Tiga tahun berlalu. . .
Masih hangat rasanya bekas pelukannya dahulu, yang melindungi, menyayangi, dan menepati janjinya untuk selalu bersama denganku.
Raga Rendy memang telah pergi, berproses selayaknya manusia biasa, kembali pada tanah, menyatu dengan semesta.
Air mataku sudah meninggi saja, entahlah.. sedetikpun ia tak pernah hilang dari pikiranku, aku bahkan masih ingat bagaimana kali pertama bertemu dengannya di SMA Tri Sakti.
Kegaduhan terjadi karena aku tak sengaja mencium pipinya di ruang UKS.Aku selalu tersipu apabila mengingatnya.
Jika kembali ke masa itu, aku ingin memperbaiki kata-kataku, aku tak ingin mengumpat dan menyumpahinya bahkan jika ia menyakitiku sampai mati sekalipun.
Rendy, dia memang bukan jodohku, tapi dia penyelamat hidupku, penyambung nafasku. Ia bersamaku dalam setiap detak jantung yang ada dalam diriku.
Sakit, apabila diingat, harus kehilangan orang yang paling dicintai adalah musibah terdahsyat sepanjang masa.
Aku sudah melaluinya sebanyak dua kali dalam hidupku, pertama saat kehilangan mama saat umur 6 tahun, kemudian saat kematian Rendy 3 tahun yang lalu.
Aku masih SD saat mama tiada, hidup dengan papa yang super duper sibuk dan kakak yang juga berusaha menyembuhkan dirinya dari luka kehilangan.
Cukup menggembirakan karna punya Jessica yang satu frekwensi denganku, sampai suatu saat manusia itu tiba-tiba masuk ke dalam hidupku dan mengubah cara pandangku terhadap dunia.
Kalian sudah kenal, Rendy namanya. Selebgram populer dan super genius itu menjungkirbalikkan hidupku.
Mengenalkanku akan cinta sejati diusia remaja, pengorbanannya untukku mungkin tak akan bisa kulupakan.
Perlu waktu lama untuk sembuh dari kehilangannya, dan beruntungnya, ada satu mahluk planet yang selalu menghiburku, sayap pelindungku, musuh bebuyutanku yang entah kenapa sekarang menjadi . .
Aku tersenyum simpul memikirkannya, entah apa arti dia di hidupku, tapi aku tau aku sangat berarti di hidupnya.
Dia mencintaiku tulus dari awal masuk SMA, dan masih sampai sekarang.
Kurasa jika ada ujian untuk mengetes betapa seriusnya perasaannya padaku, dia pasti sudah lulus dengan peringkat terbaik.
Sekarang dia tengah naik daun menjadi seorang penyanyi yang digandrungi oleh banyak wanita.
Kuakui dia memang berbakat, punya suara merdu, pandai masak serta punya lesung pipi yang manis sudah membuatnya lebih dari sekadar cukup untuk menjadi boyfriend material idaman para gadis-gadis yang menggilainya.
Masih tetap humble, terkadang menyebalkan dan tetap bucin-padaku.
Tunggu..
Aku tertawa, dia bahkan sudah menjadi bucin sebelum kata bucin itu ditemukan.
Sementara aku, sekarang sudah semester 4, aku kuliah di salah satu kampus swasta di kota tempatku tinggal.
Aku bahkan tak pernah menyangka akan melanjutkan pendidikan, mengingat nilaiku yang pas-pasan. Tapi, mungkin Rendy membawa pengaruh baik untukku.
Yah, waktu memang akan terus berlalu, tak perduli kita siap atau enggak, tak perduli kita terluka atau merana, ia akan tetap menjalankan tugasnya untuk terus berjalan, menyambung dari masa ke masa berikutnya.
Meskipun aku berubah, meskipun waktu tak mengiba pada hidupku, aku akan tetap memilih hidup dengan cara seperti ini.
Tetap mengingat pengorbanan Rendy, tetap berteman dengan Joe, tetap menjadi Marmut kesayangan untuk Rendy, dan tetap menjadi 'Jerry' untuk Joe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valentine Flower In December✓
Teen Fiction[TAMAT] [BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA ^^] Apa yang akan terjadi jika mellyna si cewek gerogian jatuh cinta dengan selebgram ganteng plus jenius dari sekolah favorit saingan sekolahnya? kisah mereka bermula dari pertandi...