Blurry

65 14 0
                                        

Mobil itu melaju di tengah keheningan malam Kota Seoul. Deru mobil milik Hobeom itulah satu-satunya suara yang mengisi keheningan di tengah malam. Dalam kesenyapan itu, mata Yoongi jatuh pada sepanjang jalan di hadapannya, tetapi benaknya terjatuh di lain tempat. Benaknya termakan habis oleh bayang-bayang kejadian yang baru saja berlalu.

▪▪▪▪

"Aku tidak ingin terlihat sedih di depannya, tidak. Aku juga tidak ingin lari ke arahnya saat aku sakit hati, karena kalau aku melakukannya, aku terdengar begitu jahat. Tetapi, dia justru datang kepadaku, menjadikan dirinya sebagai rumah untukku. Tetapi, tidak! Sekali-sekali aku tidak ingin mempermainkan hatinya. Kendati sejak awal kami hanya saling menguatkan.

"Tetapi, pasti aku sudah melakukan semuanya sekarang."

Yoongi mengalihkan seluruh atensinya pada sesosok gadis yang kini bersandar pada pundaknya. "Melakukan... Apa?"

Hyerin terlihat tersenyum. Tetapi matanya tak menatap ke arah Yoongi. "Melakukan hal yang bisa membuatnya salah paham."

"Bagaimana kalau dia yang datang padamu, jadi tidak ada salah paham?"

Hyerin tersentak, kemudian menatap Yoongi dengan pandangan sayunya. "Lalu membebani pikirannya? Oh, tidak."

"Kau tahu? Hanya ada satu alasan bagi seseorang untuk rela berkorban."

"Hm?"

"Seseorang rela berkorban karena apa yang dipertaruhkannya lebih berharga dari dirinya sendiri."

Bibir Hyerin terlihat mencebik. "Kalau begitu, dia tidak percaya diri...."

"Tidak. Tiap-tiap sesuatu di muka bumi ini punya skala prioritas mereka masing-masing." Yoongi menjawab pertanyaan Hyerin dengan tatapan yang begitu dalam meski orang yang ditatapnya sudah tidak sadar. "Dan kalau kau prioritas orang itu... Maka bebannya itu bukan tentang kesedihanmu. Tetapi bebannya adalah bagaimana cara membuatmu bahagia."

Hyerin awalnya terlihat menyimak dengan setengah abai. Tetapi kemudian ia merekahkan sumringahnya. "Senang mendengarnya."

"Eh?" tanya Yoongi balik.

"Aku harap orang itu benar-benar setulus itu padaku," jawab Hyerin seraya memandangi langit malam yang entah bagaimana wujudnya di mata orang yang sedang mabuk itu. "Seandainya dia begitu, maka aku adalah perempuan paling beruntung di dunia ini. "

"Menjadi seorang Hyerin yang cantik, pintar, datang dari keluarga yang baik, dan tegar saja sudah beruntung sekali," kata Yoongi. "Apalagi sekarang kau dikenal oleh seluruh anggota BTS yang dikenal satu dunia ini."

"Ohh... Majja!" Untuk yang pertama kalinya Yoongi mendengar kata banmal keluar dari mulu Hyerin untuknya. "Bangtansonyeondan!"

"Kim Namjoon...," racau Hyerin betul-betul mulai kacau.

Sambung Yoongi dengan asal, "Kim Seokjin."

Hyerin mengacungkan tangannya meskipun matanya terlihat setengah terpejam. Ia menambahkan, "Yoon Mingi!"

"Hei, namaku Min Yoongi," tegur Yoongi seraya menahan senyumnya di depan Hyerin yang dengan seenaknya mengubah fanchant nama Yoongi menjadi nama kontak Yoongi di ponsel Hyerin.

"Yoon Min Gi!" Hyerin tetap pada pendiriannya.

Ralat Yoongi, "Min Yoongi...."

"Yoon Min Gi...." Kesalahan besar adalah menentang kalimat orang yang tengah mabuk. Semurni apapun kebenaran yang kau sebutkan, orang mabuk akan terbutakan oleh kesadaran mereka yang hilang.

Bulletproof [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang