Drunk

284 60 9
                                        

"Menangislah, Hyerin. Ada aku di sini. Tidak ada lagi yang perlu di khawatirkan."

Hyerin masih melanjutkan tangisnya. Di antara tangisnya, Yoongi mengerti bagaimana perbedaannya sungguh signifikan ketika Hyerin menangis karena sakit akan lukanya atau menangis karena luapan emosinya. Semakin tangisan itu mengeras, tangan Yoongi senantiasa membelai surai Hyerin lembut. Lambat laun pun, tangisan Hyerin memelan hingga akhirnya hanya menyisakan sesenggukannya.

Ketika tangis itu tinggal tersisa sengguknya, Hyerin mengelak dari pelukan Yoongi. Ia cepat-cepat mengusap pipinya yang sembap karena terus menerus tertimpa air matanya. Sebelum bicara, Hyerin menghela napas panjang. Kemudian matanya beralih menyorot kedua manik Yoongi terang-terangan.

"Maafkan aku, pasti aku terlihat berlebihan di matamu—"

"Tidak." Yoongi langsung menginterupsi pemikiran Hyerin. "Jangan pernah salahkan dirimu. Bersyukurlah atas empati yang berlimpah dalam dirimu. Tidak semua orang sepertimu. Kau seharusnya bersyukur tidak dilahirkan hati sekeras batu sepertiku."

Hyerin mencebik mendengar jawaban yang dilontarkan Yoongi. Ia bahkan memukul lengan Yoongi pelan. "Selalu ada udang di balik batu. Dan udang itu lembek, kau tahu?" Guyonan yang seperti itu tak pernah lepas dari kepribadian Hyerin.

"Heh, berarti dibalik hati seperti batu ada otak yang bodoh, ya?" timpal Yoongi mengikuti cara Hyerin melontarkan guyonan-guyonannya.

Hyerin mengernyitkan dahinya bingung. "Wae geuraesseo?" (kenapa bisa begitu?)

"Kan, otak udang."

Hyerin terdiam sebentar.

"Krik, krik, krik." Ia menirukan suara jangkrik karena guyonan Yoongi garing.

Tetapi, mendengar itu mereka kontan tertawa akan candaan Yoongi yang sama selalu tidak lucu. Mereka tertawa seakan-akan sudah lupa dengan masalah sebelumnya. Hyerin bahkan menepuk-nepuk pelan lengan Yoongi saking gelinya.

"Ya... Setidaknya aku berusaha...," protes Yoongi dengan wajah melas tetapi masih menyisakan tawanya. Hyerin ini benar-benar, deh. Ternyata ada orang-orang yang berani meledek guyonan dari Yoongi yang notabene dikenal satu Korea ini.

Hyerin masih tertawa bahkan sampai-sampai dia tidak sadar tangannya menempeleng kepala Yoongi. "E-eh, sorry. Ma-maksudku, cheosonghamnida." Ia membungkuk rendah di depan Yoongi. "Aku tak sadar melakukan itu, maaf. Habisnya kau garing sekali." Dan sebenarnya Hyerin tidak sungguh-sungguh dalam permintaan maafnya. Ia bahkan tertawa dalam permohonan maafnya.

Tiba-tiba Hyerin lebih mengencangkan tawanya tanpa sebab. "Wajahmu kenapa, sih? Hidungmu megar dan mulutmu manyun saat aku tidak sengaja menempeleng kepalamu. HAHAHA!"

"Aish...." Tak terima akan hal itu, Yoongi jadi gemas. Ia menangkup kedua pipi Hyerin dengan tangan kanannya, membuat kedua pipi Hyerin maju dan mulutnya bergetar karena tawanya tidak terhenti. "Minta maaflah yang benar. Aku ini lebih tua darimu."

"Eo-eoh. Cheosonghamnida, jeongmal cheosonghamnida." Hyerin masih berbicara dengan bibirnya yang manyun dan megap-megap seperti ikan. Suaranya yang memelan dan ditambah lagi bentuk mulutnya yang menyulitkannya dalam berbicara, membuatnya berujar seakan-akan dia melakukan aegyo.

Yoongi mendecakkan lidah dan wajah seriusnya nampak dibuat-buat. "Yang benar. Aku menyuruhmu meminta maaf dengan betul bukan ber-aegyo."

Mata Hyerin sontak melotot karena geram. Tetapi dengan wajahnya yang seperti itu, dia terlihat bukan seperti orang yang marah. "Ya! Kau yang mencapit wajahku seperti ini! Tapi kau yang protes!" tiap katanya masih terdengar rancu. Karena bibirnya masih berucap dengan manyun-manyun.

Bulletproof [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang