Aku mendongak menatap pria yang berdiri didepanku, ia menatapku datar sembari menyodoriku sehelai tissue ditangannya. Aku tertegun memandangnya setelah sekian lama kita berdua tak bertemu.
"Nih. ., ambil. ." ujarnya menggoyang – goyangkan tissue ditangannya.
Aku maraih tissue itu, "Makasi." jawabku singkat sambil menghapus air mataku menggunakan tissue yang diberikannya.
Emosi batinku terhadap Rendy tadi mereda setelah kehadiran pria ini, saking lamanya tak bertemu suasana yang tercipta jadi sangat kaku.
Dia kemudian duduk disebelahku, "Setelah memutuskan pergi, satu benda yang gue harap nggak akan pernah gue kasih ke loe adalah tissue. Loe tau kenapa? karena gue kira nggak akan ada air mata loe yang tumpah karena udah bahagia sama dia, tapi kenyataannya. .? hari ini. . gue kasih tissue itu buat ngelap air mata loe. ."
Aku menatapnya nanar seraya berusaha mengukir sedikit senyuman atas keperduliannya padaku, "Loe apa kabar?"
"Gue nggak baik setelah hari itu, Mell. Bahkan hari ini, setelah melihat cahaya kehidupan didepan gue. . keadaan gue juga belum baik, karena senyuman yang gue harapkan terukir indah diwajah loe tertutupi oleh isakan tangis memilukan ini." jawabnya tulus.
"Loe masih perduli . . . sama gue?" tanyaku lirih.
Ia manggut, "Selalu, Mell."
"Ternyata loe masih bego ya? gue kira loe udah benci sama gue setelah gue maki – maki didepan anak Kartini. ."
"Gimana gue bisa benci sama orang yang sangat gue cinta, Mell. .? bahkan jika ada secuil kebencian muncul kepermukaan hati gue itu akan langsung tertutupi oleh rasa sayang gue ke loe."
"J O E.. ." lirihku memejamkan mata sambil menggeleng beberapa kali, berusaha menolak secara halus pernyataan cintanya padaku. Seharusnya aku tak sekejam itu padanya!
Joe tersenyum manis menatapku, "Ups! maaf, Mell. Nggak seharusnya gue bilang itu ke loe. ."
"It's okay. ." jawabku.
Hening.
Suasana membeku seketika, aku memandang Joe yang duduk disebelahku. Lama tak melihatnya, terlihat sedikit perubahan dari pria konyol ini, rambutnya yang mulai gondrong dan ia terlihat tak bersemangat seperti biasanya.
"Loe. . kemana aja?" tanyaku memecah kesunyian.
"Gue lari. .,! gue berusaha lari dari kenyataan pahit bahwa loe nggak menganggap gue ada, tapi sejauh manapun gue berusaha lari. . sekeras mungkin gue berusaha menghindar dan sembunyi, takdir seolah bawa gue balik ke satu poros yang sama yaitu loe, Mell." kata Joe pelan penuh penghayatan.
Aku menatapnya, "Loe lari dari gue atau lari dari hutang es teler loe sama pak Cecep?" tanyaku berusaha mencairkan suasana.
Joe terkekeh sekejap, "Apa dia bilang itu didepan kelas? apa dia juga minta tunggakan SPP gue?"
"Iya, dia bilang gitu. . katanya loe ngutang es teler sama dia lima ribu, temen – temen juga kangen katanya sama si pengamen gratisan di kelas." ujarku memaksakan diri untuk tertawa.
"Kalo loe? loe kangen nggak sama gue?" tanya Joe yang langsung membuat tubuhku menegang dan aku spontan menghentikan tawa terpaksaku tadi.
"Sedikit. ., kelas jadi rada sepi aja tanpa genjrengan gitar loe. ." jawabku jujur.
"Awas loh,. . ntar loe jadi kangen berat sama gue!"
Aku tersenyum tipis, "Joe. . ngelawak lagi, dong!" suruhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valentine Flower In December✓
Teen Fiction[TAMAT] [BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA ^^] Apa yang akan terjadi jika mellyna si cewek gerogian jatuh cinta dengan selebgram ganteng plus jenius dari sekolah favorit saingan sekolahnya? kisah mereka bermula dari pertandi...