There's Someone (new part)

175 33 16
                                    

Ini adalah hari ketigaku mendekam di rumah sakit. Setelah menghabiskan waktu dengan hari-hari itu, keadaanku berangsur membaik. Pelayanan dan perawatan yang diberikan rumah sakit secara intensif membuatku lekas pulih hingga besok aku dinyatakan boleh pulang. Mendengarnya, perasaan senangku bukan main. Selain bisa kembali bertemu teman-teman di sekolah, aku bisa kembali memantapkan persiapan ujian masuk universitas.

Hari ini menjadi hari yang bahagia tidak seperti hari-hari sebelumnya. Kembali merasakan hangatnya keluarga membuat semua energiku terkumpul hingga tidak tersisa tempat untuk kekecewaan atau kesedihan bersemayam di sana. Hubunganku yang membaik dengan papa, rinduku yang tergantikan oleh kehadiran mama, dan sumber-sumber kebahagiaan dari tingkah laku dan perhatian kakakku, semuanya betul-betul menyokong penyembuhanku lebih cepat.

Oh! Ini mungkin akan terdengar aneh, namun suasana kamar ini terasa enak hari ini. Bau etanol yang semula begitu menyeruak ke dalam indera penciuman kami tidak begitu tercium. Ada wangi lavender yang bertimpang tindih dengan bau etanol. Sebuah rangkaian bunga lavender terletak di dalam vas bunga. Hari ini bunga yang menghiasi kamar kaku ini adalah sentuhan ungu dari sekawanan bunga lavender.

"Dek. Ayo, ready lagi," ujar Bang Farhan begitu kami menyelesaikan satu pertandingan game online pada ponsel kami.

"Bang." Papaku terdengar menegur kakakku. "Udah, dong. Adeknya jangan diajak main game, mulu."

"Bentar, Pa. Udah lama aku nggak main game lagi," katanya membela diri.

Ketika aku hendak menekan tombol ready pada icon game, tiba-tiba layar ponselku terganti dengan sebuah sambungan telepon. Seseorang yang tidak kuduga-duga meneleponku hingga aku terperanjat dari kasur.

Kataku spontan, "Sebentar, Bang. Ada yang nelepon. Let me pick it up, first. Abang main duluan, aja."

"Okay."

Kulangkahkan kakiku keluar menuju koridor sebelum mengangkat teleponnya. Aku tak segera menyapanya lewat telepon. Yang kulakukan hanya terdiam dan menunggunya menyapa.

"Hyerin," panggilnya dari seberang telepon.

Kujawab, "Hm?" Tidak memiliki satu pun kata yang mesti kukatakan kepadanya.

"Aku sedang di rumah sakit di mana kau di rawat," katanya. "Boleh aku berkunjung?"

Aku untuk sejenak memberikan jeda untuk memikirkan baik-baik keputusanku. "Kau sudah sampai sini. Temui aku di rooftop."

▪▪▪▪

Angin sore kala itu menerpa wajahku hingga surai rambutku yang menjuntai terbawa olehnya. Kududuk di atas sebuah kursi yang tersedia di sana. Memandangi langit seraya menghitung-hitung waktu sebelum orang yang kutunggu itu datang.

Tak lama, kulihat seseorang yang kutunggu kehadirannya itu menampakkan dirinya. Dia menghampiriku dengan senyuman paling tulusnya yang selalu sama. Ia bahkan sekali lagi mengembangkan senyumannya begitu sampai di hadapanku.

"Hyerin," panggilnya, "Bagaimana kabarmu?"

Kuhela napasku panjang. Enggan menatapnya. "Baik-baik saja."

Ia ikut duduk di sampingku. Berusaha melanjutkan obrolan, "Apa yang terjadi?"

"Ottokhe arrayo?" Kutolehkan kepalaku begitu bertanya, menyela pembicarannya. (Bagaimana kau bisa tahu?)

"Apa yang kutahu?" tanyanya dengan nada lembutnya yang lama-lama didengar membuat perasaan kesal muncul dalam diriku.

Jawabku, "Dari mana kau tahu kalau aku sedang dirawat di rumah sakit ini?"

Bulletproof [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang