34

857 19 0
                                    

"MINGGIR, atau kau mampus... sing-plak!" Golok Maut membalik, terpaksa menangkis serangan dua orang itu dan cambuk maupun nenggala putus terbabat, semakin pendek saja namun si Kaki Besi dapat meloncat bangun disana.

Laki-laki gundul ini mengeluarkan keringat dingin dan memaki-maki Golok Maut, gading di tangannya gemetar menggigil namun pembantu Coa-ongya ini tak berani cuap-cuap lagi.

Dia sudah ditolong dan diselamatkan dua kakek India itu, melihat mereka berjungkir balik dan berteriak panjang ketika senjata ditangan bertemu Golok Maut, tentu saja terpapas namun mereka sudah melayang turun mengumpat caci, Mindra bahkan menggeram-geram. Dan ketika mereka menyerang lagi dan si Kaki Besi diminta maju membantu maka dengan agak gentar si gundul ini maju mendampingi dua kakek India itu.

"Awas, jangan dekat-dekat. Serang saja dari belakang biar kami berdua di depan!"

Si Kaki Besi girang. Mindra berseru padanya agar menyerang di belakang, jadi enak dan lebih selamat. Si gundul ini mengangguk dan sudah melakukan perintah itu, Mindra dan saudaranya di depan. Tapi ketika Golok Maut menggeram dan menyatakan ingin membunuh si gundul itu maka Tiat-kak meremang.

"Boleh, dibelakangpun aku tak takut, Kaki Besi. Coa-ongya dan para pembantunya memang sudah biasa berbuat curang. Hati-hati, betapapun kau adalah orang pertama yang pasti kubunuh!"

"Hargh, jangan dengarkan itu! Kami berdua disini, Kaki Besi. Asal kau baik-baik bekerja sama tentu tak mungkin ancaman itu terlaksana. Serang saja, jangan takut!" Sudra kali ini menggereng, membentak Golok Maut namun kini Golok Maut mulai membiarkan serangan-serangan dua kakek itu mengenai tubuhnya.

Mindra maupun Sudra terkejut ketika nenggala atau cambuk mereka terpental mengenai tubuh lawannya itu, tertolak oleh sin-kang yang dahsyat dan mereka tertegun. Dan sementara mereka terbelalak dan menjublak oleh kekebalan Golok Maut yang ditunjukkan maka laki-laki bercaping itu sering membalik dan menyambar si Kaki Besi, senjata di tangannya berkeredep berkali-kali dan tak terhitung banyaknya seruan kaget si gundul itu karena golok yang menyilaukan itu tahu-tahu hampir saja mengenai tubuhnya.

Kalau tidak membabat leher ya menusuk dada, semuanya serba cepat dan serba kilat. Dan ketika si gundul itu mengeluarkan keringat dingin dan pucat serta gentar maka satu kilatan panjang membuat laki-laki ini berteriak ketika Golok Maut membiarkan cambuk dan nenggala menyambar tubuhnya.

"Cret-des-plakk!"

Golok Maut terhuyung dua langkah. Sinar golok di tangannya membeset pundak si Kaki Besi dan laki-laki gundul itu berteriak ngeri. Dia melempar tubuh bergulingan namun sinar golok masih menyerempetnya juga, hanya beberapa senti dari leher! Dan ketika Golok Maut terkena ledakan cambuk maupun tusukan nenggala dimana dua serangan itu membuat serangannya terhadap si gundul jadi kurang tepat maka si gundul itu memaki-maki dua kawannya yang dianggap tak becus melindungi dirinya.

"Keparat, kalian bodoh, Mindra. Tolol. Aih, kalau tak bisa melindungi kawan bilang saja!"

Dua kakek itu merah mukanya. Sebenarnya kalau Golok Maut tidak mengerahkan sinkangnya dan kebal menerima serangan-serangan senjata mereka tentu Golok Maut itu sudah roboh. Mereka penasaran dan marah oleh makian ini. Maka ketika kembali mereka menyerang dan si Kaki Besi mundur-mundur menjauh maka Golok Maut tertawa mengejek si gundul itu.

"Hm, kau antek Coa-ongya. Kau pasti kubunuh dulu, Kaki Besi. Lihat saja!"

Si Kaki Besi semakin pucat. Disana Mao-siao Mo-li dan Bhok-kongcu masih serang-menyerang dengan ketua Hek-yan-pang itu. Mereka memaki-maki sementara ketua Hek-yan-pang membentak atau melengking.

Dan ketika disini Golok Maut mengeluarkan ancamannya hingga si Kaki Besi pucat maka permainan laki-laki ini menjadi kacau dan Tiat-kaknya atau Kaki Besi tak dapat digunakan, mati kutu menghadapi ketajaman golok di tangan laki-laki bercaping itu dan sesumbar si gundul ini menjadi tong kosong yang nyaring bunyinya, ketika dengan sombong dan pongah dia dulu berkata pada Coa-ongya untuk menangkap dan membunuh Si Golok Maut, yang ternyata demikian lihai dan luar biasa. Dan ketika si gundul ini mulai mundur-mundur dan setiap kelebatan golok selalu dijauhi dengan amat takutnya maka Mindra dan Sudra membentak-bentak dan marah kepada temannya ini.

Golok Maut - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang