"Mo-ko, kau iblis jahanam!"
Si putih dan si hitam terkejut. Mereka melihat berkelebatnya bayangan dua pemuda itu, satu dari kiri sedang yang lain dari kanan. Dan karena mereka sebenarnya memang sudah gentar dan tentu saja menangkis jerih maka keduanya terlempar ketika dua pukulan atau tamparan Golok Maut dan Beng Tan mengenai pelipis mereka.
"Des-dess!"
Mo-ko kakak beradik terpelanting. Pukulan Beng Tan tidak terlalu keras namun cukup juga membuat Pek-mo-ko terguling-guling.
Dan karena Golok Maut justeru bersikap sebaliknya karena tokoh bercaping yang sedang marah ini tak dapat menahan dirinya maka Kim-kong-cian (Pukulan Sinar Emas) menghantam telak punggang Hek-mo-ko, yang mencelat dan terlempar dan tentu saja iblis hitam itu berkaok-kaok. Dia bergulingan menjauhkan diri dan Golok Maut sudah menolong Wi Hong. Gadis atau ketua Hek-yan-pang itu diangkat dan disandarkan kebahunya.
Dan ketika Wi Hong tersedu-sedu dan gemetar di pelukan Golok Maut maka pemuda itu berbisik, juga gemetar,
"Wi Hong, kau istirahatlah disana. Jaga kandunganmu, jaga anak kita. Biarlah kau mundur dan kuhadapi orang-orang ini!"
"Ooh..!" Wi Hong menangis mengguguk "Kau... kau keparat jahanam, Golok Maut. Kau kubenci dan akupun ingin membunuhmu!"
"Tenanglah, boleh kau lakukan itu," Golok Maut menyeringai pedih. "Aku tak akan lari, Wi Hong. Aku bersumpah ingin mati kalau kau kehendaki. Sudahlah, kau disini dan kuhadapi orang-orang itu..... plak!" dan Golok Maut yang diteriaki dan mendengar seruan kaget Wi Hong tiba-tiba membalik dan sudah menangkis sambaran nenggala, serangan licik yang dilakukan Mindra dan kakek India itu terkejut memekik perlahan, tadi membokong dan melihat kesempatan baik. Tak tahunya Golok Maut mendengar dan pemuda itu sudah menangkis, mengerahkan sinkangnya. Dan ketika Mindra terpental dan otomatis gagal maka Golok Maut berdiri dan menggeram pada kakek curang itu.
"Mindra, kau kakek jahanam. Kubunuh kau!"
Dan Golok Maut yang berkelebat serta mendorong Wi Hong lalu bergerak dan mengejar musuhnya ini, tadi dikeroyok empat namun dia mampu bertahan. Beng Tan memang tidak menyerangnya lagi setelah orang-orang itu maju, pertama karena marah dan kedua karena dia memang tidak suka keroyokan. Akibatnya dibiarkannyalah orang-orang itu menyerang dan Golok Maut ternyata dapat melayani, meskipun terhuyung dan menderita luka.
Dan ketika Pek-mo-ko maupun Hek-mo-ko akhirnya keluar karena menghadapi Swi Cu dan Wi Hong maka tiga orang itu tak kuat juga dan akhirnya terdesak namun sayang Golok Maut harus menolong kekasihnya, melihat Wi Hong dirobohkan Hek-mo-ko dan kini Mindra membokong dari belakang, ditangkis dan tak tahunya kakek itu gagal juga. Dan ketika Golok Maut sudah berdiri lagi dan menyerang kakek itu maka Sudra berusaha membantu namun tak tahan juga.
"Hei, anak muda!" serunya pada Beng Tan. "Kenapa kau mendelong saja dan tidak membantu kami? Hayo maju, Golok Maut adalah bagianmu!"
"Kalian curang!" Beng Tan membentak. "Kalau merasa gagah dan ingin merobohkan lawan janganlah mengeroyok, Mindra. Golok Maut memang bagianku tapi kalian mundur kalau tak ingin celaka!"
"Keparat, kami membantumu! Kenapa malah membiarkan dan berdiam diri? Hei .... maju, bocah. Atau kau kulaporkan pada Coa-ongya... plak-dess!" Sudra mencelat, kali ini mendapat bagiannya dan Kim-kong-ciang tak dapat dielak lagi. Dia menangkis tapi kalah cepat, pukulan itu mengenai tengkuknya dan terlemparlah kakek ini. Dan ketika Golok Maut mengejar namun Mindra membantu maka nenggala menusuk dan Golok Maut terpaksa menangkis.
"Plak!"
Dua-duanya terhuyung. Golok Maut tergetar namun tidak terpental seperti lawannya, diserang dan kini dikeroyok lagi karena Pek-mo-ko maupun Hek-mo-ko sudah maju mengerubut.
Yalucang kakek yang tinggi besar itu juga menyembur-nyemburkan apinya namun semua dapat ditiup padam oleh Golok Maut, tokoh bercaping yang ternyata masih lihai itu, meskipun terluka, letih. Dan ketika pertandingan kembali terjadi dan keroyokan lima orang itu tak dapat mendesak Golok Maut maka Swi Cu menggigil di pelukan kekasihnya, karena Beng Tan juga sudah menolongnya dari serangan Pek-mo-ko tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Maut - Batara
Fiksi UmumGIAM-TO (Golok Maut) dikenal orang pada jamannya Lima Dinasti. Waktu itu Tiongkok Utara kacau, kerajaan Tang baru saja tumbang. Dan ketika kekalutan serta pertikaian masih mendominasi suasana maka daerah ini seakan neraka bagi kebanyakan orang. Li K...