Hyerin tanpa sadar kian menyandarkan punggungnya pada sebuah dinding di belakangnya. Sementara itu, orang-orang sibuk mulai berlalu lalang dengan barang-barangnya. Entah apa yang terjadi, tetapi mungkin mereka sudah menguping, meski seorang artis juga memiliki privasi, atau memang mereka tidak mendengarnya, Hyerin tidak mengerti. Hyerin tidak mengerti sepenuhnya soal privasi seorang entertainer di dunia permusikan Korea. Orang-orang yang berlalu lalang bersama hiruk pikuknya mulai menanyakan keadaan Hyerin meski hanya terhitung satu-dua orang saja. Hyerin lantas mengacungkan tanda pengenalnya tanpa mau menatap siapa yang menanyainya. Dengan begitu pun, orang-orang memilih untuk tidak peduli.
Hyerin masih menangis, kini tanpa suara. Ia mengabaikan halau-balau yang perlahan menghilang. Tetapi, suatu ketika suara derap sepatu yang mendekatinya membuatnya terpaksa sedikit mendongak-menilik sang pemilik suara itu meski enggan.
"Hyerin?" panggil seseorang itu ketika Hyerin menampakkan matanya yang sembap di antara rambutnya yang menjuntai.
Ia segera menghampiri dengan wajah tidak tenang. "Hyerin? Neo gwaenchana?" (ada apa denganmu)
"Kau menungguku lama, ya? Lalu kau menunggu seperti turis yang tersasar begitu, hm? Atau kau betul-betul tak menemukan jalan untuk bertemu denganku, lalu kau menangis menyadari kau telah tersesat?" ucapannya ngawur. Tetapi berhasil membuat Hyerin tertawa sejenak di antara raut sedihnya.
"Apakah terlalu kentara?" ucapan Hyerin mengundang tawa pada keduanya.
Taehyung mengulas senyum pada bibirnya. Kemudian jemarinya beralih pada pucuk kepala Hyerin. Ia memainkan helai-helai rambut di sana. "Uljima... Aku di sini, sekarang. Ayo, hentikan tangismu gadis kecil. Nanti oppa akan memberikanmu permen, oke?"
Mendengar itu, Hyerin sontak mendorong sebelah bahu Taehyung dengan raut kesal. Ia segera berdiri dan menyeka wajah sembapnya. Tangannya pun sudah siap dengan barang-barang bawaannya.
"Ayo, temui member yang lain. Aku bawa tiket masuknya." Hyerin mengacungkan dua paper bag besar berisi kotak nasi.
"Eoh."
"Taehyung-ah! Hyerin-ah!" tiba-tiba seseorang muncul dari ujung koridor dengan senyum lebar bersama matanya yang malu-malu bersembunyi. Dia Jimin. Pun diikuti seseorang di belakangnya yang selalu memasang tampang dinginnya. Yoongi.
"Kau sudah datang Hyerin?" ujar Jimin berbasa-basi ketika telah saling berhadapan. "Kau bawa tiket masuknya, kan?"
Hyerin lantas tersenyum lebar. "Eung! Terima kasih atas persyaratan yang ditawarkan, hehe. Nan jeongmal haengbokhaesseo." (tentu saja // aku sangat senang)
Jimin tertawa renyah. "Kami juga akan sangat senang mendapatkan makan gratis yang sangat enak."
Hyerin tersenyum lagi. Ia merasa tersanjung.
"Kalau begitu langsung saja ke backstage kami, ya?" Taehyung berbicara pada Hyerin dengan mata yang berbinar.
Hyerin mengangguk bersama senyum manisnya.
▪▪▪▪
Yoongi's POV
"Hyung, di mana kamar mandinya?" tanyaku pada Manajer Sejin yang nampak sibuk dengan urusannya.
"Ada kamar mandi yang paling dekat dari sini, sih. Tetapi, kurasa akan penuh dan mengantri lama bersama artis dan staff yang lain," jelasnya meski masih sibuk dengan urusannya, "coba kau pergi ke kamar mandi di dekat ruang properti. Kondisinya sama saja, kok. Mungkin sedikit lebih sepi dari kamar mandi untuk para artis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulletproof [Selesai]
FanficHyerin tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan semudah itu untuk berpindah haluan. Awalnya, Hyerin hanya mengenal Yoongi sebagai seorang rapper dari grup favoritnya. Sesederhana itu. Hingga tanpa sadar, perlahan-lahan Hyerin mulai terlibat dalam...