BAB 57 : BERHARAP INI BUKAN AKHIR

541 37 19
                                    

Mellyna POV

Tanganku mencengkram erat bouquet bunga mawar ditanganku, emosiku seakan terombang ambing mengetahui kebenarannya. Aku cinta juga benci. Bagaimana caraku menjelaskannya? setengah hatiku membeku karena kecewa akan perbuatan Rendy padaku dulu, lalu setengahnya lagi merengek mendamba kehangatan waktu kita baru pacaran dulu.

Aku merindukannya tapi tak ingin rasanya bertemu dengannya lagi, aku mencintainya sekaligus membenci perasaan cinta itu. Ini sulit dijelaskan!

Seseorang memengang tanganku yang tengah duduk dikursi panjang tunggu rumah sakit, aku mendongak menatap pria itu kemudian ia jongkok didepanku sembari menatap mataku dalam.

"Berhenti menghukum dia, Mell." ucapnya.

Air mataku menetes jatuh tepat diatas tangan kami yang tengah berpengangan erat, "Gu. .gue nggak bisa, Joe. ." lirihku pelan.

"Dia nggak bersalah, Mell. Cuma posisinya yang membuatnya jadi bersalah, kalo gue diposisi Rendy, gue pasti akan bingung antara mempercayai sahabat yang sudah bertahun – tahun bersama kita atau malah mempercayai seorang gadis yang meskipun baru kita kenal tapi kita sangat mencintainya, ini pasti juga berat untuknya. ." ucap Joe mengusap pelan tanganku yang masih mencengkram erat bouquet bunga mawar yang jatuh dihadapanku saat kecelakaan naas itu terjadi.

"Ini..ini bukan masalah waktu itu, Joe! ini masalah yang baru aja terjadi, gue nggak akan maafin dia kalo sampe dia kenapa – napa! kenapa dia bodoh?! nggak seharusnya dia dorong gue, Joe!" ujarku mulai terisak makin keras.

Joe bangkit dan duduk dikursi sebelahku, ia mulai mengusap punggungku pelan berusaha menenangkanku. "Gue juga nggak menduga kalo candle light dinner itu bisa berubah menjadi mengerikan seperti sekarang. .,"

"Darahnya. .darah Rendy. . dia mandi darah dihadapan gue, Joe! kepalanya bercucuran darah saat gue nyamperin dia tadi, dengan begonya ia masih bisa senyum waktu gue ngangkat kepalanya, dia senyum sambil minta maaf sama gue Joe. ., gu. .guee. ." ahh! aku tak sanggup melanjutkannya, aku malah terus terisak berusaha mengeluarkan sesak didadaku.

Joe merangkulku kemudian aku menjatuhkan kepalaku dibahunya, aku masih terisak mengingat kecelakaan tadi. Jantungku terus berdebar menantikan para dokter yang masih menangani kondisi Rendy, dewi batinku terus berdoa agar dia baik – baik saja.

Seorang dokter senior keluar dari dalam ruang unit gawat darurat tempat Rendy tengah ditangani, aku langsung saja melangkah mendekatinya.

"Gimana, dok? gimana keadaan Rendy?!" tanyaku panik tak sabaran.

Dokter itu melepas masker yang dikenakannya, ia kemudian menggeleng perlahan. "Maaf harus mengatakan ini. . kondisi Rendy tak baik sama sekali, benturan keras akibat kecelakaan tadi membuat pendarahan dalam diotaknya, organ – organ penting dalam tubuhnya juga sudah tak dapat berfungsi dengan baik, dia. ."

Entah apa lanjutan dari kalimat dokter itu, aku langsung saja menerobos masuk kedalam ruangan Rendy, kakiku benar – benar melemas melihatnya terbaring lemas tak sadarkan diri. Suara mesin pendeteksi jantung berbunyi konstan diruangan sunyi tempat Rendy tertidur dengan senegap alat penopang hidupnya, uap tipis membekas dimasker oksigen yang dikenakannya menandakan ia masih sanggup bernafas meskipun pelan.

 Suara mesin pendeteksi jantung berbunyi konstan diruangan sunyi tempat Rendy tertidur dengan senegap alat penopang hidupnya, uap tipis membekas dimasker oksigen yang dikenakannya menandakan ia masih sanggup bernafas meskipun pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Valentine Flower In December✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang