-ha, lihat, Sudra. Hwi-seng-ciang-mu pun tak berdaya. Sebaiknya kalian menyerah dan sudahi pertandingan ini!"
"Tidak, kami hanya menyerah kalau kami dapat dirobohkan, pangeran. Atau kami akan bekerja keras dan merobohkan mereka!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
General FictionGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...