"Jessica POV"
Aku menatap Joe yang tertawa berusaha menutupi luka dihatinya yang baru saja patah karena Mellyna.
"Itu. . sakit?" tanyaku menunjuk luka lebam dipelipis kirinya.
"Hah?! ini. .?" tanya joe sambil meraba luka lebamnya.
"Iya, udah diobatin belum?" tanyaku.
"Ntar juga sembuh sendiri, separah apapun luka lebam ini nggak bakal sebanding sama rasa sakit disini. ." ucap joe menyentuh dadanya.
Aku tersenyum tipis, "Pasti sakit ya?"
Joe manggut, "Perih, Jess. Gue udah berusaha mati – matian demi dia tapi kayaknya cuma sia – sia. Gue nggak punya arti apapun dimatanya tapi dengan bodohnya gue masih aja cinta sama dia."
Air mataku jatuh mendengar kalimat Joe barusan, seolah dia juga telah menggores luka dihatiku dengan belati tajam dengan mengatakan kalimat itu didepanku. Aku menunduk agar dia tak melihatku tengah menangis.
"LOE NAKSIR SAMA GUE, JESS?" tanya Joe.
Aku refleks mengangkat wajahku menatapnya lurus, ia terlihat santai tanpa beban. Sementara aku sudah gemetar tak ketulungan mendengar pertanyaannya tadi,
"Nggak tau!" jawabku kemudian.
"Jawab jujur aja, gue orangnya slow kok" sahut Joe.
"Gue emang nggak tau perasaan apa yang gue punya ke loe! tapi rasanya sakit banget liat kejadian tadi siang. Kita sama – sama punya luka parah Joe, luka parah yang nggak berdarah!" ujarku lalu air mata mengiringinya.
"Terus apa yang bakal loe lakuin sekarang? saat loe tau orang yang loe suka justru mengharapkan orang lain."
"Nggak tau! bahkan menangisi semuanya juga akan percuma."
"Mba. .!" ujar Joe memanggil salah satu pelayan café .
"Iya, Joe. ." sahut pelayan yang sepertinya sudah mengenal Joe.
"Gue pesen dua cokelat hangat ya. ." ujar Joe kemudian.
"Oke."
"Loe nggak seharusnya minum itu. ." ucap Joe menyingkirkan jus jeruk yang belum sempat kunikmati sama sekali "Minuman dingin nggak akan buat hati loe ngerasa lebih baik. ." sambung Joe.
"Terus kita harus minum apa? rum? wine? whisky? bir? vodka?" tanyaku.
"Gue nggak minum begituan! itu bukan jalan keluar yang baik dari masalah, minum alkohol banyak – banyak, jadi mabuk, teler, lupa semuanya dalam semalam lalu tersadar dan teringat lagi akan permasalahan yang kita punya di pagi harinya, itu cuma buang – buang duit!"
"Terus?" tanyaku.
"Loe harus minum ini. ." ujar Joe memberikanku secangkir cokelat hangat yang baru saja diantar oleh pelayan café .
"Cokelat hangat?" tanyaku kebingungan.
"Menurut informasi yang sering gue denger, katanya cokelat bisa bantu loe buat perbaikin mood loe yang pastinya berantakan sekarang. Karna selain dengan cokelat hangat ini gue nggak tau caranya ngobatin sakit hati loe karena gue. ." ujar Joe menggetarkan hatiku.
"Setelah gue tau rasanya ketika sangat mencintai sesuatu tapi gue dipaksa buat pergi jauh dari apa yang gue suka, gue nggak akan maksa loe untuk move on atau menjauh dari gue karena rasanya sangat menyakitkan, Jess! gue nggak mau loe ngerasain sakit yang gue rasain sekarang, loe boleh tetap mencintai gue kalo loe mau. Tapi maaf, kayaknya gue nggak bisa bales cinta yang loe punya. ." sambung Joe makin menggetarkan hatiku, air mataku tak tetampung lagi, mereka meluncur deras dari balik bola mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valentine Flower In December✓
Teen Fiction[TAMAT] [BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA ^^] Apa yang akan terjadi jika mellyna si cewek gerogian jatuh cinta dengan selebgram ganteng plus jenius dari sekolah favorit saingan sekolahnya? kisah mereka bermula dari pertandi...