Heartbeat

527 138 135
                                    

"Aku datang untuk melapor."

Yoongi segera menghampiriku setelah mendengar apa yang baru saja kuucapkan. Napasnya terdengar memburu saat ia memindaiku dari atas sampai bawah.

"Ikut aku." Dia mengenggam tanganku lagi untuk yang kedua kalinya. "Kita ke dorm."

▪▪▪▪

Yoongi masih memegangi tanganku bahkan saat kami turun dari mobil. Ia berlagak seperti aku akan kabur saja.

Bahkan ia masih memegangi tanganku ketika kami telah memasuki ruang tengah dorm BTS.

"Duduk." Yoongi memegangi pundakku, menyuruhku duduk di sofa ruang tengah. Sementara aku hanya mengiyakan dalam diam.

Ia segera masuk ke ruangan entah ke mana dengan jalan cepatnya. "Jjamkaman gidaryeo." ujarnya. (sebentar)

Kepalaku terangguk-angguk lemas. Selain karena terkejut atas perlakuan Seulji, aku juga tidak menyangka bahwa aku bisa ke tempat yang diimpikan setiap ARMY-dorm BTS. Yah, walaupun dengan sedikit luka di lutut, sikut, dan bibirku.

Tak lama berselang, Yoongi kembali dengan sebuah kotak putih yang kuduga adalah alat P3K. Ia segera berlutut di depanku seraya mengacak-acak isi kotak putihnya. Tangannya meraih kapas dan alkohol, kurasa. Ia meneteskan beberapa tetes di atasnya, lalu beralih pada lututku.

"Aku bisa lakukan sendiri," ujarku seraya mencegah tangannya membersihkan lukaku.

Ia menatapku nanar, sementara jantungku mulai berdegup kencang. "Kau luka karenaku," timpalnya untuk kemudian kembali menundukkan kepalanya, membersihkan luka pada lutuku.

"Tidak," ujarku untuk sekali lagi menahan tangannya, "tidak, Yoongi. Bukan karena kau, ini... ini ulah Seulji."

Yoongi menghela nafas beratnya, kemudian kembali menatapku nanar. "Lalu? Untuk apa Seulji melakukan ini?"

Aku terkesiap mendengar pertanyaannya. Dia betul-betul mampu membuatku menyumpal mulutku dalam-dalam. Tapi, ya ampun... itu memang bukan salahnya. Memangnya siapa yang mau disalahkan atas cinta fans terhadap idolanya?

Tanganku merampas kapas dari genggamannya, kemudian segera kubersihkan lukaku sendiri tanpa menghiraukan tatapan nanar Yoongi.

Kudengar jelas di dekat telingaku, ia berdecih. "Keras kepala."

"Aku tidak pernah mau merepotkan seseorang. Sekali pun dia ibuku," sahutku seraya terus membersihkan luka pada lututku dengan perlahan.

Kubersihkan lukaku sambil memindai seisi ruangan.

"Member lain sedang latihan," ujarnya tiba-tiba.

Aku mengalihkan pandanganku kembali ke lukaku. "Oh... A-Ah! Appo! Aishh...." Alkohol itu terasa perih ketika menyentuh lukaku yang terbuka. (sakit)

Entah terkena angin apa, Yoongi tiba-tiba merampas kapas yang kupegang, ia membersihkan lukaku dengan kapas yang baru. "Kalau kau terus begini, kau justru merepotkanku."

Aku menatap wajahnya dengan kesal. "Huh, dasar. Keras kepala teriak keras kepal- aaaaahh! Kau barusan melakukannya dengan kasar!" Baru saja aku akan mengumpatnya, tetapi ia justru terkekeh saat mendengar ringisanku. Yah, meskipun tanpa suara.

Ei, lihat. Ia terkekeh sendiri, ya ampun....

Yoongi untuk beberapa detik terus terkekeh dengan menampilkan gummy smile-nya. Wah-wah... bahagia sekali dia melihatku kesakitan begini. Kudorong sebelah pundaknya dengan temangut-mangut. "Geumanhaeyo... kau ini jahat sekali. Saat orang kesakitan kau justru menertawakannya." (berhenti)

Bulletproof [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang