Bonus Chapter : Giftㅡ(2)

162 21 10
                                    

"Hana, dul... Set!" (Satu, dua... Tiga!)

"Bangtansonyeondan!"

"Sekali lagi!"

"Bangtansonyeondan!"

"Kurang keras!"

"Bangtansonyeondan!"

Kami memasuki panggung disambut riuh penonton yang antusias dengan kehadiran kami. Kurasakan energi yang menjalar dan memenuhi tubuh kami. Aku memandang sejauh mataku memandang. Memindai beribu banyak penonton tepat sebelum kami membuka penampilan.

Tidak begitu jelas, terlihat juga semburat cahaya dari beberapa army bomb yang menyala. Melihat itu, muncul satu pertanyaan di dalam hatiku. Di mana Hyerin?

Intro lagu Blood Sweat Tears terdengar begitu kami telah siap dengan posisi koreo. Kami membuka penampilan kami dengan lagu di comeback sebelumnya. Lagu yang membawa kami pada popularitas lebih jauh lagi. Lagu yang membawa kami lebih naik lagi di kancah dunia. Lagu yang membuka jalan kami menuju kelas internasional.

Lagu yang membawaku terlibat masalah sasaeng.
Lagu yang membawaku menemui Hyerin.
Lagu yang membawaku....

"Peaches and cream, sweeter than sweet."

Menemui perempuan yang menggoyangkan army bomb dengan lemas hanya karena tatapanku.

Mataku segera mengerling ke segala arah kendati tangan dan kaki masih melakukan koreografi. Mencari-cari perempuan dengan army bombnya. Mencari seseorang dengan surai panjangnya. Berharap-harap menemui wajah polosnya yang datar kembali.

Namun, aku tidak melihatnya. Aku masih berusaha mencari-cari keberadaan gadis itu hingga aku nyaris meninggalkan satu koreo saking teralihkan perhatianku untuk mencarinya. Entah karena cahaya konser yang terlalu terang menyinari kami hingga aku tak mampu melihatnya, atau memang Hyerin tidak ada di sana. Hatiku dirundungi perasaan kecewa dan kekesalan. Tetapi, biarlah kusimpan sendiri. Aku perlu menyelesaikan penampilan hingga usai. Jangan sampai membuat kesalahan lagi.

Karena hampir melakukan kesalahan yang fatal, aku tidak ingin melakukan kesalahan yang lainnya. Setelah miss satu koreo aku betul-betul mengerahkan seratus persen usahaku untuk menampilkan lagu Blood Sweat and Tears hingga outro lagunya terdengar.

Kami memperbaharui posisi untuk lagu kedua kami. Kurasakan telapak tangan Namjoon menepuk sebelah pundakku. Sepertinya dia menyadari gerakkanku yang hampir miss di lagu tadi, mengisyaratkanku untuk fokus dan menyelesaikan pekerjaan kami dengan baik.

Aku berdiam diri untuk koreo selanjutnya. Tidak menyadari bahwa intronya telah masuk dan tubuhku telah menyesuaikannya tanpa sadar.

Ini lagu Spring Day.

---

"Hyung. Kau sudah selesai?"

"Hyung?"

"Hyung."

Panggilan Namjoon menyentakku dari lamunan. Menyadarkanku dari bayang-bayang yang menenggelamkanku di dalam pikiran.

"Kau baik-baik saja?" tanya Namjoon yang nampaknya baru sampai di studioku. Kami biasanya akan berkumpul berdua setelah lagu yang kami buat untuk album selesai. Namun, aku bahkan belum memulainya.

Kepalaku mengangguk, tetapi hatiku ragu. "Hm. Gwaenchana. Aku hanya perlu menyelesaikan liriknya."

Namjoon meletakkan tasnya di atas lantai studioku. Ia menduduki salah satu bangku yang ada di sana. "Masih lirik lagi?"

Bulletproof [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang