BAB 28 : HAPPINES

183 25 11
                                    

Part terakhir untuk hari ini, derss. . enjoy it💛😘

***

Aku memegang tangan Rendy sambil menyusuri kebun teh yang luas, pemandangan hijau alam membuat suasana hatiku kian membaik, ditambah sedikit senyuman dari pria ini, lengkap rasanya!

Langkahku terhenti di dataran yang agak tinggi, duduk memandangi asrinya suasana puncak di siang hari yang agak mendung seperti ini. Aku menghela nafas panjang, berusaha menyatu dengan alam.

"Kamu kenapa?" tanya Rendy yang duduk disebelahku.

Aku mengukir sedikit senyuman sambil menatapnya, "Nggak papa kok, Ren."

"Kenapa marah – marah gitu sama Joe?" tanya Rendy kemudian.

"Aku emang sering bentrok sama dia, kita itu nggak nyambung sama sekali! orangnya urakan nggak jelas gitu." jawabku.

"Hush! nggak boleh gitu kali sama temen sendiri, kasian juga dia kan?"

"Haha.. ! dia nggak usah dikasianin kali, Ren! udahlah ngapain kita bahas dia?"

"Hm. . ,ya udah, gimana kalo kita makan siang aja?" tanya Rendy sambil mengangkat kotak bekalnya.

Aku manggut beberapa kali, Rendy menyuapi aku tumis sayur saus tiram buatan mamanya yang super duper enak itu. Entah karena apa, perhalan perasaan canggung yang biasanya menggangguku sedikit demi sedikit menghilang ketika menghabiskan waktu lebih lama bersamanya.

"Gimana? masih enak kan?" tanya Rendy.

Aku manggut, "Banget! aku jadi suka sayur karena masakan mama kamu."

"Kapan – kapan, aku ajak ke rumah deh! belajar masak sama mama." sahutnya.

"Ehh. . kok jadi ketemu mama kamu?" umpatku kaget.

"Kenapa emangnya? nggak mau belajar masak sama mama?" tanya Rendy.

"Hm. . bukan kayak gitu, tapi. . aku takut." ujarku jujur.

"Kenapa takut sama mama? mama aku nggak kayak ibu – ibu yang suka interogasi setiap orang yang dateng ke rumah kok! jiwanya selalu muda, asik dan seru kalo diajak ngobrol!"

"Wahh. . pasti seneng banget jadi kamu ya? bisa curhat sama mama kalo lagi ada masalah, aku jadi kangen sama mama. ." ucapku sambil memandangi hamparan langit luas diatas kepalaku, berharap gumpalan awan bergerak perhalan membentuk wajah mama yang teramat sangat kurindukan.

"Hm. . emangnya mama kamu dimana? lagi ikut kerja sama papa kamu ke Jepang?" tanya Rendy menatapku.

Aku menunduk, perlahan rasa kehilangan yang mengerikan itu mencengkram ragaku lagi. Ingatan tentang kematian mama delapan tahun lalu melintas lagi dalam pikiranku, batinku berontak lagi, sungguh! hari itu adalah hari paling kelam selama hidupku!

"Mama pergi jauh." jawabku setelah tertahan lama.

"Kemana?"

Aku menatap Rendy, "Tempat jauh yang kuyakini adalah surga."

Genangan air dimata yang berusaha kutahan akhirnya jatuh dihadapan Rendy, ia tampak kaget sekaligus merasa bersalah. Rendy terus menatap mataku, bibirnya terkunci rapat, entah apa yang tengah dipikirkannya, yang kulihat hanya rasa tak enak hati melalui mimik wajahnya.

"Ehm. . maaf, Mell. Aku nggak bermaksud. ." ucap Rendy tertahan.

"It's okay!" jawabku seadanya.

"Tapi tetep aja, aku nggak bermaksud mengorek luka lama dan membuat kamu nagis kayak gini! seharusnya aku nggak kepo begini." kata Rendy masih dengan ekspresi polosnya.

Valentine Flower In December✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang