Aku berusaha keras untuk membuka kelopak mataku, pengelihatan yang awalnya mengabur mulai terlihat jelas. Aku masih mengerjap – ngerjapkan mataku agar pengelihatanku kembali normal, ruangan bernuansa putih langsung menyapa mataku yang baru terbuka.
Bau obat – obatan langsung menyeruak mendesak masuk ke indra penciumanku membuatku sedikit sesak, suara konstan alat pendeteksi jantung juga mulai memenuhi gendang telingaku, tanganku juga mulai kesemutan karena tertancap infuse di sana.
Mataku menerawang mengelilingi ruang inapku, sesosok pria tengah tidur diatas kursi dengan setengah badannya berada diatas tempat tidurku, tangan hangat orang itu memegang erat tanganku yang satunya.
Mataku berkedip perlahan memandangnya yang sedang terlelap, dia pasti sangat kelelahan menjagaku. Tanganku yang tertancap infuse bergerak perlahan mengelus lembut rambutnya, sentuhan lembut itu ternyata membangunkannya.
Eh!
"Maaf. ." ucapku.
"Mellyna? loe udah sadar?" tanya Joe sumbringah menatapku.
Aku manggut perlahan mengiyakan pertanyaan pria itu.
"Bentar yaa, gue panggil dokter Frans dulu." ucap Joe beranjak dari tempat duduknya.
Selang beberapa menit ia kembali bersama dokter Frans dan seorang suster cantik berambut ikal. Dokter Frans memeriksa keadaanku dengan teliti, dia juga memeriksa denyut jantungku menggunakan stetoskopnya.
"Syukurlah, keadaan kamu sudah stabil sekarang. Banyak istirahat ya, Mell. Jangan kabur lagi!" ujarnya.
KABUR?
JADI ITU BUKAN MIMPI BURUK?
Mendadak aku jadi gelisah-- keringat dingin seolah membuatku tubuhku basah kuyup, mataku mulai memandangi sekeliling ruangan inapku, nafasku juga mulai tak beraturan, Joe yang mungkin dapat merasakan kepanikanku meraih tanganku kemudian mengusapnya perlahan.
Aku menatap Joe dengan gejolak panik yang seakan – akan meledak di hatiku, "Joe--" ucapku gelisah.
Dia tersenyum seraya duduk kembali di kursi sebelah tempat tidurku, "Cepat sembuh, Mell-- dia pasti sangat ingin ngeliat loe sembuh dan kembali ceria kayak dulu." kata Joe masih mengusap pelan tanganku.
"Hm..setelah makan siang nanti jangan lupa minum obatnya ya, saya permisi." ucap dokter Frans sebelum keluar dari kamar inapku.
Air mataku meninggi memenuhi pelupuk mataku kemudian ia jatuh melalui sudut mataku, "In..ini semua bukan mimpi..?" ucapku tertahan.
Joe menggeleng sembari tersenyum menatapku, "Bukan, Mell."
"Jadi. . jadi--" nafasku seakan tercekat tak sanggup mengambil nafas untuk berbicara "Dia -Rendy- udah beneran meninggal? Rendy pergi ninggalin gue?" ucapku menuntaskan kalimat itu dengan air mata yang berusah kutahan.
Kuharap Joe menggelengkan kepalanya, kuharap Joe berkata tidak.
Seseorang! siapapun kalian..! tolong katakan jika pria itu tak pergi, Please! aku mohon. .!
Aku belum siap kehilangannya dan bahkan mungkin tak akan siap untuk kehilangannya, aku masih ingin bersamanya, .. sungguh!!
Dengan susah payah Joe menelan saliva-nya kemudian menatapku dengan air mata yang mulai menggenang di kedua bola matanya, "Dia nggak ninggalin loe, Mell. Nggak akan pernah ninggalin loe. ." air mata Joe akhirnya jatuh membasahi pipinya.
"Really? loe serius, Joe?" tanyaku penuh harap.
Joe manggut perlahan sebelum air matanya jatuh lagi, "Iy..iya, Mell. Dia cinta banget sama loe dan dia nggak akan pernah ninggalin loe seumur hidup loe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Valentine Flower In December✓
Teen Fiction[TAMAT] [BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA ^^] Apa yang akan terjadi jika mellyna si cewek gerogian jatuh cinta dengan selebgram ganteng plus jenius dari sekolah favorit saingan sekolahnya? kisah mereka bermula dari pertandi...