BAB 38 : RESMI JUGA

136 24 1
                                    

Rinai hujan membasahi tubuhku yang tengah mendekap hangat tubuh Rendy. Ia membalas memelukku erat, sempat kudengar isakan berderu juga dari mulutnya.

"Maaf, Mell. ." ucapnya lirih "Aku nggak bermaksud membuat kamu terluka dengan sifat keras kepala aku tadi siang, aku nggak pernah mandang kamu sebagai barang murahan yang diperebutkan didepan umum, justru karna kamu begitu berharga buat aku. . karna kamu terlalu bernilai tinggi makanya aku pengen membuktikan sama si Joe kalo aku pantas buat kamu! tapi sayang aku kalah saat detik - detik terakhir! aku gagal memenangkan kamu, Mell! aku gagal!"

"Kamu nggak perlu buktiin sama siapapun kalo kamu itu pantas buat aku, karna tanpa pembuktian sekalipun kamu telah memenangkan hatiku, Ren! kamu sudah memiliki apa yang diinginkan oleh Joe! bahkan kamu nggak perlu capek - capek main basket atau sampai babak belur gini, karena cukup dengan satu senyuman kamu udah buat aku jatuh cinta!" jawabku.

"Tapi aku salah, Mell. .! tolong maafin aku, jangan pernah membenciku dan jangan pernah pergi dari hidupku. Aku mohon!" pintanya sambil menangis.

Aku melepaskan pelukanku kemudian menatap matanya, "Dari kemarin aku marah, lalu tadi siang aku tambah marah dan berusaha pergi dari kehidupan kamu. Tapi usahaku itu seperti menghitung jutaan bintang yang ada diatas langit, percuma! sekeras mungkin aku berusaha kabur dari hidup kamu, sekeras itu juga hatiku memohon untuk kembali."

"Jadi. . kamu maafin aku?" tanya Rendy memastikan.

Aku manggut perlahan, "Ya! kamu dapat maaf itu, Ren!"

"Lalu apa aku masih berhak mendapat jawaban dari pertanyaanku tadi siang?" tanya Rendy.

"Apa kamu masih nunggu jawaban itu?" tanyaku.

"Kalo aku nggak mau jawaban itu, nggak mungkin aku nunggu kamu dari siang sampe kehujanan begini, Mell. Tapi, apa kamu masih mau menjawabnya?"

"Setelah apa yang terjadi. . aku mulai percaya kata Jessica jika cinta itu bisa mengalahkan semuanya, pertentangan, egois, dan semua penghalang dalam hubungan kita. Lalu setelah berhasil melewati semua itu, apa kamu masih perlu jawaban?" tanyaku.

Rendy manggut perlahan.

Aku juga manggut perlahan.

Rendy manggut lagi kali ini wajahnya maju sedikit hingga hampir menyentuh dahiku.

Aku juga manggut lagi sambil tersenyum menatapnya lekat.

"Jadi jawabannya apa?"

"Setelah sampai meminta kepastian sama kamu, kamu masih perlu jawaban?" tanyaku.

"Iya, karena aku mau dengar jawaban itu langsung dari mulut kamu." jawabnya.

"Iya. Aku jawab iya. Aku mencintai kamu Ren, aku cinta!" jawabku akhirnya.

Mendengar jawabanku, Rendy langsung menempelkan dahinya dengan dahiku. Mata kami saling pandang penuh arti, derasnya hujan menjadi saksi resminya hubunganku dengan Rendy.

"Aku suka mendengar kalimat itu, bisa kamu ulang lagi?" ujarnya.

Aku tersenyum, "Aku. . cinta. . kamu!"

"Lagi!" suruhnya.

Dan seperti anjing polos yang menurut pada majikannya, aku mengulangi kalimatku lagi "Aku cinta kamu, Ren! aku cinta!"

"Sekali lagi!" pintanya.

"Aku cinta kamu, Ren! cinta. . cinta. . cinta. .cinta. .cinta. .cintaaaaaa banget." bisikku keras ditelinganya

Rendy tersenyum puas mendengar kalimat itu keluar dari mulutku, ia menatapku kian lekat. Aku yang merasa akan segera dicium oleh Rendy menutup rapat mataku, tidak ada rangkaian kata yang keluar lagi dari mulutku, tidak ada kalimat yang terdengar kecuali deraian air hujan yang turun dari langit dan desahan nafas kami berdua.

Valentine Flower In December✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang